58. Kebohongan

29.9K 910 26
                                    

halooo....

sebelumnya, yang kenal saya siapa
pliiss jauh jauh jangan baca sampe abis yaa,
agak dag dig dug ser huahaha.


.

.

.

.

- 𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 シ︎

"Syela mendadak kritis...."

"Dan om nggak tau harus gimana lagi selain minta tolong sama kamu, Lan" Ander menepuk pundak Erlan yang diam memandang Syela tidur menutup matanya di atas brankar sana dengan alat bantu pernapasan yang terpasang di hidungnya.

Tengah malam ia mendapat telpon dari Ander mengenai kondisi Syela yang semakin memburuk. Jelas masih punya rasa iba Erlan langsung pergi ke rumah sakit dengan meninggalkan Anin yang tidur sendirian di kamarnya.

Belakangan ini sebenarnya Erlan tidak mau ikut campur, tapi melihat pria paruh baya yang begitu takut dan khawatir akan putrinya jadi tidak ada pilihan lain lagi selain kembali meresponnya.

"Saya harus gimana, om?" tanya Erlan masih menatap datar lurus ke depan, jujur dari lubuk hati nya yang paling dalam tidak mau melakukan hal ini.

"Kamu cukup jaga dan temani Syela selagi dia sadar Lan, yang om tau Syela akan tenang kalo ada kamu di sampingnya, om mohon... cuma kamu yang bisa bantu Syela sembuh" tutur om Ander padanya.

"Cukup? Saya aja gak bisa sering ninggalin Anin sendirian, gimana saya harus jagain dan temani Syela setiap saat?"

Ander menggeleng lirih, "Kali ini aja, om mau Syela sembuh, om gak bisa melihat Syela yang terus ngamuk ngamuk kesakitan karna kejiwaannya"

"Om cuma punya Syela, Lan"

"Itu bukan urusan saya, om. Apapun yang terjadi sama Syela itu udah jadi karma buat dia, sembuh enggak sembuh nya itu urusan tuhan, om gak bisa maksa saya"

Suasana menjadi panas, Erlan merasa gerah di dalam sini, padahal rumah sakit dominan dingin dengan AC, pikirannya jadi acak acakan antara Syela dan Anin.

"Apa kamu tega? Syela setiap hari sering melakukan percobaan bunuh diri, tapi selalu gagal karena saya yang pergokin dia terus terusan" lanjut Ander.

Kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku celananya terkepal kuat, "Anin lebih penting, saya gak bisa biarin Anin kepikiran soal ini, om!"

"Ini gak lama, sampai Syela merasa baik aja kamu udah boleh pergi jauh dari hidup anak om, om tau kamu punya urusan pribadi yang jauh lebih penting! Tapi tolong... luangkan sedikit waktu kamu untuk Syela, mentalnya butuh bantuan" kata Ander memohon.

Di sela perbincangan mereka dokter bersama suster pendamping bergegas masuk menghampiri Syela, dokter tersebut mengarahkan sebuah stetoskop ke dada perempuan itu untuk mengecek denyut nadinya.

"Detak jantungnya menurun" ucap sang dokter kecilnya harapan untuk mengembalikan kondisi pasien.

"Sus! Pasang alat alat" pinta dokter tersebut yang langsung mendapat anggukan dari asistenya segera menuruti perintah.

"Kamu lihat? Anak saya jadi seperti ini karena terlalu obsesi sama kamu" ucap Ander.

"Kalian silahkan keluar terlebih dahulu agar kami bisa fokus menangani pasien" perintah dokter pada mereka.

ERLANGGA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang