40

45 4 0
                                    

Usai membuat roti untukku, serta mendapat penolakan yang menyakitkan dariku, bukannya berhenti, Ares malah hampir tiap hari mengunjungi rumah Papi Jo.

Seperti hari ini, cowok itu lagi-lagi memenuhi keinginanku yang hendak makan stroberi berbalut coklat yang dihiasi ala spiderman dengan telaten di dapur.

Jujur, skill memasak Ares memang bisa dibilang sudah sekelas Bimo yang memang jago masak. Walau kata Jordan kalau cowok itu masih pemula, tetap saja hasilnya memuaskan. Bahkan, roti yang membuat Jordan insecure ketika mencoba membuatnya itu sungguh terasa enak.

Ares menghampiriku, membawa segelas susu khusu ibu hamil serta piring berisi mahakaryanya.

"Susunya dihabisin ya, aku duduk di dapur. Chat aja kalo butuh sesuatu," ucapnya, sebelum berbalik hendak pergi dari sana.

Aku menahan ujung kaos Ares, membuat pergerakan cowok berkacamata hitam itu terhenti.

Senyum manis merekah di wajahnya. "Kenapa Bi?" tanya Ares, membalikkan badannya menjadi berhadapan denganku.

Aku menggeleng, masih enggan bersuara, tetapi tanganku semakin meremas kuat ujung kaos mantan kekasihku itu.

(Quick change to author's POV)

Ares bergeming. Membiarkan tangan mungil milik cintanya terus menggenggam ujung kaos yang ia kenakan. Tanpa lelah, ia akan dengan senang hati tetap berdiri di sana. Biar lelahnya jadi tanggungannya saja, karena, tidak peduli apapun yang harus ia hadapi, demi Biancanya, cintanya. Tidak ada kata lelah untuk Ares.

Hening membuat Ares kembali ditarik pada kilasan memori beberapa saat yang lalu. Dari lubuk hati paling dalam, ia ingin sekali merengkuh kekasihnya, ingin bersujud sambil meminta maaf, ingin menceritakan kisahnya selama kekasihnya itu tidak di sisinya, serta ingin menebus segalanya.

Ares tidak bodoh. Kata maaf yang ia rangkai sebagai manapun rupanya, yang dengan sekeras apapun ia kumandangkan akan tetap sama. Seperti kata Bianca, maafnya tidak akan pernah bisa membalik keadaan, maafnya tidak akan bisa membuat cintanya kembali bercahaya seperti sebelumnya.

Oleh karena keyakinan itulah, Ares tidak keberatan jika tiap hari harus mendapat sambutan berupa tonjokan dari Jordan. Ia tidak juga keberatan tiap kali kata-kata manisnya terbalas oleh sarkasme serta kata-kata kasar dari Bianca. Baginya, pukulan dan rasa sakit itu tidak seberapa dengan sakit yang dialami oleh cintanya. Sakitnya tidak seberapa ketika ditendang jauh-jauh oleh Jordan, saat ia dengan nekat hendak merengkuh cintanya yang sedang rapuh. Rasanya tetap tidak seberapa bagi Ares.

"Aku rindu" meluruh sudah tubuh tegap tadi dalam pelukan yang sarat akan kerinduan itu. Kali ini, bukan dirinya yang memaksakan kehendak, melainkan cintanya, Biancanya. Yang dengan erat mendekap tubuhnya dalam pelukan hangat. Takdir sudah ambil peran.

Ares menunduk, membiarkan tubuhnya terududuk di samping Bianca. Membiarkan tangan mungil itu melingkar bebas di lehernya, serta membiarkan tangis kesayangannya itu meluruh di pundaknya.

"Sama seperti yang kemarin-kemarin, Bi. Maaf, itu akan selalu jadi pembuka kalimat aku ke kamu sayang. Tapi, hari ini aku tambahin terima kasih yang banyak banget buat kamu. Dan, yah. Aku rindu kamu, lebih rindu malah. Kalo kata lirik lagu yang pernah aku dengar, rindu setengah mati. Tapi, rinduku lebih. Rinduku rasanya mau mati aja kalo ga liat wajah kamu sehari," Ares berucap, maka semakin deraslah aliran airmata yang setia merembes ke kaosnya. Tidak apa, ia terima itu semua dengan senang hati karena biar bagaimana pun, beribu terima kasih yang pantas ia berikan untuk cintanya.

Terima kasih, terima kasih untuk Bianca yang kali ini bergerak melawan semua tembok termasuk rasa sakitnya. Yang membiarkan Ares tetap egois untuk mempertahankan hubungan mereka.

"I love you. Kalo ada kata lain yang bisa gambarkan besarnya cinta, aku mau pake itu untuk bilang ke kamu. Tapi, sampai aku ketemu kata itu, kita ganti pakai I love you dulu yah sayang," lagi, Ares berucap di tengah sibuknya Bianca menyalurkan rasa rindu. Sesekali, tangan pria itu membalas dekapan kekasihnya.

***

Avv siapa yang nungguin?
Author tiba" dpt hidayah nih buat update... Semoga suka yaa sama gaya narasi yang baru author coba. Di mix dikit hehe soalnya kalo pake gaya biasa jelek wkwkwk

Jan lupa vote dan komen yaa

CU

LOVERWhere stories live. Discover now