Chapter 35. Prince Kabedon (BACA DULUAN CHAPTER 46-47)

6.7K 992 103
                                    

Haaai!

Mau update lagi? 500 votes, 100 komen lagi aja boleh, yaaa!

Chapter 46-47 udah ada di Karyakarsa, lhooo. Seruuu dan kubikin extra sweet, itu-itung edisi ulang tahunku.

Oh iya... aku juga adain giveaway khusus pendukung Karyakarsa di sana. Hadiahnya lumayan lah buat baca-baca part-part extra di sana. Bisa kamu pake buat jajan juga wkwk

Just for fun aja, yaaa...

Just for fun aja, yaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Chapter 35

Prince Kabedon

(Adegan Kabedonnya, baca di Karyakarsa ^^ jadi part2-ku di Karyakarsa tuh bukan cuma baca duluan, ya, tapi jauh lebih panjang)

"Oh... ya Tuhan, Inggrid...." Leher Pramana patah ke bawah. "Seriously? Aku lepas, nih, kabedonnya."

"Okay... eum... a kiss maybe nice... or...," aku gantian berdeham-deham. "Justru memicu masalah baru? Mungkin nggak akan ada temuan jarum di dalam seam kalau aku dan Gandhi nggak pernah...."—kalimatku menggantung, Pramana semakin nekat memupuskan jarak antara bibirnya dengan bibirku. Aku harus miring ke kiri sedikit buat ngelanjutin kalimatku—"... ciuman...."

Berhubung aku miring tadi, muka Pramana yang udah menyelonong maju gagal menyasar bibirku dan mendarat di sisi rahangku. Attempt to kiss fail. Terpaksa dia terima penolakan halusku buat ciuman lagi. Sebagai gantinya, biar dia nggak malu-malu amat, kubiarkan dia mengendusi samar kulitku.

Jantungku berdentum-dentum waktu dia berbisik, "Hm...? You smells good, Inggrid...."

Padahal aku belum mandi. It's weird he told me I smelled good. Aku yakin maksud ucapannya agak menjurus.

Tiba-tiba, meski nggak kentara, aku bisa ngerasain Pram terhenyak dan dia mengendus lebih dalam. Lebih teliti seperti anjing pelacak. Aku refleks menarik diri sedetik sebelum Pram nanya, "Kamu habis minum anggur semalam?"

Hah?

Pram terus mengendus. "Kamu mabuk-mabukan, ya, semalem?" tuduhnya.

"Eng... enggak...," sangkalku. Memang enggak. Aku minum diet coke dan semalam aku udah mandi meski nggak menyikat gigi. Kan nggak ada peralatan oral di sana. Masa aku mau pakai sikat gigi bekas Gandhi?

Endusan Pram merambat ke bawah meski badanku mulai menggeliat-geliat resah. Di dekat lenganku, Pram berhenti. Alisnya menukik. Bajuku, pikirku. Waktu aku ngancam Gandhi dengan botol itu, isinya mungkin memercik di bajuku. Setelah aku mandi, aku pakai lagi baju itu. Pagi ini aku cuma ganti baju dan belum mandi lagi. Aromanya mungkin masih tertinggal di kulitku.

"Praaam." aku mengerang. "Lepasin, nggak? Kamu bikin aku nggak nyaman...."

Sialan. Sebagai quality assurance, Pramana jelas memiliki kepekaan tinggi dalam menginvestigasi sesuatu. Harusnya tadi aku mandi dulu. Dan harusnya ini bukan urusan Pramana. Tapi, mana bisa begitu?

Factory RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang