(24)

1.7K 119 28
                                    

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, pandangan jihoon tidak lepas dari wajah Nara yang mulai memucat. Di saat pada dokter sedang sibuk menangani, jihoon hanya bisa diam, menatap Nara yang sedang kesakitan

"Nar, kamu bisa Nar" ujar jihoon menyemangati

Jihoon menggenggam erat tangan Nara, ia menciumi tangan tersebut berharap dengan begitu ia dapat menyalurkan dukungan untuk Nara

Setiba nya di rumah sakit, dokter bilang harus langsung di masukkan ke UGD untuk persalinan. Jika tidak cepat, kemungkinan Nara kehilangan nyawa besar. Walaupun tahu hal itu bisa saja terjadi, Nara masih belum bisa melepas genggaman tangannya dari Jihoon. Hingga sampai di ruang depan UGD, dokter memaksa Nara untuk melepas genggamannya. Karena kasus Nara kali ini sudah masuk status gawat, Maka dokter tidak membiarkan orang lain bahkan suami sekalipun untuk masuk. Karena Nara akan segera di operasi

Jihoon hanya bisa menunggu di luar dengan perasaan resah. Ia khawatir terjadi apa apa dengan Nara dan Jina anaknya. jihoon bolak balik di depan pintu UGD sambil menggigiti kuku jari jempolnya. Seluruh tubuhnya bergetar hebat. 30 menit setelah Nara di bawa masuk UGD, datang manajer Kang dan bodyguard menghampiri Jihoon. Manajer kang menarik jihoon ke tangga darurat, kemudian menamparnya

"Kan sudah saya bilang jangan berhubungan dekat dengan wanita itu. Kamu cuma partner pemotretannya, bukan partner hidup lagi. Kamu mau dia jadi korban CEO? Kamu mau hidup dia sekaligus hidup kamu hancur? Saya kasih kamu nasehat untuk kebaikan kamu, untuk dia juga" omel manajer kang

Jihoon hanya bisa menggigiti jarinya hingga berdarah. Ia tidak merasakan sakit atau pun takut karena manajer kang memarahinya. Saat ini di pikirannya hanya satu. Kondisi Nara dan Jina. Ia tidak bisa mengontrol tubuhnya sekarang

Manajer kang lagi lagi menampar Jihoon "Jihoon!!! Bisa gak kamu nurut sama saya sekali saja. Saya gak mau karir kamu hancur. Cukup senior  kamu aja yang membangkang. Kamu jangan. AYO PULANG JIHOON!!" ucap manajer kang sambil menangis

Manajer kang menarik kerah piayama Jihoon. Ia mengguncang guncangkan tubuh jihoon berharap lelaki itu bisa sadar. Namun nyatanya, yang terucap dari bibir jihoon hanya lah nama Nara

"Ga bisa kak. Nara, Nara mengandung anak aku. Aku ga bisa ninggalin dia. Anak aku kak!! ANAK AKU!!! ANAK AKU SAMA NARA. NARA LAGI BERTARUH DI DALAM UGD SANA, dan kakak minta aku untuk pulang? Kalau terjadi sesuatu sama Nara gimana? Kakak mau tanggung jawab?" Bentak Jihoon. Air matanya tak kuasa ia bendung

Perlahan, Jihoon menjatuhkan tubuhnya. Ia jatuh berlutut. Kaki nya terasa lemas tak bertenaga "kak, kalau sampai Nara sama anak aku ga selamat, aku juga akan menghancurkan karir aku sendiri. Sama aja kak, mau aku balik ke agensi sekarang atau aku nunggu Nara, nasib aku sama. Sama sama tinggal nunggu kehancuran hidup, atau bahkan nunggu ajal. Begitu kan kak? Iya kan kak? Kalau iya, aku milih untuk di sini aja. Kakak boleh pulang kalo Kakak mau. Tapi aku ga akan ikut. Cukup waktu itu aku prioritasin karir. Aku ga mau perpisahan dengan Nara waktu itu terulang lagi." jihoon berusaha berdiri. Dengan kaki yang masih terasa lemas, ia kembali berjalan menuju depan pintu UGD. Ia duduk di kursi yang ada di sana, di temani dengan bodyguardnya. Air matanya terus bercucuran tanpa bisa ia kendalikan 

Manajer kang duduk di kursi belakang Jihoon. Ia memilih untuk menemani Jihoon sampai akhir

Setelah hampir 5 jam mereka menunggu, salah seorang dokter pun keluar. Jihoon segera bangkit "dok, istri saya dok" lidahnya tiba tiba terasa kelu. Ia tidak bisa melanjutkan perkataannya

Dokter mengerti "istri kamu aman, anak kamu aman, sekarang lagi di bersihin dulu. Tunggu sebentar lagi ya, dan selamat kamu sudah jadi ayah". Dokter menepuk pundak Jihoon kemudian pergi

Seketika ia merasa lemas, pada akhirnya ia bisa bernafas lega. Tangis nya kembali pecah, bersamaan dengan terdengarnya suara tangis bayi perempuan, yang Jihoon tebak adalah Jina

Jihoon hendak berdiri menghampiri suara tangis itu, namun di hentikan oleh manajer kang. Manajer kang meraih tangan Jihoon "Nara sama anaknya baik baik aja. ayo pulang"

Jihoon menepis tangan manajer yang menghalanginya. Ia menatap lekat mata manajer, berusaha menunjukkan ketulusan dirinya "sebentar. Tunggu sebentar aja. Aku mau lihat anak aku, Sebentar. 10 menit. Gak, 5 menit. Tunggu 5 menit"

Akhirnya manajer kang membiarkan Jihoon berjalan ke arah ruang bayi. Dari luar kaca, jihoon mencari Jina walau pun ia sendiri tidak tahu rupa Bayi Jina seperti apa. Namun Jihoon menyadari sesuatu ketika melihat beberapa suster sedang membersihkan salah seorang bayi yang sepertinya baru di lahir kan. Jihoon tersenyum, ia tahu Bayi yang  masih berada dalam dekapan suster itu adalah anak nya

Jihoon melihat lekat lekat wajah Jina dari jauh "cantik" satu kata yang menggambarkan wajah bayi Jina. Jihoon merasa Jina akan mirip sekali dengan Nara nantinya

Di sebelah Jihoon muncul manajer kang menghampiri "ayo udah liat kan? Kita pulang ke agensi sekarang. Sekertaris Ceo udah telfonin kakak dari tadi "

Namun bukannya pergi Jihoon justru kegirangan. Ia memamerkan Jina kepada manajer kang "kak liat yang di sana, bayi yang lagi di gendong suster, itu anak aku kak hahahaha aku sekarang ayah kak" saking senangnya Jihoon sampai memeluk manajer kang

Manajer kang melihat bayi yang Jihoon maksud "selamat" ujarnya singkat

Jihoon melepas pelukannya pada manajer kang "ayo pulang. Tapi sebentar, kakak bawa debit aku gak?" Tanya Jihoon

Manajer kang menyerahkan dompet dan ponsel jihoon yang di tinggalkan begitu saja di kamar hotel. Jihoon di temani dengan manajer kang dan bodyguard pergi menuju bagian administrasi. Lelaki itu hendak membayar biaya persalinan dan seluruh biaya perawatan Jina

"Mba, saya ingin bayar tagihan atas nama pasien Kim Nara. Yang 2 jam lalu masuk UGD, persalinan" ujar Jihoon

Petugas administrasi mencarikan data Nara sebentar "oh iya pak, atas nama Kim Nara, persalinan sesar di UGD. Total biaya persalinan 25 juta"

"Itu termasuk biaya perawatan setelah persalinan atau engga mbak?" Tanya Jihoon lagi memastikan

"Oh belum pak. Biaya tadi hanya untuk biaya persalinan. Perawatan dan obat masih harus di bayarkan lagi" ujar petugas administrasi

"Tolong hitung total semua biayanya termasuk rawat inap VIP, obat, dan perawatan pasca persalinan" jihoon menyerahkan kartu debit miliknya, yang ia buat khusus untuk Nara

"Tunggu sebentar ya pak. Sebenarnya kami belum bisa memastikan berapa biaya pastinya, tapi kira kira biayanya sekitar 70 juta, kalau nanti ada kelebihan dana, pihak rumah sakit akan mentransfer sisanya" Ucap petugasnya lagi. Tanpa ragu, Jihoon menyerahkan debitnya

"tarik aja 80 juta mba. Kalau ada kelebihan dana, di cash in aja. Kasih ke Bu Nara" ujar Jihoon dengan tegas

"Baik pak, ini atas nama siapa? Biar saya buat kuitansinya" resepsionis terlihat sibuk mengutak atik segala sesuatu yang ada di meja nya

"Tulis atas nama ayah Jina"

"Baik, ini pak kartu dan salinan kuitansi"

Setelah menerima kartu kembali, Jihoon akhirnya bisa kembali dengan tenang, walaupun ia belum bertemu Nara dan memastikan kondisi Nara pasca operasi, ia merasa sudah cukup.

"Kak, akhirnya aku bisa tanggung jawab. Walaupun ga di itung tanggung jawab sepenuhnya, paling engga Nara ga terbebani biaya. Ya kan kak?" Jihoon berjalan menuju parkiran mobil bersama manajer kang dan bodyguard sambil menatap langit yang biru

"Terimakasih tuhan, atas segala nikmat yang kau berikan" Batin Jihoon

"TERIMAKASIH TUHAN!!" Teriak Jihoon dengan penuh kelegaan

Manajer kang menatap Jihoon dengan malas "bukannya kamu atheis?"

"Orang atheis juga perlu bersyukur kali" balas jihoon judes "lagian, semenjak ketemu Nara aku udah percaya sama tuhan kok"

"Kamu menganut agama apa? Bukan aliran sesat anjing poongsan kan?" Tanya manajer kang berniat bercanda

Jihoon memutar bola matanya malas "huh, ya kali. Agama aku itu..... Rahasia. Kalo mau tau tunggu Nara bangun. Mau tau gak kak? Kita tunggu Nara sadar dulu baru pulang. Gimana?" Jihoon menarik turun kan alisnya berusaha menggoda manajer kang

Manajer kang melirik tajam ke arah Jihoon "engga. Ayo pulang" jihoon hanya bisa menuruti keinginan Manajer kang

Jihornie Not Jihoonie 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang