16. Kepergok!

51.8K 1.7K 0
                                    

"Bisa gak sih lo setiap jam jangan ganti baju mulu kak! Gue capek tahu nyuci baju lo doang tiap hari, mana semua warnanya sama lagi." gerutu Anin kesal sambil memunguti baju laki-laki itu dan memasukkannya ke dalam keranjang.

"Badan gue gampang keringetan, Nin. Dan itu udah jadi tugas lo sebagai istri nyuci baju gue," ucap Erlan yang fokus main game.

"Ya kan bisa kak sehari ganti baju cuma 2 kali, seenggaknya lo kurangin beban gue lah gitu, biar cucian gak numpuk terus."

"Gak bisa."

Anin menghembuskan napas gusar. "Gue capek kalo terus terusan kaya gini."

Baru kali ini Erlan mendengar Anin mengeluh, mengeluarkan isi hatinya yang mungkin selama ini menjadi beban pikiran."Gue minta maaf."

"Gue gak butuh kata maaf dari lo kak." Anin meninggalkan kamar. "Gue ke belakang dulu, kalo mau makan tinggal ke dapur aja, gak harus gue yang sediain."

°°°°

Menuruni anak tangga Erlan berjalan ke arah dapur dimana Resha dan para ART sedang berkutat dengan bahan bahan masakan, hari ini akan ada kedatangan tamu jauh dari bandung jadi mereka harus mempersiapkan hidangan yang mewah.

Erlan menghampiri kulkas besar, dia mengambil minuman kaleng bersoda dingin dari dalam sana dan meneguknya langsung.

"Lan, tadi Mama lihat raut wajah Anin kayak lagi gak bersahabat gitu, istri kamu kenapa? Apa kalian lagi marahan?" tanya Resha di sela sela memasaknya.

"Gak tau Ma."

"Kamu ini ya, kalau istri lagi ngambek itu di bujuk, rayu pake apa gitu jangan di diemin terus," ujar Resha.

"Namanya juga anak muda bu, masih labil, pasti dikit dikit ada aja permasalahannya," tambah bi Narsih.

"He'em bi, sama kayak waktu dulu saya masih SMA, tapi bedanya kalo saya ngambek pasti langsung di bujuk di kasih coklat sama bunga," ucap Resha terdengar menyindir.

"Wah beruntung ya bu, pantesan sampe sekarang langgeng, tahu nya pak Arhan bucin juga ya sama ibu."

Erlan yang merasa kuping nya panas pun meninggalkan area dapur, bisa bisanya dia di sindir secara langsung. Mereka tidak tahu apa ya kalo Erlan sebenarnya bisa bucin juga sama Anin.

Grap

"Nin," gumam Erlan melingkarkan kedua tangannya di pinggang istrinya dari belakang menaruh kepalanya di pundak Anin.

Anin tersentak kaget menyadari kedatangan Erlan. "Kenapa?"

"Jangan marah lagi, gue minta maaf." masih dengan posisi yang sama Erlan berucap.

"Kan gue udah bilang, gue gak butuh kata maaf dari lo kak, sekarang ini gue emang lagi sensian aja, seharusnya gue yang minta maaf sama lo."

Erlan menggelengkan kepalanya. "Gara gara gue lo jadi kecapean terus, Nin. Gue juga salah, tiap jam selalu ganti baju gak inget kalau lo yang selalu nyuci baju baju gue selama ini. Maaf sayang."

Anin balik badan, jadi saling berhadapan. Dan lengan Erlan senatiasa tetap melingkar di pinggangnya. "Sebenarnya gue gak pernah keberatan kalau lo sering ganti baju kak, tapi ada kalanya juga gue merasa capek dan gak mood buat ngerjain kerjaan rumah tangga, jadi seharusnya gue yang minta maaf."

"Enggak sayang, gue yang harus tetap minta maaf sama lo," ucap Erlan.

Anin tertegun mendengar kata sayang yang berkali kali keluar dari mulut laki-laki itu.

"Kenapa diem hm? Lo gak suka gue panggil sayang?"

"Hah? b-bukan gitu maksdunya, gue kaya aneh aja dengernya," ucap Anin.

"Aneh kenapa? Atau lo maunya gue panggil honey? Darling?"

"Ish! Gak gitu juga!" pukul Anin. "Itu artinya sama aja tau!"

"Itu lo tau."

"Udah ah awas lepasin! Gue mau lanjut jemur baju baju lo itu!" ujarnya meminta Erlan agar melepas rangkulannya.

"Gak mau gue mau tetep kayak gini." sialnya Erlan malah menarik pinggang Anin menjadi lebih dekat sampai dada mereka menempel.

"Kak lepasin gak!" pinta Anin.

"Gak!"

"Ish! Gue tendang ya lo!" ancam Anin galak.

"Coba aja kalo berani." tantang Erlan.

"Oke! Satu..... dua..... tighmmptt."

Erlan berhasil membungkam mulut Anin dengan bibirnya, memperdalam ciuman. Entah dorongan dari mana Anin ikut mengalungkan tangannya di leher Erlan, kali ini mereka sama sama menikmati setiap inci kelembutan yang menyatu, dan Anin? Dia tidak bohong kalau menikmati sentuhan suaminya sendiri.

"ERLAN DI BAWAH ADA TEMEN TEMEN KAM---- Astagfirullah!" ucapan Resha terhenti, langsung berbalik badan dan menutup matanya.

Erlan dan Anin reflek menghentikan aktivitasnya, mereka saling pandang. "Mama itu kak."

"Kalian udahan sebelum ya?" tanya Resha memastikan.

Anin menggaruk pipinya merasa malu, mau di taruh dimana muka nya?

"Udah Ma," jawab Erlan tanpa dosa. "Walaupun Mama udah ganggu kita."

Resha berbalik dan tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya. "Hehe, maaf Lan. Habisnya kalian bucin gak inget tempat, lah ini di tempat jemuran lagi."

Pipi Anin bersemu merah seperti kepiting rebus, rasa malu nya bertambah dua kali lipat! Ini semua gara gara Erlan duluan yang tidak tahu tempat melakukan hal semacam tadi.

"Di bawah ada temen temen kamu, tuh. Mereka mau main sama kamu katanya," ucapnya.

"Iya Ma, nanti Erlan ke sana."

"Yaudah kalo gitu Mama balik lagi ke bawah ya. Kalian juga jangan lupa buat inget tempat, minimal ciuman di kamar lah, biar privasi dikit," peringat Resha yang tertawa.

"I-iya Ma."

Anin memandang sengit laki-laki yang berdiri di sampingnya. Erlan malah terlihat biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa."Sorry, gue gak bisa ngendaliin diri kalau udah deket lo."

Anin menghela napas. "Yaudah sana ke bawah, pasti temen temen lo udah pada nungguin, tuh. Nanti kelamaan."

"Tapi harus lanjut kiss kalau udah dikamar ya sayang?" setelah berbisik Erlan langsung ngacir meninggalkan Anin yang memijat kepalaya pusing.

"Anin malu bunda..."

ERLANGGA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang