Chapter 5. Bagai Mencari Jarum di Tumpukan Jerami

10.8K 2K 278
                                    

Udah masuk reading list belum jadinya?
Dilarang lanjut baca kalau nggak vote dan komen sama masukin RL dulu 🤣

Waktu tiba di ruang inspeksi, Pramana sedang menarik garis lurus di atas meja sambil berulang kali membandingkannya dengan specification sheet (lembar berisi ukuran, desain, dan semua ketentuan buyer mengenai sebuah produk)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Waktu tiba di ruang inspeksi, Pramana sedang menarik garis lurus di atas meja sambil berulang kali membandingkannya dengan specification sheet (lembar berisi ukuran, desain, dan semua ketentuan buyer mengenai sebuah produk). Dia sedang menggambar pola secara manual. Seutas measurement tape menjuntai di leher dan jatuh menyentuh dada bidangnya.

God... he's so sexy.

Siapa yang menyangka, cowok dengan meteran menjuntai di leher bisa begitu menawan?

Setelah puas mengerutkan kening, dia menegakkan punggung dan menempelkan tangan di sisi-sisi pinggang bagian belakang, lalu mendorong ke depan. Dari tempatku berdiri, aku nggak dengar apa-apa. Tapi dari ekspresi wajahnya, Pram terlihat jauh lebih lega.

Matanya masih setia memandangi hasil pekerjaannya di atas meja. Kepalanya meneleng ke kanan, ke kiri. Alisnya mengerut serius. Aku sering melihat orang-orang dengan profesi yang sama melakukannya. Biasanya mereka perlu membandingkan dari jarak jauh, setelah menyelesaikan pola dari jarak dekat. Garis lurus, simetris atau tidaknya, kadang baru terlihat ketika kita melihat objek dari jarak jauh.

Sewaktu dia membusungkan dada dan memenuhinya dengan tarikan napas, kemudian mengembuskannya berat, dia baru menyadari aku sudah berdiri di ambang pintu ruang inspeksi yang berhasil kututup tanpa mengeluarkan suara. Alisnya yang tadi relaks saat napasnya terembus kembali menukik. Dia mendengkus malas melihatku.

"Memangnya aku nggak nyuruh kamu langsung balik ke sini lagi habis naruh sampel dan minta teknisi benerin AC?" tanyanya, tanpa menatapku.

"Enggak," jawabku singkat.

"Dari atas sini aku nggak lihat kamu di departemen ironing tadi," katanya lagi, penuh kesiapan mengkritik. "Kirain kamu ngawasin proses pressing-nya. Kamu ukur lagi enggak sebelum kamu bawa ke sini?"

"Ukur."

"Di mana?"

"Di ruang inspeksi bawah. Kalau saya bawa ke atas, terus ternyata ukurannya belum pas... harus bolak-balik ke bawah—'

"Aku nggak nanya."

Clep.

Hening.

"Kamu makan malam?"

Aku menggeleng.

Bola matanya turun ke pinggan beralaskan piring di tanganku, dagunya bergerak menunjuk, "Taruh di sana."

Aku membiarkan keranjang sampel yang kutarik-tarik dari pantri di tempatku terakhir berdiri untuk meletakkan makan malamnya di meja sudut. Meja yang kesannya terasing seperti itu memang biasanya disediakan untuk bersantap para petugas inspeksi supaya kemungkinan makanan atau tangan kami mengotori garmen sangat kecil.

Factory RomanceWhere stories live. Discover now