Kutatap Amanda yang sibuk menggoda kekasihnya, Mas Dika di bibir pantai. Jika kalian bertanya apa yang terjadi dalam satu minggu ini, maka jawabannya adalah Ares dan kenekatannya.
Masih ingat percakapan Ares dan Papi Jo yang hendak mengundang orangtua Ares ke rumah? Kalau masih, maka yang terjadi sekarang merupakan salah satu hal yang jadi topik malam itu.
Kalau disuruh mengubah nama Ares, maka yang paling cocok adalah Ares Nekat Horizon. Siapa yang akan menyangka, jika cowok pentolan sekolah yang super dingin itu bisa bar-bar hanya karena mimpinya.
"Hayoloh, ngelamunin apa?"
Panjang umur! Baru saja dipikirkan sudah muncul saja. Ares kini memelukku dari belakang, dagunya ia letakan pada pundakku, tidak lupa memberikan kecupan kecil di sana.
"Ngelamunin kamu," aku menjawab, lantas ikut menggenggam tangan Ares.
Ares terkekeh. "Bisa yah sekarang ngegombal," ucapnya, mencium kilat pipiku.
Aku mendengus, mencubit kecil lengan cowok itu yang terlihat berotot karena rajin olahraga.
"Kamu nekat banget astaga! Gara-gara mimpi doang padahal!"
Ares terkekeh, sebelum mengeratkan pelukannya.
"Ini bukan sekedar tentang mimpi buruk aku sayang. Tapi, aku mungkin dikasih clue dari Tuhan. Ga peduli apa sebabnya nanti, umur ga ada yang tau. Bisa aja yang pergi itu bukan kamu, tapi aku. Dan, aku sama sekali ga rela kalau ninggalin kamu atau ditinggal kamu tanpa ikatan serius. Kamu tau, aku nangis lagi kalau ingat mimpi aku. Betapa kamu yang harus menderita dan sakit karna aku. Aku ga mau itu semua terjadi, aku ga siap ditinggal orang pertama yang jadi cinta pertama dan terakhirnya aku. Jadi, aku minta maaf kalau aku kesannya nekat dan bikin pusing kamu. Karna aku ga mau kita melewatkan momen ini karna kelamaan nunggu, jadi aku mutusin buat disegerakan aja," itu perkataan terpanjang Ares. Sekaligus ucapan paling romantis yang pernah kudengar.
Sambil tersenyum, aku menerawang, mengingat kejadian pagi tadi yang rasanya masih seperti mimpi.
"Gimana rasanya jadi istriku?" Ares berucap, usai janji suci diikrarkan di tepi pantai di Gili Trawangan, tempat favoriteku di Bali, usai dibuat jatuh cinta dengan novel "Sunset bersama Rosie" karya Tere Liye.
Aku tersipu malu, memilih melirik ke para tamu yang tengah menikmati jamuan siang, mengingat kami sudah selesai melaksanakan pemberkatan nikah.
Semuanya jadi begitu cepat, padahal kemarin-kemarin isi waku hanya dipenuhi oleh pesan dari Ares yang mengingatkan agenda selama seminggu persiapan pernikahan kami.
Pesan singkat yang isinya kira-kira seperti ini:
Mas Es🥶
Sayangku, udh bangun?
Jgn lupa yah hari ini kita ada
pemotretan buat banner dekor.Siap, ini lagi mau sarapan
Hari berikutnya...
Mas Es🥶
Sayang, udh siap?
Ini dari butik nelfon, katanya gaun sudah ready, tinggal fitting terakhir kamu. Sekalian nanti mau test. Catering.
Be there in 5 minutes yaa
C U cantikIya nanti langsung ke
kamarku klo aku g ada di bwh
Lgi sayang"an sama Ndan
galau katanya mau ditinggal
STAI LEGGENDO
LOVER
Teen FictionMenurut kalian apa level tertinggi dari mencintai? Banyak yang bilang level tertinggi dari mencintai adalah mengikhlaskan, tapi, itu tidak berlaku untuk Bianca. Gadis biasa yang tidak begitu populer di SMA Harapan itu punya anggapan sendiri tentang...