57. Sate Ayam

34.4K 1K 42
                                    

Ada typo? tandain!!!

Bangunan yang menjulang tinggi, besar, luas berdiri kokoh, sebuah perusahaan besar yang sekarang di naungi seorang Erlangga Pradhika, anak semata wayang dari Arhan Arsenio Pradhika dan Resha Andrianna.

Hari ini merupakan hari penerimaan alih jabatan sebagai CEO pemegang di posisi utama, yang di hadiri berbagai para petinggi, orang orang berjas yang Erlan sendiri tidak tau mereka siapa, yang jelas rekan kerja papa nya yang akan bekerja sama dengannya sekarang.

Di depan orang lain mungkin Erlan akan bersikap cool, sopan, menjaga image seperti sekarang ini. Tapi berbeda ketika sudah bersama Anin, dia akan berubah menjadi Erlan yang bucin, manja, posesif, dan tukang nyosor.

"Ini Nadine, Lan. yang akan jadi sekretaris pribadi kamu" Arhan mengenalkan seorang wanita cantik, sama sama masih muda, dia sendiri gak kenal itu siapa.

"Ini?" tanya Erlan lagi, apakah papa nya ini tidak salah pilih memilih wanita yang seharusnya cocok kerja di tempat karoke.

Arhan mengangguk iya, "Kenapa? Kamu gak suka? Nadine ini kuliah lulusan business management di aussie tahun ini. Gimana? Keren kan? Dia cocok kerja di perusahaan kita"

"---Dan papa menempatkan Nadine di bagian sekretaris pribadi kamu"

Erlan cukup membalasnya dengan berdehem singkat, tatapan datar tanpa ekspresi, jari tangan yang senantiasa di masukkan ke dalam saku celana hitam. Malas sekali baginya jika setiap hari harus berdekatan dengan Nadine.

"Salam kenal, semoga kita bisa bekerja sama dengan baik ya pak" Nadine mengulurkan tangannya tersenyum simpul.

"Ya" angguk Erlan membalas uluran itu.

Nadine tidak pernah menyangka, pria yang di temuinya tempo hari di toko kue itu atasannya sekarang. Sifat baik Erlan yang rela memberi kue nya pada ponakannya kala itu membuat dia merasa kagum, dan ternyata tuhan mempertemukan mereka kembali di urusan pekerjaan.

"Anin, Anin ke mana, ma?" tiba tiba Erlan mencari seseorang yang sedari tadi tak kelihatan batang hidungnya.

Selama acara berlangsung, Anin memang setia menemaninya, tapi Erlan baru sadar kalo Anin gak ada, ia pikir mungkin Anin pergi ke stan makanan atau ke toilet selama dirinya mengobrol dengan yang lain, tapi kenapa gak balik balik sampai sekarang?

"Anin di ruangan kamu dia kecapean, barusan mama yang bawa Anin ke sana" ucap Resha.

"Kecapean? Kecapean kenapa ma!" raut wajah cowok itu berubah panik, padahal pas datang ke sini Anin baik baik aja, fress, gak ngeluh apa apa, seperti orang sehat pada umumnya.

"Itu hal biasa, Lan. Kalo lagi hamil memang suka tiba tiba ada yang di rasa. Mending kamu temuin Anin aja gih, kasian istri kamu" suruh Resha.

Tanpa berfikir panjang lagi Erlan berlari meninggalkan pesta menerobos orang orang yang menghalangi jalannya dan tak peduli dengan teguran mereka yang menatap sinis.

"Pak Erlangga sudah menikah ya, bu?" tanya Nadine tak sengaja mendengar percakapan antara ibu dan anak barusan.

"Iya, Nad. Belum lama ini Erlan sudah menikah dengan perempuan pilihan kami, kenapa memangnya?" tanya Resha.

"Ah enggak bu, gakpapa. Apa pak Erlangga di jodohkan paksa?"

"Mungkin banyak orang yang mengira pernikahan mereka terpaksa di usianya yang masih terbilang muda ini, Nad. Tapi kenyataanya enggak, mereka gak merasa terpaksa sama sekali, justru malah sama sama mencintai satu sama lain, layaknya orang yang sudah kenal lebih lama" jelas Resha padanya.

Nadine mengangguk ber 'oh saja, dia jadi penasaran, sebucin dan secinta apa sih pak Erlangga itu. Bisa bisanya dirinya datang terlambat di kehidupan seorang Erlangga Pradhika, laki-laki yang di idamkan semua orang.

ERLANGGA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang