12

63 13 7
                                    

Aku menatap satu persatu tamu yang pamit hendak pulang, usai menghadiri resepsi pernikahan abangku. Dengan balutan kebaya pink muda serta rok batik, aku mendudukkan diri pada salah satu bangku yang ada di gedung tempat acara dilaksanakan.

Dua hari ini, aku memang sangat sibuk membantu abangku. Mengingat, tidak ada lagi ayah dan bunda di sisi kami, sehingga aku sendiri yang harus turun tangan membantu.

Untuk kado pernikahan, aku berhasil membelikan sepasang stelan couple untuk abang dan kakak iparku, selain itu, aku juga membelikan mesin cuci sebagai hadiah agar kakak iparku tidak terlalu kecapean ketika mencuci nanti.

Usai membalas pesan Amanda, aku bergegas untuk pamit ke Bang Viko. Memang, tadi ketiga temanku turut hadir di acara ini, namun, mereka sudah pamit pulang sejak satu jam yang lalu.

"Bang, adek balik ke rumah dulu yah," ucapku, begitu tiba di dekat panggung yang menjadi tempat Bang Viko duduk.

Bang Viko terlihat sedikit khawatir, karena setelah ini, ia dan istrinya akan langsung menginap di hotel. Hitung-hitung bulan madu. Jadilah aku yang akan sendirian di rumah.

"Mukanya jan gitu dong, bang! Adek aman kok di rumah, tenang aja," final ku, sebelum beranjak pergi karena tidak ingin mendengar alasan-alasan Bang Viko untuk kembali menahanku.

Suasana rumah begitu sepi, wajar saja, jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.

Aku mengeringkan mukaku yang basah dengan tissue, sesekali bersenandung untuk memecah kesunyian.

Pikiranku berkelana pada kejadian dua hari yang lalu, kejadian dimana aku tiba-tiba dipanggil untuk ke UKS.

FLASHBACK ON

Aku baru saja memasuki UKS dengan kebingungan. Begitu membuka pintu, aku langsung disambut dengan seorang anak PMR yang sedang bertugas. Kalau tidak salah, namanya Mia, aku tahu dari nametag di seragamnya.

"Kak Bianca ya?" tanya gadis itu, disertai senyuman di akhir kalimatnya.

Aku mengangguk sebagai jawaban. Sedikit heran, karena aku tidak pernah bertemu dengan gadis itu sebelumnya.

"Kakak bisa langsung ke dalam aja, di tirai yg ditutup itu paling ujung," jelas Mia, yang masih membuatku bingung, walau akhirnya aku melangkah juga sesuai arahannya.

"ARES! kok kamu bisa gini?" ucapku kaget, begitu membuka tirai pembatas dan mendapati cowok idamanku tengah duduk di ranjang, lengkap dengan luka lebamnya.

"Ga usah interogasi, obatin aja nih!" titah cowok itu, sembari menyodorkan kotak P3K yang sudah ada di sampingnya sejak tadi.

Aku menurut saja, memang jika dilihat-lihat, luka di sudut bibir Ares sedikit ngeri sehingga akan sakit ketika berbicara. Toh, aku juga dapat kesempatan mengobatinya.

"Kenapa ga minta ke anak PMR aja buat diobatin?" tanyaku, sambil sesekali melihat wajah tampan Ares yang kini jaraknya sangat dekat denganku.

"Males, pada centil semua," balas Ares, sekenannya.

Aku terkekeh pelan, sesekali meniup lembam yang sudah kuolesi obat agar tidak perih.

"Emang aku ga centil gitu?"

Ares membuka matanya, tatapan tajam bak elang itu kini beradu dengan tatapanku. Entah apa yang ia pikirkan.

"Lo beda," balasnya singkat, sebelum melingkarkan tangannya pada pinggangku dan kembali memejamkan mata.

Aku kembali terdiam. Jujur saja, aku masih ingin bertanya pada cowok itu, hanya saja mendapat perlakuan tiba-tiba darinya, membuat jantungku tidak karuan, apalagi rona merah pada pipiku yang semakin menjadi saja.

"Ini udah selesai ngobatinnya," ucapku, setelah hampir setengah jam lamanya mengobati cowok itu dengan berusaha mati-matian menahan salah tingkah.

"Hmm, biarin kayak gini dulu! Parfum lo enak, gue mau ngerasain bentar lagi," jawab Ares, mempererat pelukannya pada pinggangku.

'Sialan! Ga tau aja dia gue pen teriak dari tadi' batinku, sambil menghela napas pasrah.

FLASHBACK OFF

***

HI Hwarang'ers!!!

Author up lagi nih
Gimana"? Suka ga sama part ini? Oh ya, kayaknya author bakal rajin up AU deh, soalnya mulai nemu inspirasi banyak banget hahaha

Jan bosan" dpt notif dari wp dan ig yaa

Yg belom follow, kuy cek AUnya di ig @hwarangswattpad_au

Jgn lupa vote sama komen yg banyak di cerita ini yaa

Love u

CU

LOVERWhere stories live. Discover now