05. Keributan

73.6K 2.3K 0
                                    

"Mulai hari ini dan seterusnya, Erlan yang akan antar jemput kamu sekolah, Nin! Papa tidak terima bantahan."

"Ih ayah! Kenapa gitu?" kesalnya.

"Ini hukuman buat kamu! Karena Semalam kamu sudah berani beraninya pergi sama cowok lain tanpa se-izin ayah dan bunda! Apalagi Erlan yang jelas jelas calon suami kamu!"

Anin menghela napas pelan dan menatap sang bunda. "Kalo gini mending Anin gak jadi sekolah aja deh bun."

"Loh kenapa? Seharusnya seneng dong, kan di bonceng sama Erlan," ucap Jihan mengusap rambut putrinya.

"Bunda nyebelin! Ayah juga! kenapa gak suruh om Aslan aja yang antar Anin sekolah?"

"Om Aslan hari ini mau antar ayah kamu ke bandara sayang. Kamu kan udah ada Erlan yang anterin. Kalian juga satu sekolah, satu tujuan, jadi gak ada salahnya kan berangkat bareng," tutur bunda Jihan.

"Bener kata bunda, udah sana berangkat, kasian Erlan nungguin." suruh Hendra.

"Bunda...." rengek Anin mengadu.

"Gak boleh nolak, dosa. Erlan calon suami kamu sayang, kamu harus nurut," ujar Jihan memberi peringatan.

Lagi lagi Anin menghela napasnya, "Yaudah! Anin berangkat dulu bun, yah, Assalamu'alaikum."

Anin mencium punggung tangan Ayah dan Bundanya sebelum pergi ke sekolah.

"Wa'alaikumsalam, hati hati ya."

Erlan yang sudah siap di atas motor menyalakan motornya itu, memasangkan helm satunya lagi di kepala Anin. Anin yang mendapat perlakuan manis ini seketika menegang, wajah Erlan yang begitu dekat tepat di depan matanya jadi gugup.

Lagi lagi yang bisa Anin lihat Erlan melepas hoodie nya sendiri yang menyisakan seragam sekolah dan memberikan padanya. "Tutupin paha lo."

Anin menerimanya, kemudian naik di jok belakang menuruti apa kata Erlan tadi. "Ngebut lagi gue batalin ya pernikahan kita." ancam Anin lalu tangannya melingkar sempurna.

Tidak membutuhkan waktu lama motor hitam seharga milyaran rupiah yang di tumpangi kedua remaja itu berhasil memasuki area sekolah.

Erlan memarkirkan kendaraannya di parkiran khusus siswa SMA Cakrawala di tengah tengah milik Devan dan Mahen. Lalu kemudian Anin turun dari motor dengan berpegangan pada pundaknya agar tidak jatuh.

"Lain kali turunin gue di halte aja kak," ucap Anin cemberut kesal.

"Bawel lo, tinggal nurut apa susahnya," balas Erlan sambil melepas helm full face nya dengan sesekali ia merapihkan rambutnya pada pantulan kaca spion motor.

"Kalo orang orang ngira kita ada hubungan, gimana? Gue bisa di serang sama fans lo!"

"Bilang aja kita pacaran, selesai," jawab Erlan seraya turun dari motor.

Anin berdecak kesal pasalnya penggemar Erlan itu bukan cuma di sekolah ini aja, tapi hampir di seluruh dunia mereka semua kenal Erlan, bisa babak belur yang ada kalau sampai kena rumor.

Erlan berjalan lebih dulu di depan Anin, dan Anin hanya membuntutinya dari belakang mengeratkan tali ransel sambil terus bergerutu tidak jelas.

"Lo jalan cepet banget sih Kak!" keluh Anin menyamai langkahnya.

Dugh

Anin terbentur menubruk punggung Erlan yang berhenti secara mendadak di depan, dan dia berbalik badan. "Lo nya aja kaya siput, lambat!" Erlan menoyor keningnya.

ERLANGGA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang