48. Pulang

33.5K 1K 41
                                    

aloooo, apa masih ada yang nunggu dan mau baca? wkwk. maafin lama ga up yaa! akhir akhir ini lagi mager banget buat nulis.

maapin kalo tiap part makin gak jelas. awalnya aku nulis cerita ini karena gabut doang, eh ternyata banyak juga yang baca! jadi sebisa mungkin aku lanjut sampai
tamat.

kalo gak suka bisa stop aja.

***

Hari telah berganti, mobil hitam tiba di pekarangan rumah. Mereka melepas sabuk pengaman dan turun bersamaan dengan di sambut hangat oleh Resha dan beberapa asisten lainnya.

Anin memeluk Resha dengan erat, seperti anak dan ibu kandung yang saling merindukan, sama seperti pelukan bundanya dulu. "Anin kangen Mama."

"Mama juga sayang, Mama minta maaf. Sekarang kabar kamu gimana, hm?" Resha membalas pelukan Anin.

"Udah jauh lebih baik Ma, maafin Anin ya, baru bisa temuin Mama lagi."

"Iya sayang nggak papa, Mama ngerti, yang penting sekarang Mama seneng banget, karena kamu udah mau pulang lagi kerumah ini bareng Erlan." Resha melirik putra sulungnya.

Erlan mengukir senyuman melihat Mama dan Anin yang akur kembali setelah sekian lama berpisah.

"Oiya, Papa kemana?" Anin melepas pelukannya baru menyadari jika Papa Arhan tidak ada bersama Mama Resha.

"Papa di dalem sayang, sama om Ander."

"Ada om Ander?" tanya Erlan.

"Iya Lan, beberapa hari ini om kamu itu sering ke sini, tapi mama enggak tau apa yang mereka bahas, mama gak di izinin ikut campur sama papa."

Erlan mengerutkan keningnya bertanya tanya, apa mungkin ada hubungannya dengan Syela? Soal masalah yang belum terselesaikan.

"Kita ke dalem aja ya, biar kalian bisa istirahat, pasti cape banget kan perjalanan nya jauh."

Anin mengangguk, Resha membawa nya masuk ke dalam dengan di ikuti Erlan dan Syela dari belakang.

"Sebentar lagi, lo tersingkirkan dari sini, Nin."

°°°°

Menyadari fisik nya yang mudah lelah sekarang Anin baru saja terbangun dari tidurnya, selesai menyimlan koper barusan Anin langsung tertidur lelap, tersadar jika Erlan tidak ada di sampingnya.

Menuruni tangga sambil bergegas Anin mencari sosok laki laki yang menghilang di tinggal tidur beberapa jam yang lalu. Entah dia kemana, Anin paling tidak bisa jika tidur tidak di temani, makanya kebangun.

Jam menunjukkan pukul setengah lima sore, rumah tampak sepi, namun saat sampai di lantai paling dasar Anin tertuju pada ruangan yang terbuka. Disana seperti ada beberapa orang yang berbincang pembahas hal penting yang tidak ia ketahui.

Perlahan Anin melangkah mendekat berdiri di balik tembok mendengarkan pembicaraan mereka dari luar.

"Kalau semisal kita adakan pernikahan sedekat mungkin pasti akan lebih bagus, benar tidak? Lebih cepat lebih baik kan Ar?"

Arhan mengangguk setuju. "Gimana keputusan kita aja, Der."

"Gimana Syela? Erlan? Kalian mau kan pernikahan di percepat?" Ander memandang keduanya bergantian.

"Syela mau banget Pa, kalo bisa sebelum lulus aja, biar teman teman sekolah bisa datang ke acara pernikahan kita," jawab Syela antusias.

ERLANGGA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang