Chapter. 1

25.2K 846 30
                                    

Selamat tahun baru 2023 ...! Selamat bertemu dengan dua orang yang hidupnya penuh rahasia. Maaf kalau nantinya judul ini ada kekurangan sana sini, ya, saya tetap coba sajikan sesuai realita yang ada.

Yuk, kita ketemu komisaris ganteng dan marketing consulting cantik yang keduanya sama-sama punya rahasia kelam.

Get ready, guys!

*******

Selamat Membaca 🌵

Manusia pasti memiliki rahasia diri yang disembunyikan. Alter ego atau memang sengaja memiliki dua sisi lain karena satu alasan, hingga mampu membuat seseorang tidak bisa melepaskan begitu saja bayang-bayang dua sisi yang ada di dalam dirinya.

Abdinegoro, napasnya terengah dengan peluh juga tetesan darah yang jatuh dari pelipisnya yang sobek. Tatapannya tajam ke arah seorang laki-laki yang terkapar tak berdaya di hadapannya. Dua orang mendekat, mengangkat tubuh lawan tarungnya di ring dengan jeruji yang perlahan terangkat ke atas karena pertarungan keduanya telah usai.

"Di! Lo hampir matiin itu orang! Lo ada apa?! Kenapa ngamuk begini!" Felix mendekat, memberikan handuk ke Abdi lalu mengajaknya keluar dari ring. "Bagus lukisan topeng lo nggak luntur. Kacau kalau sampai--"

"Berisik. Buruan obatin luka gue. Besok gue berangkat ke Yogya, ada meeting di sana. Pesawat jam sembilan."

"Geblek. Udah tau besok ada kerjaan lo ladenin taruhan orang-orang." Felix membuka pintu ruang ganti dengan cepat lalu keduanya masuk.

Abdi duduk, ia menyandarkan tubuhnya yang telanjang bagian atas saja ke pintu loker. "Orang yang tadi, bawa ke rumah sakit, Fel, kayaknya rusuknya retak, rahang dan--"

"Shut up! Gue udah tau." Felix merogoh ponsel, ia menelpon seseorang untuk memerintahkan orang yang tadi menjadi lawan tarung Abdi ke rumah sakit, kemudian kembali fokus mengobati pelipis Abdi yang sedikit sobek.

"Ada apa, sih!" Felix masih penasaran karena Abdi bertarung tidak seperti biasanya.

"Bokap. Gara-gara gue batalin nikah setahun lalu, dia limpahin semua masalah kantor ke gue."

"Kantor mana? Yang lo jadi komisarisnya atau bukan?" Felix menekan kapas yang sudah dibalur obat luka ke pelipis Abdi, lelaki itu diam saja, tidak merasa perih sama sekali. Sudah biasa.

"Yang bokap pegang. Gue rasa bokap kayak sengaja mau bikin gue tanggung jawab dan hadapin masalah dia sendirian. Bokap malah pergi, dia sama bini mudanya ke Macau. Gue udah kayak sampah, nggak dianggap anak sama dia."

"Sejak kapan lo dianggap anaknya. Dari dulu cuma pembantu lo, sopir, dan juru masak di rumah yang anggap lo anak, bahkan sampai sekarang lo di rumah juga masih diladenin mereka. Udah lah, Di, lo bisa kumpulin orang yang kompeten di perusahaan bokap buat cari akar permasalahannya. Kantor lainnya, 'kan ada gue yang handle." Felix memasangkan plester kecil transparan ke pelipis. Ia merapikan kotak obat dan meletakkan di loker Abdi yang namanya jelas bukan Abdinegoro, tapi Joker."

"Selama orang-orang nggak ada yang tau elo siapa di kantor yang gue handle, lo urus dulu kantor bokap. Kalau emang mau lo bangkrutin, sekalian aja hancurin." Felix duduk di hadapan Abdi yang sedang memakai sweater hoodie warna hitam. "Di, lo nggak bisa terus pakai topeng lo, mau sampai kapan lo begini. Lo udah 31 tahun, gue sendiri udah ada anak dan istri, karena lo temen gue dari kecil, gue nggak akan tinggalin lo sampai kapan pun. Bukan hati, cari perempuan yang bisa bikin lo tekuk lutut."

Abdi tertawa sinis, ia membuka loker lalu menyambar tas ransel hitam miliknya. "Mereka cuma mau duit gue, Fel, lo aja beruntung dapetin Siska yang dijodohin Mama lo."

His Alterego ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang