(46)

1.2K 90 4
                                    

Setelah ayah Nara masuk kedalam kamarnya, jihoon juga membawa Nara masuk kedalam kamar Nara. Di sana mereka berdua berbaring,  sambil Jihoon memeluk Nara

"Jihoon" panggil Nara lembut

Jihoon menatap Nara yang ada di dekapannya "kenapa sayang?"

"Kok kamu bisa tau tentang aku dan keluarga aku?" Tanya Nara penasaran

Jihoon tersenyum "waktu itu, setelah Jina lahir, aku ada masalah sama agensi, aku pulang ke Busan untuk healing. Aku pergi mendaki di gunung yang ada di deket sini, Trus ga sengaja aku ketemu ibu kamu. Aku ngobrol banyak sama ibu kamu, ibu kamu cerita kalau dia punya anak namanya Kim nara. Setelah aku pastiin Nara yang di maksud itu kamu, aku langsung minta maaf trus aku juga kasih tau kalau kamu udah punya anak, anak kita. Ibu kamu marah banget saat itu.  Dia bilang ke ayah kamu, terus ayah kamu pukulin aku. Tapi setelah itu, ayah kamu ceritain soal masa kecil kamu. Termasuk kesalahan dia dulu. Sebenernya saat itu aku marah banget sama ayah kamu. Masih ga masuk akal untuk aku kalau ayah kandung bisa ngelakuin itu ke anaknya sendiri. Tapi kata ayah kamu, waktu itu kondisi ayah kamu lagi down,  perusahaan tempat dia kerja bangkrut, trus dia di PHK. Akhirnya dia minum minum sampai ga bisa kendali in diri sendiri
Ayah cerita ke aku sambil nangis, bilang katanya dia nyesel banget. Trus aku bilang ke kedua orang tua kamu kalau setelah aku bebas dari agensi, aku akan nikahin kamu. Tapi Mereka bilang, aku harus bawa kamu dulu balik kerumah ini supaya ayah kamu bisa minta maaf atas segalanya"

Nara terdiam sebentar setelah mendengar cerita jihoon. Kemudian dia menoleh ke atas menatap Jihoon "kamu mau tau cerita soal kejadian itu tadi sudut pandang aku?"

Jihoon mengangguk "Kalau kamu udah siap untuk cerita aku mau denger kok sayang"

Nara menarik nafas berat "waktu itu, aku masih SMA kelas akhir. Malam itu, setelah aku belajar untuk persiapan ujian masuk kuliah, aku denger pintu rumah aku di ketuk. Aku keluar kamar untuk lihat siapa yang ketuk pintu di tengah malam. Ternyata ayah baru pulang saat itu. Kondisinya berantakan dan mabuk. Waktu aku panggil ayah, ayah langsung samperin aku, dan meluk aku. Aku pikir cuma pelukan biasa, lama lama ayah semakin kurang ajar. Aku langsung menghindar dari ayah sebelum ayah semakin menjadi jadi. Aku balik ke kamar aku, dan keesokan pagi nya, sampai aku dewasa, aku ga pernah ngomong lagi sama ayah. Baru tadi aku ngomong lagi sama ayah"

Nara bungkam sejenak. Ia kembali menatap Jihoon dengan lekat "Ji, bisa ga kalau kita nikah tanpa ada ayah di pernikahan kita nanti?"

Jihoon menyentil pelan jidat Nara "hush, ga boleh gitu sayang. Ayah tetap orang tua kamu"

"Emang ga boleh kalau dapet restu aja? Aku gapapa kok naik ke altar sendirian" ujar Nara lagi

Kali ini jihoon tidak menjawab, ia malah mencium bibir Nara berharap wanita itu bisa berhenti mengatakan hal hal yang tidak seharusnya ia katakan

****

Saat ibu Nara telah kembali ke rumah, Jihoon menceritakan semua hal yang tadi terjadi saat Ini Nara tidak di rumah. Ibu Nara lalu menghampiri Nara yang masih bersembunyi di dalam kamar

Dengan lembut ia duduk di atas ranjang "Nara"

Nara mengubah posisinya menjadi duduk "iya Bu"

"Ibu udah dengar semua dari Jihoon. Kamu mau menikah tanpa ditemani ayah?" Tanya Ibu Nara menyelidik

Nara diam. Ia Tidak mengangguk maupun menggeleng

Ibu Nara mengeluarkan sebuah buku tabungan "Kalau gitu, kamu terima ini ya. Walaupun nanti ayah ga Dateng di pernikahan kamu, setidaknya ayah ada kontribusi didalam hidup kamu nak. Ini ayah tabung dari waktu kamu kecil untuk pernikahan kamu setelah dewasa, tapi karena waktu itu ayah di PHK, tabungannya di pakai setengahnya. Tapi setelah ayah dapat pekerjaan lagi ayah mulai nabung lagi. Terima ya Nar"

Nara menerima buku itu. Sebenarnya jauh di lubuk hatinya ia tidak mau harus bermusuhan dengan keluarganya sendiri. Tetapi trauma yang di terimanya sangat berdampak untuk nya. Nara berpikir sejenak menimang nimang berbagai pilihan yang ada di kepalanya

Nara tersenyum sedih "maaf ya ibu" ucapnya lalu kembali menangis

****

Siang harinya, Nara dan Jihoon meminta izin untuk pamit karena masih banyak urusan pernikahan yang masih belum mereka urus. Di depan gerbang rumah milik orang tua Nara, Nara memeluk ibu dan adik laki laki nya. Ayahnya tidak ikut mengantar Nara pulang karena takut putri satu satunya itu akan semakin trauma jika dirinya hadir kembali dihadapan Nara

"Hati hati ya di jalan, semoga pernikahan kalian lancar. Kapan kapan main lagi, bawa Jina juga ya." ucap Ibu Nara sambil mendekap kedua pipi Nara. Nara tersenyum sebagai balasan

"Ibu juga sehat sehat ya, kamu juga jagain ibu ya dek" ucap Nara dengan hangat

Jihoon menggenggam tangan Nara sambil tangan satunya menggendong Jina. "kita pamit ya Bu"

Ia membawa Nara dan Jina kedalam mobil miliknya. Namun, sebelum Nara masuk kedalam mobil, ia terlebih dahulu berbalik menatap keluarganya

Tak di sangka Nara malah kembali menghampiri ibu dan adiknya. Dengan nafas yang sedikit tersengal Nara berkata "Nara pamit Bu, sampaikan salam Nara ke ayah. Dan tolong bilang ke ayah, Nara mau maafin ayah, Nara juga mau diantar ke altar sama ayah" setelahnya nara tersenyum lalu berlari kembali menuju mobil

Di tempatnya ibu dan adik Nara tersenyum senang

Jihornie Not Jihoonie 2Where stories live. Discover now