11

68 11 4
                                    

"F*ck! Es anj*ng, nyium Bianca gue sembarangan, emang sialan!" ucap Jordan, usai ku ceritakan kejadian kemarin.

Bimo dan Amanda juga terlihat komat kamit mengeluarkan umpatan karena kesal, sesekali Amanda menggebrak meja saking kesalnya.

Aku terkekeh pelan, bukan karena bangga telah dicium oleh Ares, cowok pujaanku. Tapi, karena tingkah mereka yang menurutku lucu.

"Gue cuman dicium sekilas woi. Ga ada arti apa-apa," ucapku, sebelum dihadiahi pelototan tajam Bimo.

Cowok yang terkenal suak traveling, mager dan nekat itu menatapku dengan raut kesal andalannya. Sepertinya ini sudah keterlaluan, karena biasanya Bimo tidak bereaksi separah ini.

"Justru itu, ga ada status main cium aja. Coba kalo dia tanggung jawab, minimal minta maaf lah," balas Jordan, mewakili Bimo dan Amanda yang terlihat masih sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Aku menggeleng pelan, malas memperpanjang masalah. Kalau boleh jujur, sakit hati juga setelah mendapat penolakan untuk kesekian kalinya dari Ares. Tapi, salahkan saja perasaan dan kepribadianku. Sudah terlanjur jatuh terlalu dalam pada cowok itu, susah untuk berhenti kan jadinya.

Bimo pamit hendak ke toilet. Suasana kelas memang sepi, karena yang lain sedang ikut kelas olahraga. Sedangkan, kami berempat lupa membawa seragam olahraga, alhasil menjadi penjaga barang-barang di kelas.

"Bi, apa ga bisa berhenti sekarang aja suka sama Ares? Banyak lho anak Hwarang' yang lebih dari dia, tinggal pilih aja mah. Mereka juga suka sama lo, cuman lonya aja yang ga respon kan?" ucap Amanda, setelah hening beberapa saat.

Aku menatap ke arah sahabat karibku itu. Ada sedikit rasa bersalah karena aku terus menentangnya semenjak resmi menaruh hati pada Ares. Sementara Jordan, cowok pecicilan nan cerewet itu nampak sibuk memainkan ponselnya, sambil sesekali mengelus rambutku yang memang tengah bersandar di bahunya.

"Gue ga bisa janji, Man. Semenjak dibaikin sama dia kemarin, rasanya gue makin ga bisa ngelepasin perasaan gue. Kayak udah beneran jadi hak milik Ares gitu," jawabku, menatap Amanda dengan tatapan memelas.

Jujur, kalau boleh pilih aku juga tidak ingin terlalu jatuh dengan pesona Ares. Hanya saja, entah mantra apa yang ia pakai, sampai-sampai aku berpaling pun tidak bisa.

Amanda memutar bola mata malas, gadis itu kini sibuk mengadu pada pacarnya lewat panggilan video. Sedangkan Jordan, cowok yang sedari tadi mengelus rambutku itu kini beralih mengunci ponselnya.

"Gue selalu dukung keputusan lo, Bi. Tapi, kali ini beresiko bikin lo sakit hati. Apapun yang bakal terjadi kedepan, biarin gue untuk tau ya? Lo sama Amanda udah kayak adek cewek buat gue. Jadi, sekalipun yang jahatin lo si Es yang juga udah gue anggap sodara, tetap aja gue sikat," jelas Jordan sebelum membalas pelukanku.

"Panggilan kepada Bianca dari XII MIA 2, untuk segera ke UKS sekarang! Terima kasih."

Jordan dan Amanda spontan melihat ke arahku, tepat setelah mendengar panggilan dari pengeras suara sekolah.

"Lo kenapa Bi? Apa ada masalah? Ngelanggar peraturan?" tanya Amanda, wajah cantiknya berubah khawatir karena aku belum pernah dipanggil seperti ini sebelumnya.

Aku mengangkat bahu, kemudian menggeleng pelan. Tidak tahu juga apa alasannya. Perasaan, SPPku sudah lunas minggu lalu, ada apa lagi yah kira-kira?

Sambil berpikir, aku merapihkan rambutku kemudian beranjak menuju ke luar kelas.

"Mau dianterin ga?" tanya Jordan, tepat setelah aku tiba di ambang pintu.

"Ga usah, Ndan. Nanti kalo ada apa-apa gue kabarin aja yaa," balasku, lantas melanjutkan perjalanan untuk menuju ke UKS.

***

Hi Hwarang'ers

Author up lagi dongg

Semoga suka part ini yaa

Jan lupa komen dan votenyaa

Love youu

CU

LOVERWhere stories live. Discover now