36. Pemakaman

39K 1K 2
                                    

Di kamar Anin diam memandangi dirinya lewat pantulan cermin. Terlihat jelas wajah sembab, hidung merah, dan terus mengeluarkan air mata, semalaman Anin tidak berhenti menangis, rasanya masih kayak mimpi! Kenapa kedua orang tuanya pergi mendahuluinya?

Satu hari setelah pencarian, tim sar berhasil menemukan jasad orang tuanya dalam keadaan utuh yang terombang ambing di lokasi yang berbeda, jasadnya langsung di bawa ke rumah sakit untuk di urus, lalu kemudian ke pemakaman.

Seluruh kerabat sudah tiba di rumah, tapi Anin enggan bertemu dan butuh ketenangan untuk sendiri.

Cklek

"Nin, udah siap?" Erlan menyembulkan kepalanya di pintu.

Anin menggeleng tanpa menoleh ke laki laki itu. "Gue belum siap kak."

Erlan menghela napas mendekati Anin yang kini membelakanginya. "Sebentar lagi jenazah ayah sama bunda tiba di pemakaman, masa lo gak ikut hm?"

"Lo duluan aja, g-gue masih mau sendiri," balas Anin terisak.

"Enggak bisa, semuanya gak akan berangkat kalo lo gak ikut." Erlan melingkarkan kedua tangannya di pinggang Anin dari belakang seraya mengecup pundak istrinya.


"T-tapi gue gak siap kak!"

"Siap gak siap, harus siap. Lo anak semata wayangnya ayah sama bunda, mereka semua butuh lo, lo wajib ikut sayang."

Anin dapat melihat dirinya yang di peluk oleh laki laki itu lewat cermin. "Gue gak mau kak!"

"Kalo lo gak mau ikut hadir ke pemakaman itu artinya lo anak durhaka, ayah sama bunda pasti kecewa sama anaknya sendiri."

Erlan memutar tubuh Anin menjadi berhadapan menghapus air mata di pipi gadisnya yang terus meluncur. "Lo gak sendirian, Gue ada disini, lo pasti kuat."

Namun Anin terus saja menggeleng. "Gue gak akan kuat kak..."

"Hey." Erlan menangkup pipinya. "Siapa bilang lo gak kuat hm? Lo itu perempuan yang kuat! Sama kaya bunda, lo harus yakin kalo lo bisa lalui semuanya."

Anin menatap kedua netra mata laki laki itu yang berbeda, terlihat ketulusan disana, bukan lagi mata tajam yang selalu ia lihat di setiap harinya.

"Mau ya? Lo harus ikut, untuk yang terakhir kalinya."

Bibir Anin bergetar, dan perlahan mengangguk bersamaan dengan tangisan. Melihat itu Erlan tersenyum dan langsung mendekap istrinya.

"Kita kesana sekarang."

°°°°

Sepuluh mobil hitam melaju cepat di belakang mobil ambulan yang membawanya ke lokasi pemakaman, orang tua Anin akan di makamkan di TPU terdekat hari ini juga.

Setibanya di sana, mereka turun dari mobil lengkap memakai pakaian serba hitam yang tertutup menghormati orang yang telah tiada. Banyak karangan bunga papan yang bertuliskan turut berduka cita dari berbagai perusahaan.


Semuanya menyaksikan proses pemakaman secara langsung, banyak yang menangis saat perlahan jenazah masuk ke liang lahat, sampai akhirnya tanah menggunduk dan ditaburi bunga di atasnya.

Anin pun tak kuasa menahan tangis, dadanya terasa sakit. "Bun, katanya bunda mau lihat Anin lulus SMA hiks.... mana janji bunda yang katanya mau gendong cucu pertama bunda?"

ERLANGGA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang