20. Jebakan

50.9K 1.3K 12
                                    

Bel pulang pun telah berbunyi. Hari ini guru guru rapat, semua siswa siswi di minta pulang lebih awal untuk meninggalkan sekolah. Dan di lorong kelas terlihat jelas Anin yang sekarang mengejar Erlan, karena Erlan yang tiba-tiba mendiaminya begitu saja.

"Kak Erlan lo kenapa sih diem mulu dari tadi, gue ada salah ya sama lo?" Anin terus berjalan menyamakan langkahnya dengan orang yang tidak memperdulikancelotehannya itu.

"Udah tau masih aja nanya." batin Erlan, ia semakin mempercepat langkahnya.

"Kak! Gue dari tadi ngomong loh ya sama lo!" teriak Anin.

"Gue gak tau kesalahan gue dimana, lo jangan diemin gue kaya gini dong, kak!"

Anin terus saja berteriak meskipun tidak ada jawaban dari laki-laki itu. Erlan seolah menulikan pendengarannya. Sampai interaksi mereka di lihat orang sekitar.

"Kak!"

"Lo beneran budeg apa gimana sih?! Gue gak suka di diemin hiks!" kesal Anin, tidak dapat membendung air matanya lagi.

Anin menangis?

Bruk!

"Awsh..." Anin terjatuh, menginjak tali sepatunya sendiri.

"Sakit..." lirihnya.

Erlan menghentikan langkahnya begitu samar samar mendengar suara rintihan, dia berbalik dan mendapati Anin yang terduduk di tanah seraya menangis.

"ANIN!" Erlan berlari menghampirinya.

"Lo nggak papa? Ada yang sakit gak?"

"Hiks! Dengkul gue berdarah," ia mendonggak menatap wajah Erlan.

"Astaga, ayo berdiri, itu kotor." Erlan menarik tangan Anin agar berdiri.

"Lo bisa jalan gak? Atau mau gue gendong aja?"

Anin mengangguk. "Mau gendong...."

"Sini, naik ke punggung gue." Erlan berjongkok di hadapannya. Lalu Anin menurut, perlahan menaiki punggung tegap suaminya dengan kaki yang melingkarkan sempurna di pinggangnya.

"Berat gak?" cicit Anin.

"Enggak, lo enteng, Nin. Gue banting di kasur juga palingan tepar," ucap Erlan membuat Anin langsung menggeplak punduk kepalanya.

"Pikiran lo kesana mulu!"

"Namanya juga belum pernah ngerasain." Erlan menyunggingkan senyuman kecil.

"Udah ah! Ayo cepetan jalan! Kaki gue udah gak kuat!" pinta Anin dengan sesekali meringis.

"Siap tuan putri, akan segera saya laksanakan!" Erlan berhasil membuat Anin tertawa geli mendengarnya.

Rintik rintik air mulai berjatuhan, pertanda akan segera turun hujan, Erlan pun cepat cepat berlari membawa Anin ke dalam mobil. Di sana sudah banyak tatapan tak suka dari orang orang yang berkeliaran begitu melihat Erlan menggendong Anin.

"Tuh cewek nyusahin anjir! Dia kira dia tuan putri kali ya bisa seenaknya gitu! Gue Kasian sama Erlan."

"Hooh, nambah nambah beban aja! Padahal Erlan udah keliatan banget kalo dia capek."

"Biasalah, si Anin kan manja!"

"Najis gue liatnya!"

"Cowoknya si oke! Tapi ceweknya minus banget sumpah! Mereka tuh gak cocok!"

Bisik bisik orang itu terdengar sampai ke telinga Daren saat melintas, Daren sedikit memperlambat langkahnya, matanya tertuju pada sebuah mobil sport hitam yang baru saja meleset pergi, yang di yakini itu mobil Erlan.

"Jadi Anin sama Erlan beneran ada hubungan?" tanya Daren dalam hati.

°°°°


"Kepala gue udah pusing, Syel, lo gak mau balik apa?" lirih Diva memegangi kepalanya yang terasa pusing karena banyak minum.

"Bentar dulu anj! Gue belum mabok! Ini masih botol pertama" sambar Syela nyolot.

Diva memutar bola matanya malas, "Muka lo udah pucet gitu lo bilang belum mabok hah?! Gila!"

"Huhhh perut gue blekbek blekbek anjir" sahut Shiena menekan perutnya dengan kedua tangan.

"Awalnya coba coba, eh malah ketagihan" rancau Syela ketawa gak jelas dan kembali meneguknya.

Masih memakai seragam sekolahnya kini ketiga cewek itu berada di dalam sebuah club malam, selepas pulang sekolah mereka tidak langsung pulang ke rumah, melainkan pergi ke tempat terlarang yang seharusnya tidak mereka datangi.

"Erlan... kenapa kamu harus pindah sih, aku kan jadi sendirian di rumah" Syela memukul mukul kepalanya sendiri, akibat efek dari minuman membuat nya kehilangan kesadaran.

"Aku sayang kamuuuuu, aku suka kamuuuu" ia memajukan bibirnya, "Aku mau di cium sama kamu hihi"

Cup

"Gue di sini" bisik seseorang dengan seringaiannya.

Syela memegangi pipinya yang terasa basah, "Erlan, kamu beneran di sini hm?"

"Iya, gue disini"

Dengan mata sayup Syela menoleh, "Ini beneran kamu, Lan?"

Karna penglihatan yang buram Syela sampai menyipit melihat sosok laki laki tampan di hadapannya ini, benar benar terlihat seperti Erlan, "Kamu ngapain di sini?"

"Gue mau lo"

Dahi Syela menyerngit, "Maksud kamu apa?"

"Ayo ikut gue" ajak cowok itu menarik pergelangan tangannya.

"Eh" Syela tersentak, "Kita mau kemana?"

"Ke sesuatu tempat yang cocok buat kita berdua, lo pasti suka"

Syela tersenyum, "Yaudah, aku ikut kamu aja"

Cowok itu menarik Syela membawanya masuk sampai ke ruangan gelap, hanya ada cahaya remang remang di dalam sana, terdapat kasur dan barang lainnya, iya yakini ini sebuah kamar.

"Kamu kenapa bawa aku ke sini? Kita mau ngapain?" tanya Syela penasaran.

Cowok itu berbisik sesuatu.

"Kamu yakin Lan kita mau ngelakuin itu?"

"Iya, gue yakin, lo mau juga kan?"

Syela mengangguk, "Karna ini mau kamu, kalo gitu aku juga mau Lan"

"Bagus!" dia mengusap pipi Syela.

Syela mulai menjalankan aksinya, ia melepas satu persatu pakaian di tubuhnya.

"let's play baby!" bisik cowok itu tersenyum miring.

ERLANGGA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang