(45)

1.2K 87 1
                                    

Tak lama Jihoon berlari, ia sudah menemukan Nara yang sedang berjalan santai sambil menendang nendang air laut. Jihoon hendak menghampiri Nara namun ia mengurungkan niatnya. Sedari tadi Nara selalu mencegahnya untuk bicara. Ia pikir Nara membutuhkan waktu sejenak untuk menikmati kesendirian. Diam diam jihoon mengikuti Nara dari belakang dengan jarak 2 meter

Nara berjalan sambil sesekali bersenandung sedih. Ia menjatuhkan tubuhnya, tiduran diatas pasir, sambil menatap sendu langit malam.

Buru buru jihoon menghampiri Nara "Nara!!" Teriak Jihoon panik

Ketika ia telah tepat berada di sebelah tubuh Nara, Nara meminta jihoon untuk ikut berbaring. Jihoon mengikuti tanpa banyak tanya

Sambil menatap bintang, Nara mulai bicara "Jihoon. Aku mau kasih kamu satu kesempatan" ucap Nara misterius

Jihoon menoleh kesisi kirinya dimana Nara berada "kesempatan apa?"

Nara ikut menoleh ke tempat jihoon berbaring "kesempatan untuk ninggalin aku"

Jihoon terdiam setelah Nara mengatakan itu. Ia tidak mengerti apa yang Nara maksud

Nara kembali menatap langit dengan Lekat "kamu udah tau kan cerita yang sebenarnya? Cerita aku sama ayah? Aku udah sekotor itu ji" jihoon masih tidak berkutik. Ia diam memikirkan perkataan nara

"Aku ga mau kamu nyesel karna milih aku yang kotor ini sebagai pendamping hidup kamu. Makanya aku kasih kamu satu kesempatan untuk ninggalin aku. Ga perlu mikirin gimana perasaan aku atau rasa tanggungjawab ke Jina. Dari awal aku yang salah. Aku tau aku ga berhak dapat pertanggungjawaban dari kamu. Dan dari awal seharusnya aku ga mengharapkan lebih, dan tetap berpegang teguh pada keputusanku waktu hamil dulu"

Jihoon menghela napas ingin bicara. Namun segera Nara memotong ucapan jihoon "aku janji, setelah kesempatan ini, Aku ga akan muncul di hadapan kamu lagi" ucap Nara seraya mengangkat telapak tangannya selayaknya sedang bersumpah

Jihoon bangkit dari tidurnya. Ia mendekat ke arah Nara. Kemudian tanpa di sangka, jihoon melayangkan kecupan pada bibir Nara dengan cepat "aku ga akan ambil kesempatan itu. Aku punya keputusan sendiri, aku mau menikahi kamu nar" jihoon memeluk tubuh Nara yang sedang berbaring

"Apa yang jadi masa lalu biar jadi masa lalu aja nar. I love you cantik" ucap jihoon lalu mencium kening Nara dengan lembut

Tak kuasa dengan suasana melodrama seperti ini, akhirnya tangis Nara pecah di dalam dekapan jihoon. Semua rasa sakit ia luapkan pada Jihoon di malam itu, hingga tak sadar dibawah cahaya rembulan dan ditemani oleh deru ombak, Nara mulai tertidur lelap

Jihoon menyadari sunyi nya suasana. Ia menatap Nara memeriksa keadaan wanitanya. Jihoon tersenyum ketika melihat Nara sudah tertidur lelap. Wajahnya terlihat jauh lebih tenang di banding tadi. Ia mengusap kepala Nara "Nangis sampe kecapean" ucapnya kemudian mengecup pucuk kepala Nara dengan lembut

Beberapa saat kemudian, Jihoon membopong Nara kembali menuju rumah kedua orang tua Nara

****

Matahari menyeruak dari sela sela hordeng kamar tempat Nara tertidur. Wanita itu menggeliat merasa terganggu dengan cahaya matahari yang masuk

Ia mengusap matanya, kemudian tersenyum getir karena merasa Dejavu. Bagaimana tidak, saat ini ia sedang berada didalam kamar masa kecilnya. Ia menoleh ke arah nakas, dan melihat ada segelas susu hangat dan roti bakar. Persis seperti apa yang selalu Nara dapat ketika masih kecil hingga remaja dulu

Nara bangkit dari ranjangnya, keluar dari kamar tersebut. Yang ia dapati setelah membuka pintu adalah pemandangan Jihoon yang sedang berbincang santai dengan ayahnya Nara di ruang tamu. Seketika tubuh Nara bergetar. Tungkainya terasa sangat lemas ketika melihat sosok pria paruh baya di depannya. Ia terjatuh berlutut di depan kamar

Jihoon menyadari kehadiran Nara yang saat ini sudah terduduk di lantai. Ia segera menghampiri Nara lalu memeluk wanitanya. Ia terkejut betapa bergetarnya tubuh Nara karena ketakutan

"Ji, tolong bawa aku pergi dari sini" ucapnya sambil berbisik. Air matanya turun menetes membasahi pipi

Jihoon mengelus kepala Nara dengan lembut, berusaha menenangkan wanita itu "it's okey nar. Kita bicara dulu ya sama ayah kamu. Aku temenin" jihoon menggenggam tangan Nara membawa wanita itu berdiri berjalan menuju sofa tempat ayah Nara duduk

Ayah Nara memandang putrinya dengan tatapan sendu. Ia merasa bersalah tentang kejadian masa lalu yang cukup membuat Nara trauma. Setelah Nara dan Jihoon sudah duduk, ayah Nara mulai bersuara

"Nara" panggil ayah Nara yang tak di gubris sedikit pun sama Nara. Wanita itu tetap diam menunduk sambil memeluk lengan Jihoon

Ayah Nara tersenyum getir melihat putrinya yang saat ini terlihat ketakutan "ayah minta maaf nar, Tentang waktu itu. Saat itu ayah mabuk,tidak sadar dengan apa yang ayah perbuat. Ayah juga trauma nar, ayah sendiri ga nyangka ayah bisa kelepasan seperti itu sama kamu. Semenjak itu ayah tidak pernah menyentuh alkohol lagi"

Nara masih diam tidak menggubris perkataan ayahnya

"Ayah dengar Nara ingin menikah ya? Gapapa kalau Nara ga bisa maafin ayah, tapi tolong izinin ayah untuk serahin kamu ke Jihoon saat di atas altar nanti. Bagaimana pun ayah masih ayah kandung kamu nar"

Kalo ini Nara menggeleng. Ia terisak kecil "Nara takut sama ayah"

Ayah Nara berdiri, ia berjalan menghampiri Nara. Nara yang menyadari itu semakin mendekatkan dirinya kepada Jihoon yang ada di sebelah kiri nya. Ia menenggelamkan wajahnya kedalam dada bidang Jihoon

Ayah Nara duduk di sebelah Nara. Dengan lembut, tangan yang kini terasa kasar itu mengelus pelan kepala putrinya. Nara mencengkram kuat lengan kekar park jihoon masih dengan tubuh yang bergetar

Setelah tangan kasar itu menjauh dari dirinya, baru lah Nara bisa merasa lebih tenang

"Yasudah, kalau gitu nanti biar adik kamu saja yang membawa kamu keatas altar. Sekali lagi ayah minta maaf ya nak" setelah mengucapkan itu, ayah Nara pergi menuju kamarnya. Ia berusaha agar tidak terlihat oleh Nara

Kini tersisa Nara dan Jihoon di ruangan itu. Nara menatap Jihoon dengan mata yang sembab "Please pulang ji. Aku ga kuat di sini" mohon Nara

Jihoon mencium kening Nara dengan cepat "Kita tunggu Jina pulang ya. Jina lagi di bawa jalan jalan sama ibu kamu" setelah itu, Nara semakin tenggelam kedalam dekapan Jihoon

Jihornie Not Jihoonie 2Where stories live. Discover now