38. Kesedihan

36K 1K 4
                                    

Iringan musik menggema di setiap sudut ruangan, ada banyak stan makanan dan minuman lezat yang di sediakan untuk para tamu di sana, sebuah coffe shop yang di sewa oleh oknum yang bernama Daren Alpheus Zorion, sebagai tanda merayakan ulang tahun yang ke 20 tahun? katanya. Sekarang dia sudah sedewasa itu ya.

Daren terlihat tampan mengenakan kemeja putih polos yang ngepas di badan, sampai perut six pack nya tercetak jelas, bagian 3 kancing atasnya di biarkan terbuka, dan bagian lengannya di gulung sampai siku.

Kali ini Daren hanya mengundang teman alumni seangkatan SMP nya saja, termasuk Anin. Tapi sampai acara mulai pun Anin belum muncul juga, padahal Daren sangat mewanti wanti kehadirannya.

"Gimana? Udah dateng?" seseorang menepuk pundaknya, namanya Leo.

Daren memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. "Kayanya gak bakal dateng."

"Lah? Mana bisa gitu? Bukannya lo udah ngundang dia?"

"Sibuk kali." Daren mengangkat bahunya.

"Yaudah lo yang sabar aja." Daren mengangguk, mungkin Anin memang sibuk atau bahkan lupa? Makanya tidak datang.

"Wuihhh, selamat menua abang Daren kuhh yang ganteng!" seru Alea berlari sambil menebar senyuman yang khas.

Sementara Daren memutar bola matanya malas. "Ngapain kesini? Bukannya bantu Mami di rumah."

"Ah gak asik! Bang Daren seharusnya seneng dong gue kesini! Gue rela relain bolos les demi hadir di ulang tahun lo tau!" gerutu Alea.

"Hm, terserah! Lagian gue gak nyuruh lo datang."

"Dia siapa?" tanya Leo melirik Alea, singkat.

"Adek cewek gue, dia masih SMP, kenapa? Lo naksir?"

Leo mengangguk paham. "Masih bocil ternyata, btw kelas berapa neng?"

"Gue." Alea menunjuk dirinya sendiri. "Kelas dua SMP, bentar lagi lulus! Dan lo stop manggil bocil! Karna gue bukan bocil lagi sekarang!"

"Wuhhh mang eak? Tapi kenapa badan lo pendek, bantet, kaya opet, beda sama abang lo yang kaya titan ini!" ucap Leo terbahak bahak.

Alea menggembungkan pipinya seperti ikan buntal. "Ih ngeselin banget! Gini gini gue jago nonjok muka orang ya!"

Leo menjitak kepala Alea. "Heh! bocil gak boleh main tonjok tonjokan! Lo cocoknya main boneka sama masak masakan aja di rumah."

"Hih! Enak aja." cibir Alea.

"Udah udah," ucap Daren. "Mending kalian lanjut makan makan aja sana! Gue butuh waktu sendiri!"

"Aneh super super aneh! Yang ultah masa mau misahin diri sih? Terus ini acara lo di biarin gitu aja tah?" tanya Alea.

"Hm, kali ini gue bebasin kalian semua mau ngapain aja, semua hidangan juga udah di sediain banyak," jawab Daren.

Leo dan Alea bertepuk tangan. "Keren! Ini baru orang kaya!"

Terdengar Daren menghela napas berat, acara yang seharusnya seru dan meriah, tapi karena tidak ada Anin, Daren merasa flat flat saja di hari ulang tahunnya sendiri, baginya merasa ada yang kurang kalo Anin tidak ada.

Alea bisa menyadari raut wajah abangnya yang tampak berbeda, dan Alea memberanikan diri untuk bertanya. "Lo kenapa? Kok kayak yang gak seneng gitu sih?"

Dan Leo sedikit menunduk lalu berbisik di telinga Alea. "Crush nya gak dateng, makanya gak mood."

"Owalah, jadi karena kak Anin gak datang lo jadi galau merana kayak gini ya?" kata Alea dengan suara keras.

ERLANGGA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang