40. Pisah Rumah

38.9K 1K 10
                                    

pulang sekolah Anin mampir ke sebuah supermarket, berniat membeli sesuatu. Dari minggu lalu keinginannya itu belum sempat terpenuhi, dengan keberaniannya Anin pergi seorang diri meski sebenarnya masih merasa takut kalo kemana mana sendirian.

Anin mendorong troli belanjaan menuju stan makanan ringan, stok di rumah sudah habis, biasanya Erlan yang suka stok banyak, tapi sekarang? Semenjak pisah rumah, pisah ranjang semua berubah.

Belum cerai bukan berarti memutuskan tali hubungan, bahkan Erlan masih ingin tetap mempertahankan pernikahannya, apapun keadaanya sekarang, Anin tetap istri satu satunya.

Bruk.

Anin tak sengaja menubruk seseorang, sampai belanjaan orang itu berjatuhan di lantai.

"Ya ampun! Maaf maaf, saya gak liat." Anin memunguti barang yang jatuh mengumpulkannya di kedua tangan.

"Ini barangnya, maaf sekali udah bikin---," ucapannya terhenti kala melihat siapa orang tersebut.

Orang itu ternyata----, Raksan?

Yang Anin tau Raksan itu anak SMA Perkasa yang katanya jahat melebihi iblis, kata Lexa pernah bilang kalo Raksan naksir berat sama Anin.

Reflek Anin sedikit menundukkan kepalanya seraya menyerahkan barang mulik Raksan. "I-ini, maaf."

"Hm makasih, Anin?" Raksan memiringkan kepala mentap wajah cantik Anin yang menunduk.

Saat hendak berbalik meninggalkannya, dengan cepat Raksan mencekal pergelangan tangannya lumayan keras. "Lo mau kemana? Urusan kita belum selesai."

"L-lepas! Gue harus pulang!" Anin ketakutan.

"Biar gue yang antar lo pulang ya?"

"Enggak! Gue bisa pulang sendiri!" tolaknya.

"Lo berani nolak?" Raksan mengangkat dagu Anin tersenyum smirk. "Lo harus pulang ke rumah gue sayang."

"Gak! Jangan harap!" Anin melepaskan jari tangan Raksan dari dagunya.

"Cih! Sok jual mahal banget jadi cewek!" Raksan berdecih kasar. "Giliran gue gilir baru tau rasa lo!"

Tangan Anin bergetar dan berkeringat dingin, jujur takut sama orang seperti Raksan ini.

"Gue harus pergi." namun sialnya Raksan menahannya lagi, kali ini cekalan tangannya lebih sakit, tangannya sampai merah.

"Gak segampang itu Anin, lo udah ngusik gue, lo harus tanggung jawab!"

"Aneh! Lepasin gue gak!" paksa Anin menarik tangannya.

"Gak akan gue lepas sebelum lo jadi pacar gue!"

"Gak mau dan gak akan pernah! Pliisss! lepasin gue! Gue harus pulang!" mohon Anin.

"Iya pulang, pulang ke rumah gue kan hm?" Raksan menjawil hidung Anin.

"Apaan sih! Enggak ya!" tepis nya.

Raksan berdecak mendapat penolakan lagi dan lagi yang keluar dari mulut Anin. "Udah, sekarang lo ikut gue! Gue janji bikin lo seneng disana!"

ERLANGGA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang