18. Pindah

46.6K 1.6K 14
                                    

Tengah malam Anin terbangun dari tidurnya, merasakan ada sesuatu yang basah di bawah sana, terasa bau dan lengket. Lalu Anin mengecek belakangan tubuhnya, dan ternyata darah segar merembes ke sprei yang berasal dari celana yang di kenakan.

"Kak, kak bangun...." Anin menepuk nepuk pipi laki-laki itu agar segera bangun. Erlan tertidur pulas sampai suara dengkurannya terdengar halus.

"Hm?" guman Erlan masih menutup mata.

"Cepet bangun dulu ih!" suruh Anin.

Erlan mengerjapkan matanya, pemandangan pertama yang dilihat wajah cantik Anin yang gelisah. "Kenapa hm?"

"Gue tembus..." lirih Anin.

Masih belum paham apa maksudnya, Erlan bangun dan terduduk. "Tembus gimana? Gue masih bisa lihat wujud lo, Nin."

Anin berdecak. Dikira tembus pandang apa?

"Kayanya gue lagi dapet kak! Terus ini gimana dong? Darah nya tembus ke sprei..." ucap Anin semakin ketakutan meninggalkan noda merah disana.

"Mana? Sini gue liat?"

Anin berdiri dan memperlihatkan bercak itu.

"Yaudah nggak papa, biar gue yang bersihin" ujar Erlan.

"Ih masa lo yang bersihin sih? Kan ini bekas gue."

"Udah. Lo ke kamar mandi aja sana, ini biar gue yang urus."

"Seriusan nggak papa?" tanya Anin memastikan.

Erlan mengangguk. "Iya sayang, udah sana lo ke kamar mandi, bersih bersih, ganti baju, biar kita bisa lanjut tidur lagi. Besok sekolah, terutama lo yang gak boleh sampai telat."

Anin mengerucutkan bibirnya, jadi merasa tidak enak karena selalu banyak merepotkan.

"Kenapa masih diem?"

"Beneran nggak papa, nih?" tanya Anin lagi.

"Iya Nin, lo gak percaya sama gue hm?"

"B-bukan gitu... Emangnya lo gak jijik apa?" cicit Anin.

"Sejijik jijik nya gue, gue gak akan pernah jijik sama darah istri gue sendiri," ucap Erlan. "Udah, sana ganti baju."

Anin mengangguk. "Yaudah, kalo gitu gue ganti dulu kak."

"Hm."

Sambil menunggu Anin berganti pakaian, Erlan menyikat sprei yang terdapat bercak darah itu dengan air. Dia benar benar membersihkannya dengan telaten sampai tidak ada lagi noda merah.

Setelah selesai Erlan mengambil kain kering dari dalam lemari lalu menutupi bekasnya agar Anin bisa tidur lagi di posisinya. Besok pagi baru bisa di laundry mencuci semuanya.

"KAK PEMBALUT GUE HABIS."

Erlan berdiam sejenak menggaruk belakang kepalanya. "Jangan bilang gue yang harus beli benda itu."

"KAK LO DENGER GUE KAN?"

"Iya sayang, denger. Lo butuh pembalut ukuran berapa centi? Gue minta punya Mama aja ya? Udah malem gak bakalan ada toko yang buka." Erlan membalas.

"Iya nggak papa, buruan! Ini takut keburu bocor lagi." suruh Anin.

"---JANGAN LUPA UKURAN 30 CENTI YANG ADA SAYAP NYA YA SAYANG."

Di depan kamar Mama Resha, Erlan ragu ragu mengetuk pintu kamar orang tuanya. Tengah malam tidak enak membangunkan orang yang beristirahat.

Sampai pintu terbuka, muncul Resha yang mengenakan baju tidur sambil terus menguap menahan kantuk. "Udah malem loh ini, kamu mau ngapain, Lan?"

ERLANGGA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang