24. Hari Berikutnya

39.1K 1.1K 6
                                    

"Lan."

Erlan menoleh saat merasakan sebuah tangan mengusap belakang lehernya, ternyata pelakunya adalah Syela.

"Yang lain lagi sibuk latihan buat besok loh, tapi kenapa kamu malah duduk diem kayak gini?"

Mengetahui siapa orang itu Erlan berdecih. "Terserah gue, gak ada hubungannya juga sama lo!"

"Ck, besok kamu udah mulai tanding Lan. Seharusnya kan kamu atur strategi buat persiapan besok, apalagi kamu kaptennya, aku gak mau ya sekolah kita kalah cuma karna kamu gak semangat tanding!"

"Menang atau kalah, itu udah ada yang ngatur! Kenapa lo yang ribet?" balasnya.

Syela menghela napasnya. "Kamu kenapa lagi sih? Apa yang bikin kamu ginu? Kok akhir akhir ini aku perhatiin kamu kayak gak semangat? malah banyak diem, menyendiri terus, gak ikut gabung sama yang lain. Kamu lagi ada masalah? kalo emang iya, kamu bisa kok cerita sama aku biar lebih tenang. Ayo."

"Gue gak butuh!" Erlan bangkit dari duduknya dan meninggalkan Syela ke tengah lapangan.

"Erlan kenapa, Syel? Kok dia kayak emosi gitu?" tanya Diva di sampingnya.

"Semua ini gara gara Anin! Dia udah bikin Erlan jadi gak fokus latihan! Ya lo pikir aja, kalo gini sih Erlan bisa gagal bawa nama baik sekolah kita ke final!" protes Syela.

"Gue setuju sih! Lama lama si Anin bikin gue gedeg sumpah! Pengen gue bejek bejek aja tuh mukanya!" Shiena menyahuti dengan penuh kekesalan.

"Hooh, bukannya di kasih support buat cowonya, lah ini, gak ada kabar sama sekali sampe sekarang, pantesan aja Erlan gak semangat latihan," ucap Diva.

"Gue harus buat perhitungan sama tuh cewek!" geram Syela.

Di pinggir lapangan pak Adi memantau gerak gerik Erlan yang tak seperti biasanya. Laki-laki itu terlihat malas malasan memasukkan bola ke dalam ring, dan bola itu berkali kali terjatuh ke luar.

"Stop!" instruksi pak Adi membuat ke sepuluh orang itu langsung berhenti.

"Erlan! Kamu ini kenapa? Kenapa bola yang kamu lempar tidak berhasil masuk? Kamu ini sebenarnya niat tanding tidak sih?" tanya pak Adi kecewa.

"Maaf pak." Erlan menundukkan kepalanya.

"Kalo kaya gini, artinya kamu tidak mencerminkan diri kamu sebagai captain, Erlan! Seharusnya kamu bisa memberi contoh yang baik ke anggota yang lain! Bukan kaya tadi! Males malesan udah kaya gak ada semangat hidup!" omel pak Adi.

"Iya pak, sorry sebelumnya."

"Sudah! Kalo kaya gini, mending kamu istirahat aja, tenangin diri kamu, cari mood yang bagus buat latihan supaya tidak amburadul kaya tadi!" peringat pak Adi yang mendapat anggukan dari Erlan.

"Untuk yang lain, silahkan kalian lanjutkan kembali latihan, usahakan kompak! Dan jangan menye menye kaya kapten kalian ini!"

"Siap pak!" jawab semunya.

"Lo juga harus semangat Lan! Kita datang kesini buat menang, bukan buat kalah" ucap Mahen merangkul pundaknya.

"Oke."

"Gue yakin, pasti Anin kasih lo support bro! Mungkin sekarang dia lagi sibuk aja, makanya gak ada kabar," timpal Devan.

"Ayo bang semangat semangat semangat! Kalo kita menang pasti cewek lo ikut bangga juga!" seru Fatur di ikuti yang lain memberi support padanya.

"Hm, thanks! Kalian juga harus lebih semangat dari gue!"

"Yoi! Pasti dong!"

°°°°

ERLANGGA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang