(19)

1.7K 112 17
                                    

Setelah semuanya berkumpul, sutradara mengecek keberadaan tiap tiap orang "bentar, Nara kemana?"

Semua orang mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Nara. Orang yang di cari ternyata baru masuk ke dalam bandara "Nara!" Panggil sutradara

Dengan langkah cepat dan agak sedikit pincang Nara menghampiri kerumunan

"Nara kamu kenapa ga bareng Jihoon?" Tanya sutradara bersiap memarahi

Nara mengusap tengkuknya "itu...... Tadi ada media, jadi..."

Sutradara balik menatap manajer kang "manajer kang" panggil sutradara bermaksud meminta penjelasan

"Maaf pak, tadi ada media, jadi saya turunin Bu Nara agak jauh dari pintu masuk bandara" ucap manajer kang membuat sutradara marah

"Loh, kok di turunin. Kasian Nara kan lagi hamil. Kan bisa dia pura pura jadi staff" cerocos pak sutradara

Nara merasa situasi saat ini tercipta karena ulahnya. Ia langsung berusaha menenangkan pak sutradara "Pak sutradara, bukan gitu. Saya gak diturunin. Tadi saya yang minta turun karena saya liat banyak media. Saya yang inisiatif turun pak. Lagi pula kalau saya ikut pura pura jadi staff, malah agensi Pak Jihoon yang akan kena imbasnya. Karena saya lagi hamil. Nanti media memanfaatkan kondisi ini untuk menyerang agensi pak Jihoon sebagai agensi yang tidak berperikemanusiaan karena mempekerjakan staff yang lagi hamil. Jadi, memang pilihan terbaiknya saya turun. Maaf pak, maaf pak manajer" Nara membungkuk 90° untuk meminta maaf

Pada akhirnya pak sutradara meminta maaf pada manajer kang dan semua melupakan hal yang barusan terjadi. Mereka segera berangkat menuju gate 3 untuk penerbangan ke Seoul

Nara berjalan di barisan paling belakang, sambil menggeret koper besarnya yang lusuh. Langkahnya terlihat sedikit tertatih karena kaki kanannya lecet akibat berjalan cepat

Diam diam Jihoon selalu memperhatikan Nara. Melihat Nara kerepotan sendiri membuat Jihoon meringis. Ia ingin sekali membantu membawakan koper Nara, kemudian berjalan sejajar dengannya sambil menggenggam erat tangan mungilnya. Namun apa daya, Jihoon tidak bisa melawan agensi selama masih terikat kontrak. Saat ini Jihoon hanya bisa menjaga Nara lewat pandangannya

Sampai di depan gate, mereka harus menunggu sebentar. Di dalam bandara sana, ada sebuah toserba. Nara meminta izin untuk ke toserba sebentar pada sutradara. Tak lama Nara kembali sambil membawa satu kardus kecil plaster. Ia mengeluarkan sedikit tumit kanannya, kemudian dengan susah payah menempelkan plaster tersebut. Ia tidak bisa langsung menunduk karena perutnya akan menjadi penghalang. Akhirnya Nara memaksa punggungnya untuk agak terlipat ke belakang, kemudian dari belakang Nara menempelkan plester tersebut. Walaupun terlihat berantakan, akhirnya Nara berhasil memasangkan plaster pada tumitnya

Jihoon yang selalu memperhatikannya dari jauh tiba tiba merasa sedih ketika melihat Nara harus bersusah payah untuk sekedar memasang plaster. Ia ingin menghampiri dan membantu Nara saat itu, namun ia tidak bisa karena ia sendiri sedang di jaga ketat oleh bodyguard dan manajer.  Namun Jihoon sedikit bersyukur, karena bodyguard yang ikut dengannya ke Seoul hanya satu orang

Nara berdiri kemudian menghampiri semacam pengurus di sana. Nara di minta untuk mengiri formulir kehamilan. Tertulis ibu Kim Nara, Ayah tidak ada, usia kandungan 8 bulan 1 Minggu. Setelah selesai dengan urusan formulir, Nara kembali menuju perkumpulannya

Mereka semua saling mengobrol bercanda gurau, namun Nara hanya terdiam. Ia hanya tersenyum sambil memegangi perutnya. Jihoon melihat saat itu Nara sangat cantik. Ia diam diam mengambil foto Nara

Sekitar 30 menit menunggu, akhirnya gate di buka. Mereka segera menaiki pesawat. Nara di bantu papah oleh salah satu staff

Perjalanan menuju Seoul membutuhkan waktu lumayan lama. Dalam perjalanan menuju hotel, Nara kembali di titipkan pada manajer kang. Di dalam Van yang di sediakan agensi dari seoul, tetap hanya ada keheningan. Nara duduk menatap keluar jendela sambil mengusap usap perutnya. Belakangan ini Jina sangat aktif menendang. Sepertinya bayi perempuan itu sudah tidak sabar untuk keluar dari dalam perut.

Sesekali jihoon melirik Nara. Lelaki itu diam diam tersenyum melihat Nara yang sedang bercanda dengan bayi dalam perutnya

"Andai kita bisa bersama nar" Ujar batin Jihoon

Sampai di hotel, Nara terkejut. Ternyata hotel yang di pesan pak sutradara adalah hotel la la rose. Tempat dimana ia dan jihoon dulu sempat berbagi kasih. Nara diberi kunci kamar, kemudian melirik ke arah Jihoon. Sepertinya Jihoon juga terkejut ketika memasuki hotel yang sedikit familiar dengannya. Jihoon ikut melirik ke arah Nara. Pikiran mereka seakan akan tersambung. Hanya sebentar Mereka saling pandang, Nara terlebih dahulu memutus kontak mereka. Ia menatap nomor kunci yang tertulis di kartu kunci

"Kamar 362. Hah, aku rasa aku ga di biarin buat ngelupain kamu Ji" batin Nara

Setelah semua mendapat kunci, ternyata masih ada perdebatan diantara para kru pemotretan. Masih tersisa 1 staff yang belum kebagian kamar. Sedangkan kamar di hotel sudah habis. Kamar hotel para staff lainnya pun udah penuh. Tidak ada yang belum punya roommate. Akhirnya Nara menawarkan diri untuk berbagi kamar. Nara tahu kamar yang di pesan untuknya adalah kamar king size, karena Nara pernah menginap di kamar itu. Makanya Nara berinisiatif untuk menawarkan diri

"Halo kak Nara, aku Lee sujong. Makasih ya kak udah mau sharing kamar sama aku" roommate Nara memperkenalkan diri

Nara tersenyum "aku Kim Nara. Salam kenal ya"

Mereka pun lanjut membereskan barang barang bawaan mereka. Setelah selesai, waktunya makan siang tiba. Pak sutradara memanggil semua kru untuk makan siang bersama. Nara pun di ajak, namun Nara meminta waktu sebentar untuk merapihkan diri. Akhirnya sujong turun sendiri

Di sebrang kamar Nara, terdapat kamar Jihoon. Ketika sujong keluar, manajer kang sedang mengetuk ngetuk pintu kamar Jihoon "Jihoon kita mau makan siang. Kamu ga ikut?"

Dari dalam kamar Jihoon berteriak "engga. Aku ngantuk mau tidur sebentar"

Tak lama manajer kang beserta bodyguard nya turun ke bawah untuk makan siang. Sujong yang tadi memperhatikan pun sudah turun terlebih dahulu. Sedangkan Jihoon, ia tidak tidur. Beberapa menit setelah manajer kang pergi, Jihoon keluar kamar. Ia mengetuk pintu kamar di sebrang

Nara yang sedang memoles dirinya berdiri untuk membuka kan pintu. Ia pikir sujong yang kembali untuk mengambil sesuatu. Ternyata seorang park Jihoon. Begitu pintu di buka, Jihoon langsung masuk kemudian dengan cepat menutup pintu

"Pak Jihoon ada perlu apa kesini?" Tanya Nara formal

Jihoon hanya diam. Ia menarik tangan Nara, kemudian menggenggamnya erat. Seakan ia tidak ingin melepaskan tangan itu lagi. Jihoon membawa telapak tangan Nara memegang pipi nya "Nar" panggil jihoon dengan nanar

Nara seketika sadar, Jihoon yang sekarang berdiri di hadapan nya bukan lah Jihoon seorang artis profesional, melainkan Jihoon mantan pacarnya

Nara mengepalkan kedua telapak tangannya. Nafasnya menggebu gebu antara marah atau senang. Tangannya yang Jihoon genggam ia tarik paksa hingga terlepas dari genggaman. Nara menunduk diam sambil mengatur nafas

"Nara.... Maaf" ujar jihoon lagi. Air matanya jatuh tak terkendali

Nara tidak sanggup melihat jihoon yang seperti itu "Ji- pak Jihoon. Bapak tau kan ini bukan hal yang baik?" Tanya Nara berusaha tetap menjaga profesionalitas. Sama seperti apa yang Jihoon lakukan sebelumnya. Padahal niat aslinya, ia ingin mengusir Jihoon. Ia takut Jihoon terkena masalah lagi jika ketahuan sedang di kamar Nara

Tangan Jihoon berusaha untuk mengelus perut Nara, namun Nara hentikan "kenapa nar? Aku gak berhak ya pegang anak kita?" Tanya Jihoon

Dengan berusaha menguatkan hati, Nara berkata dengan penuh penekanan "Anak saya pak Jihoon. Anak saya"

Jihoon memalingkan wajah. Ia tahu memang ia tidak berhak mengatakan anak yang berada di dalam kandungan Nara adalah anaknya. "Aku paham nar" jihoon mengelap air matanya dari pipi "maaf kalau saya ganggu kamu" lelaki itu melangkah pergi meninggalkan kamar Nara. Nara hanya terdiam

Ia kembali duduk di meja rias untuk melanjutkan riasannya yang sempat tertunda. Nara duduk di depan cermin kemudian mengelus perut besar miliknya "maaf nak, maaf belum bisa izinin kamu ketemu papa. Maaf" perlahan lahan air mata Nara turun, hingga semakin lama semakin deras. Air mata itu berhasil menghapus polesan make up yang sudah menempel di wajah Nara sebelumnya. Hatinya sakit, dada nya sesak, seketika dia menyesal melakukan itu pada Jihoon

Jihornie Not Jihoonie 2Where stories live. Discover now