7

71 14 9
                                    

Aku menyeruput pelan jus semangka yang dibelikan Bimo. Sepulang sekolah, kami memang tidak langsung pulang, melainkan pergi ke rumah Amanda.

"Jadi, karna lo sukanya sama Es, kita bakalan ngasih pembekalan gratis supaya bisa menarik perhatiannya manusia es itu," ucap Jordan, sudah duduk dengan anteng di karpet bulu yang juga aku duduki.

Amanda terlihat mendengus, masih tidak suka dengan keputusanku tapi gadis itu mendekat juga karena penasaran.

"Ares itu beneran untouchable. Dia udah jomblo bahkan dari masih jadi zigot kali. Di mansion biasanya sering banget baca buku atau melakukan hal membosankan lainnya, kadang kalau gabut baru deh dia gabung bareng gue sama Bimo buat bertingkah. Jadi, maklumi aja yah Bi, kalau feedback dia rada ngeselin. Gue sama Bimo bakal selalu bantuin lo, tenang aja kalo soal deketin lo sama si Es mah gampang," jelas Jordan, mengundang senyuman di wajahku.

Aku terdiam sebentar, bingung juga kenapa Ares betah menjomblo selama ini. Padahal, aku saja yang tidak begitu cantik bisa memiliki beberapa mantan.

"Ini datanya gue jelasin yah Bi. Nama lengkap, Ares Alexander Horizon. Panggilan, umum: Ares, khusus: Mas Es, hobby : basket, futsal, baca buku, belajar, main musik, makanan kesukaan: apapun asal ga pedes dan ga ekstrim, minuman kesukaan: lemonade sama yakult, zodiak: aquarius, birthday: 17 februari, hmm apa lagi ya? Keknya itu aja deh datanya si Es, di website Hwarang' cuman ada itu soalnya"

Aku terkekeh usai mendengar penjelasan Bimo barusan. Niat sekali sampai-sampai cowok itu membaca data Ares di website resmi gengnya.

"Makasih ya, Ndan, Bim. Infonya berguna banget hahaha. Btw gue harus berangkat kerja sekarang nih, gapapa kan?" ucapku, membuat mereka bertiga ikut melirik ke jam dinding di kamar Amanda.

"Mau sekalian bareng ga Bi?" tanya Jordan, yang mendapat toyoran dari Bimo. Aku dan Amanda hanya tertawa menyaksikan tingkah keduanya sambil berjalan keluar dari rumah besar Amanda.

"Gimana mau bareng oghep?! Kita kesini aja pake motor lo, yakali boti bareng Bianca!" kesal Bimo, yang disambut dengan cengiran tanpa dosa milik Jordan. Dasar.

"Gue naik gojek aja, kebetulan disuruh Bang Viko nyamperin dia di butik dulu. Duluan yaa," jawabku, tepat ketika ojek yang kupesan sudah tiba di depan gerbang.

Usai melambai dan memakai helm, aku mulai menikmati pemandangan jalanan kota Jakarta yang lumayan padat karena sudah hampir jam pulang kerja. Hari ini, aku memang mengambil shift sore sampai malam.

"Sore Mbak Tami!" sapaku, sebelum masuk ke ruang ganti staf untuk mengganti seragamku dengan pakaian kerja.

Sambil bersenandung pelan, aku kembali ke meja kasir untuk memulai pekerjaanku.

Pukul sembilan malam, aku baru bisa pulang ke rumah karena cafe sedang ramai-ramainya sejak sore. Untungnya, area sekitar rumahku lumayan ramai pada jam segini karena sering menjadi tempat orang-orang berburu jajan dan kuliner di malam hari.

Kupercepat langkahku, ketika sudah memasuki area pemakaman keluarga yang letaknya lumayan dekat dari gang rumahku. FYI, aku pulang naik ojol tapi memang tiap malam jalanan di sekitar gang ke arah rumahku macet jadi aku sengaja memesan ojol hanya sampai pada pertigaan nya aja.

"Mari Pak," ucapku ketika tidak sengaja berpapasan dengan Pak Mamat, pria paruh baya yang bertugas menjaga keamanan di sekitar makam.

Pak Mamat terlihat mengangguk ramah sambil sesekali melirik ke arah seragam sekolahku yang memang masih kupakai.

"Mbak anak SMA Harapan kan?" tanya Pak Mamat, yang berhasil membuatku enggan melanjutkan perjalanan untuk kembali ke rumah.

"Iya pak, ada apa yah?" jawabku membuat pria paruh baya itu menghela napas lega.

"Itu, Mba, ada Mas-Mas yang ketiduran di makam. Mau saya bangunkan tapi ga berani, dia pakai seragam yang sama kayak Mba. Apa mungkin teman Mba?"

Aku menyergit bingung, bukan karena penuturan Pak Mamat yang berkata bahwa seseorang tengah tertidur di makam, karena memang hal itu kerap terjadi dan biasanya yang melakukannya adalah orang yang sedikit terganggu kejiwaannya. Yang membuatku bingung adalah bagian seragam yang sama, tidak mungkin salah satu dari sahabatku kan?

Kualihkan tatapanku ke arah yang ditunjukkan oleh Pak Mamat. Disana memang terlihat seorang cowok yang tengah tertidur pulas dengan bersandar pada salah satu kuburan. Sial, tangannya menutupi wajah, sehingga sulit untuk mengetahui siapa orang itu.

Aku menghela napas pelan, tidak ada gunanya juga aku mengetahui siapa dia.

Dengan gerakan pelan, aku mulai berbalik hendak pergi, namun, tak sengaja tatapanku menangkap gelang yang sangat familiar. Gelang  berbentuk bunga matahari yang dibuat dari manik-manik itu sangat familiar dimataku.

"ARES!"

***

Annyeong!!!

Akhirnya yah author up lagi

Semoga kalian suka cerita Mas Es ini yaa

Jgn lupa vote sama koment
Oh ya, untuk AU dan info lebih lanjut bisa cek di ig ofc Hwarang yaa atau di sini:

LOVERWhere stories live. Discover now