(49)

971 69 4
                                    

Kamar pribadi yang jihoon maksud terasa sangat nyaman. Walaupun ukuran kasurnya hanya muat untuk satu orang, tetapi tetap terasa nyaman jika tempat tersebut di jadikan tempat peristirahatan

Jihoon membawa Nara untuk berbaring di atas kasur nya. Kemudian pergi mengambil sesuatu di dalam laci yang tak jauh dari tempat Nara berbaring

"Kok tumben pake pengaman?" Tanya Nara heran. Pasalnya yang di ambil Jihoon tadi adalah satu buah pengaman

Jihoon tidak menjawab Nara. Ia terlebih dahulu melepas seluruh pakaiannya "hari ini aku mau hati hati"

"Maksudnya?" Tanya Nara tidak mengerti

Jihoon memasang pengaman hingga membaluti seluruh bagian penisnya. Setelah terpasang sempurna, ia naik keatas ranjang, mengekang tubuh Nara dengan agresif

"Ntah kenapa hari ini horny nya aku kerasa beda. Aku takut kalau ga pake pengaman nanti malah kecolongan" jelas Jihoon

Nara tertawa mendengar alasan Jihoon. Ia meraba dada bidang Jihoon dari bawah "kamu se horny itu karna aku panggil mas?" Tangan Nara nakal menyentuh milik jihoon dengan erotis

"Engghhh yeahh, terus call me mas ya sayang" racau jihoon

Nara memompa milik jihoon perlahan menggunakan tangan "aku blowjob ya mas" kemudian mereka segera tukar posisi, sekarang jihoon yang tiduran, sedangkan Nara mendekati wajahnya dengan penis Jihoon. Ia mulai menjilati penis Jihoon selayaknya sebuah es krim

"Eeuhhh. 69 aja nar" ujar jihoon. Nara menurut. Ia membuka pahanya lebar lebar diatas wajah Jihoon. Tak perlu berlama lama, jihoon segera melahap habis vagina Nara

Nara terus menjilati penis Jihoon yang terbalut kondom. Namun menurutnya, pengamannya hanya menjadi penghalang "ji, pengamannya aku lepas dulu ya"

"Ahh iyaa" jawab jihoon mempersilahkan

Nara terus mengulum penis Jihoon hingga jihoon mendapati pelepasannya. Cairan milik jihoon habis membasahi seluruh wajah Nara

Tanpa istirahat mereka mengubah posisi. Jihoon juga kembali mengenakan pengamannya. Kini dalam posisi normal, jihoon memasukkan miliknya kedalam tubuh Nara. Ia memompa Nara hingga Nara mendapatkan pelepasannya sendiri

****

Hingga hari menjelang malam, Tiba tiba Nara terbangun. Ia bingung karena tidak mendapati Jihoon di kamar tempat ia terbangun. Nara menatap seluruh tubuhnya yang hanya terbalut oleh Se helai kain selimut tipis. Ia bergegas mencari pakaian yang ia kenakan sebelumnya, lalu segera mengenakannya kembali. Dengan sedikit ketakutan ia berlari keluar kamar

"Mas Jihoon!!" Panggil Nara dari dalam ruangan sambil berjalan keluar. Dari daun pintu Nara mengintip sedikit tampilan Jihoon bak seorang pengusaha tampan dengan sebuah kacamata yang bertengger di batang hidungnya

"Mass!!" Teriak Nara lagi. Ia melangkah keluar dari ruangan. Namun, langkahnya terhenti ketika ia mendapati dua orang asing yang sedang mendiskusikan sesuatu dengan Jihoon di ruang kerjanya


Jihoon menoleh ketika mendengar panggilan dari Nara

"Mm-maaf ganggu, silahkan lanjut" ucap Nara lalu langsung kembali masuk kedalam ruangan yang ia pakai untuk tidur tadi

"Aduh Nara Malu maluin!" Rutuk nara pada dirinya

Sedangkan di luar, Dua orang rekan kerja jihoon menatap Jihoon dengan pandangan penuh tanya. Jihoon dengan santai menjawab "istri saya. Kita lanjutkan saja" Setelahnya, jihoon benar benar kembali serius bekerja

****

Hampir tengah malam, Jihoon pun telah selesai dengan urusan pekerjaannya.  Ia melepas kacamata yang ia kenakan, lalu memijit pelipisnya yang terasa nyeri

Jihoon bangkit dari kursi kerjanya, berjalan menuju ruangan pribadinya "nar" panggil jihoon lembut

Nara menoleh ketika mendengar suara panggilan jihoon dari ambang pintu "iyaa,, udah selesai mas?"

Jihoon tersenyum, lalu mengangguk "iya udah. Ayo pulang"

Nara meraih semua barang bawaannya, kemudian menghampiri Jihoon sambil melompat lompat kecil

"Kita ke rumah mama dulu, jemput Jina" ucap Nara

Tidak menjawab, jihoon malah menarik pinggang Nara mendekat kearahnya "besok aja jemput Jina nya" jihoon secara tiba tiba mendekatkan bibirnya ke bibir milik Nara "aku capek hari ini, butuh charge energy"

Nara segera mendorong tubuh Jihoon menjauh dari dirinya. Wanita bertubuh kecil itu berkacak pinggang sambil memasang wajah galak di hadapan Jihoon "kamu tuh ya, Jina tuh kamu juga yang buat kalo kamu inget.  Tanggung jawab dong, katanya mau jadi papah"

Jihoon terkekeh melihat wajah sok galak Nara. Ia dengan gemas mencubit pipi Nara "okeyy cantik. Aku tanggung jawab, Ayo kita jemput Jina"

Setelahnya, Nara berjalan dengan riang sambil menggandeng lengan kekar Jihoon. Mereka bersama sama keluar dari kantor milik Jihoon yang terlihat mulai sepi

Saat di perjalanan menuju rumah orang tua jihoon, Nara berkata dengan lirih "mas maaf ya"

Jihoon terheran dengan perubahan sifat Nara "maaf kenapa? Kok tiba tiba aja minta maaf?"

Nara memilin jari jari lentiknya "itu, tadi. Kamu pasti malu ya, waktu aku panggil mas di depan rekan kerja kamu. Maaf ya aku pikir tadi gaada orang"

Jihoon tersenyum kemudian salah satu tangannya mengusap kepala Nara dengan lembut "aku ga masalah sayang. Panggil aku semua kamu, mau di depan mama papa, rekan kerja, karyawan aku,  atau bahkan stranger, panggil aku senyamannya kamu. Ya walaupun aku berharapnya kamu terus panggil aku mas dimana pun dan kapan pun"

Nara tersenyum "oke mas, permintaan accepted hehe" Nara Terkekeh setelah mengatakan itu

Dostali jste se na konec publikovaných kapitol.

⏰ Poslední aktualizace: Apr 02 ⏰

Přidej si tento příběh do své knihovny, abys byl/a informován/a o nových kapitolách!

Jihornie Not Jihoonie 2Kde žijí příběhy. Začni objevovat