(34)

1.3K 123 17
                                    

Sekitar pukul 7 malam, Nara bersama Jina telah tiba di depan gerbang rumah Jihoon. Dengan pakaian yang terlihat lebih sederhana di banding gaun pesta, Ia terdiam sejenak untuk memantapkan niatnya terlebih dahulu

Sebelumnya Nara juga sudah menyusun rencana alasan palsu ia datang ke rumah Jihoon. Ia membuka tasnya kemudian memastikan kembali apakah buku rekening yang berisi tabungan mengganti uang Jihoon sudah ia bawa. Setelah sudah dipastikan ada, Nara memberanikan diri untuk menghampiri satpam penjaga rumah Jihoon

"Permisi pak, saya ingin bertemu dengan pak jihoon" ujar Nara dengan sopan

Satpam tersebut menghampiri Nara "boleh saya tau nama mbak?"

Nara mengangguk "nama saya Nara pak, Kim Nara"

Seakan tahu Nara akan datang satpam tersebut langsung mempersilahkan Nara masuk "oohh mbak Nara, silahkan masuk mbak"

Nara merasa ada yang aneh, namun ia memilih untuk tidak menghiraukan "terimakasih pak" Dengan langkah pelan Nara memasuki pekarangan rumah Jihoon. Nara menatap sekeliling, halaman rumahnya luas,banyak bunga bunga cantik bahkan ada sebuah air mancur berukuran sedang di tengah taman. Seketika Nara merasa minder. Ia kembali berpikir apakah ia pantas untuk menuntut pertanggung jawaban jihoon

Ia berjalan dengan pikiran berkecamuk. Hingga tiba di depan pintu rumah Jihoon, Nara berhenti kembali. Ia terdiam karena ragu, haruskah ia bertemu dengan jihoon, atau tidak. Hatinya berkata iya, namun pikirannya tidak

Lama Nara berpikir. Akhirnya, ia memberanikan diri untuk menekan bel. Namun, sesaat sebelum ia menekan bel, pintu rumah Jihoon sudah terbuka. Menampakkan sosok wanita paru baya yang masih terlihat cantik

"Jihoon nanti mama- loh, ada tamu. Cari siapa?" Ucap mama Jihoon yang sebenarnya sudah tahu, dan ikut andil dalam sandiwara perjodohan ini

Dengan gelagapan Nara berusaha untuk berbicara "e-m- an-anu Ji - jihoon"

"Oohhh cari Jihoon. Sebentar ya" mama Jihoon menoleh kedalam rumah "JIHOON!!!! ada tamu"

Mama jihoon kembali menatap Nara "ayo masuk dulu" Nara hanya dapat mengekori kemana mama Jihoon pergi

Langkah pertama masuk kedalam rumah Jihoon, hanya satu komentar Nara, besar. Rumahnya sangat besar, namun terlihat sederhana. Siapa pun yang melihat pasti dapat mengetahui sifat keluarga jihoon yang tidak suka pamer

Nara di persilahkan untuk duduk di sofa ruang tamu, sedangkan mama jihoon naik ke lantai atas untuk memanggil Jihoon. Nara duduk sambil memangku Jina yang sedari tadi bersikap tenang. Ia sesekali membenahi penampilan Jina

Tak lama, Jihoon turun sambil mengenakan earphone dan membawa laptop. Ia duduk di sofa sebelah Nara. Dengan nada sedikit cuek jihoon berkata "Tunggu sebentar, aku masih ada meeting" Nara hanya mengangguk sebagai jawaban

"Yes, can you tell me about this plan, Christ? Your assistant hasn't explained me yet" jihoon berbicara dengan rekan bisnisnya lewat laptop

Sesekali Nara mencuri pandang ke arah Jihoon. Untuk pertama kalinya Nara melihat sisi business man seorang park jihoon. Jihoon terlihat sangat keren Dimata Nara saat ini

Tatapannya yang fokus membuat Nara kembali jatuh cinta dengan sosok Park Jihoon. Entah kalimat keberapa, Nara selalu mengucap rasa kagum dalam hatinya

Jantungnya berdegup tak karuan. Ia sungguh kembali jatuh cinta kepada Jihoon. Sekitar 10 menit Nara menunggu Jihoon meeting, akhirnya lelaki itu dapat membalas tatapan Nara

"I'll send you the document ASAP. Thanks, mate" Jihoon melepas earphone serta menutup laptopnya

Pandangannya beralih menatap Nara. Nara yang sejak awal hanya menatap Jihoon, tiba tiba jadi merona ketika pandangan mereka bertemu. Nara menunduk mengalihkan pandangan

"Kenapa??" Tanya Jihoon kepada Nara

Nara kembali menatap Jihoon. Ia tidak berbicara. Lebih tepatnya tidak berani. Di saat Nara merasa ketakutan, tiba tiba jihoon tersenyum. Manis sekali

Jihoon berdiri kemudian mengelus kepala Nara "aku ambil minum sebentar"

Wajah nara semakin merona. Jantungnya kembali berdegup sangat kencang. Ia sangat menyukai perlakuan jihoon yang seperti itu

Nara merasa hawa sekitarnya menjadi panas. Ia mengibas ngibaskan telapak tangannya didepan wajahnya berharap suhu tubuhnya kembali normal

Nara menatap Jina kemudian tersenyum. Jina hanya digunakan sebagai pengalih oleh Nara. Nara tersenyum karena jihoon bukan karena sedang bercanda dengan Jina

"Jina, maaf, papa kamu bikin mama gila" Nara bergumam pelan kepada Jina

Tak lama, Jihoon kembali dengan membawa segelas jus stroberi dan jus jeruk di kedua tangannya. Jihoon meletakkan jus stroberi di hadapan Nara. Nara kembali memasang wajah datar saat Jihoon datang

Jihoon duduk tepat di sebelah kanan Nara. Lelaki itu memiringkan badannya ke kiri menghadap Nara "oke" jihoon menatap Nara siap mendengar alasan Nara datang kerumahnya. Walaupun sebenarnya ia sudah tahu

Nara menatap Jihoon sebentar, kemudian merogoh sesuatu di tas nya. Namun karena Jina sedikit menghalangi, Nara jadi sedikit kesulitan. Jihoon sadar akan hal itu. Kemudian lelaki itu bergerak menggendong Jina kedalam dekapannya

"Maaf, aku liat kamu kesulitan karena Jina duduk diatas tas kamu" jelas Jihoon singkat

Nara tidak mempermasalahkan hal itu. Ia lanjut mencari buku rekening yang sudah ia siapkan. Ketika buku tersebut sudah di tangannya, Nara menoleh ke arah Jihoon. Jihoon sedang bercanda gurau dengan Jina. Hati Nara Terenyuh. Ia sangat menyukai situasi saat ini.

Tangannya beralih meraih ponsel, kemudian diam diam memotret momen mengharukan tersebut

Jihoon menyadari gerak gerik Nara. Dengan usil jihoon berkata "ternyata kamu masih suka fotoin orang diem diem ya"

Nara yang merasa ketahuan spontan melempar ponselnya ke sofa sebelah kirinya "eng-engga"

Jihoon tersenyum memperlihatkan deretan giginya "akhirnya kamu ngomong" Pipi Nara kembali merona. Ia merasa malu

"Gapapa, kalo mau foto bareng juga boleh. Kita foto bertiga. Ya kan sayang" jihoon tiba tiba mencium pipi Jina "anak papa"

Jantung nara berdegup semakin cepat. Ia tak menyangka jihoon akan berkata seperti itu. 2 kata yang keluar dari mulut jihoon sukses membuat Nara salah tingkah

"Anak papa" gumam Nara sangat pelan sambil tersenyum senang

Jihoon mendengar Nara mengatakan sesuatu namun ia tidak mendengar terlalu jelas "Kenapa nar??"

Nara menatap Jihoon kemudian menggeleng "gapapa"

Mereka berdua saling diam sejenak. Jihoon hanya fokus bercanda dengan Jina. Di antara keheningan itu, Nara tiba tiba kembali sadar akan tujuannya. Tujuan palsu nya

"Oh iya, aku mau kembali in ini" Nara memberikan buku rekening serta kartu nya kepada Jihoon. Jihoon menerima dengan raut wajah kebingungan

"Itu uang persalinan yang kamu pinjemin. Aku janji buat ganti. Tapi itu belum semua, nanti aku bakal terus transfer ke rekening itu untuk siswa uangnya" ucap Nara

Jihoon menatap rekening tersebut lama, kemudian ia letakkan di atas meja. Ia memilih tidak melanjutkan topik tersebut. Ia masih ingin bermain bersama Jina, anaknya

Nara merasa situasi saat ini sangat tidak sesuai dengan yang seharusnya. Ia bingung harus melakukan apa. Tidak mungkin Nara langsung berkata to the poin melarang Jihoon dijodohkan. Atas segala pertimbangan dan perdebatan antara dirinya sendiri, Nara memilih untuk memberanikan diri mendekat ke arah Jihoon

Sebenarnya ia sendiri juga ragu, namun menurut nya, jika ia tidak melakukan sesuatu, hubungannya dengan Jihoon tidak akan ada perubahan. Ia ingin melepas ego nya, ia ingin berkata jujur mengenai perasaannya kepada Jihoon. Persis seperti apa yang Seunghee sarankan padanya

Jihornie Not Jihoonie 2Where stories live. Discover now