15

73 11 3
                                    

Aku masih berdiri di ambang pintu, belum membuka pintu karena memang Ares masih sibuk menghubungi teman-temannya.

"Halo Bim, gerbang jan dikunci ya ini gue baru mau balik," ucap Ares, sesekali melirik ke arahku yang sudah mulai ngantuk.

"Siape lo? Jan harap yah njing, tidur di luar! Masih dendam ya gue sama lo!"

Ares terlihat cengo, sebelum menatap nanar ponselnya yang sambungan telefon sudah diputuskan sepihak oleh Bimo.

"Kenapa?" tanyaku, menyadari ada yang tidak beres dengan ekspresi cowok itu.

"Tetangga lo julid ga?"

Aku menyergit heran, ada apa dengan cowok itu? Kenapa tiba-tiba menanyakan perihal tetanggaku?

"Kenapa emang?"

"Kalau ditanya itu jawab dulu Bianca, bukan malah balik nanya!" kesalnya sambil menatap datar ke arahku.

Aku memutar bola mata malas, sejujurnya salah tingkah dengan jawaban Ares yang kelewat lucu.

"Ga tau, soalnya mereka kalo pagi-pagi aku berangkat udah pada pergi kerja juga, jadi jarang ketemu aku," jelasku.

Ares menghela napas pelan, cowok itu kembali membuka jaketnya yang sudah ia kenakan tadi. Kunci motornya juga sudah ia taruh lagi di atas meja.

"Lho? Ga balik?"

Ares menatap horor wajahku yang kebingungan. Yaiyalah kebingungan, orang tadi dia sudah pamit hendak pulang, tiba-tiba malah duduk lagi kan aneh.

"Gue nginap ya?"

"Hah?!"

Belum sempat keterkejutanku hilang, kini cowok itu sudah kembali membuatku terkejut. Apa-apaan? Menginap? Yang benar saja? Apalagi rumah sedang kosong, bisa-bisanya dia mau menginap di sini.

"Ih ngapain nginap?"

Ares mendengus, cowok itu kini menarikku agar duduk di sebelahnya karena memang aku sedari tadi sibuk berdiri.

"Lagi berantem sama Bimo, gerbang mansion dia yang urus dan gue disuruh nginap di luar," jelas Ares sekenannya.

'Sial!' batinku kesal. Yah bukannya tidak senang dengan keberadaan gebetanku, tapi masalahnya rumahku tidak ada kamar tamu, dan kamar bang Viko terkunci karena sudah disiapkan oleh istrinya jadi otomatis aku tidak bisa lagi masuk ke sana.

"Ke hotel aja yah kamu nginapnya! Di sini ga ada kamar tamu, mana sofanya juga ga mendukung buat tidur gitu. Yakali kamu tidur sambil duduk?" saranku, mengundang tatapan Ares.

"Ga bawa card," jawabnya, singkat, padat dan menjengkelkan.

"Kok bisa? Tadi beliin cemilan pake apa?"

"Itu duit cash hasil malakin Ndan.gue kira ntar bakal balik ke mansion lagi jadi ga butuh-butuh banget bawa dompet," lagi, jawaban Ares membuatku ini mencakar wajah tampannya.

Oke, sabar. Masih ada satu harapan lagi.

"Mbanking aja deh," ucapku, menatap penuh harap pada cowok bermarga Horizon itu.

Ares menyenderkan badannya pada kursi, menatapku dengan senyuman tanpa dosa.

"Gue ga pernah make gituan," jawabnya yang membuatku mengerang frustasi. Cobaan apa lagi ini Ya Tuhan.

"Lagian cuman semalam Bi!"

"Cuman semalam, tapi ga ada kamar tamu, kamu mau tidur dimana heh?!"

"Kamar lo lah"

Apa-apaan cowok ini? Sembarangan saja, bisa dicincang bang Viko kalau tahu aku membawa cowok menginap di rumah.

"Gabisa enak aja!" balasku nyolot.

"Ya masa gue tidurnya sambil duduk sih? Lo tega?" tanya Ares menatap penuh harap ke arahku. Sial! Pasti dia sedang memancing agar aku bilang iya.

"Ya masa aku yang di sofa? Kamar abang dikunci, kamu tega aku tidur di sofa gitu?"

"Ya ga tega sih. Yaudah tidur bareng gimana?"

Mataku membola sempurna, dengan kesal kutatap Ares yang kini tengah berjalan mendekat ke arahku yang sudah berdiri mondar-mandir sejak tadi.

"KAMU GILA?!" pekikku penuh kekesalan.

"Shhh jangan teriak Bianca! Janji gue ga macam-macam, beneran cuman tidur kok. Kali ini aja, please!"

***

Hola Hwarang'ers

Yuhuu author up lagi nih

Semoga suka yaaa
Jan lupa vote sama koment ceritanya

Love u guys
CU

LOVERWhere stories live. Discover now