16

50 9 0
                                    

Seminggu telah berlalu, usai kejadian tak terduga dimana Ares menginap di rumahku. Sudah seminggu ini pula, cowok itu selalu menemuiku di rooftop untuk mengambil bekal buatanku.

Kalau dibilang ada kemajuan, yah sedikit sekali. Karena, Ares tetaplah sosok dingin yang perasaannya masih belum bisa kutebak. Tidak dapat dipungkiri memang, bahwa dengan menerima bekal buatanku serta beberapa kali membantu aku membuat otak ini berasumsi bahwa ia juga menaruh hati padaku.

Kugelengkan pelan kepalaku, beralih menatap ke arah lapangan, tempat Jordan dan Bimo yang tengah bermain basket. Sesekali aku terkekeh, karena dua cowok itu menjahili Amanda yang hendak bergabung dengan mereka.

"Ares lagi ngapain ya?" ucapku, melirik sekilas jam tangan pemberian Jordan yang melingkar sempurna pada pergelangan tangan kiriku.

Merasa jam istirahat masih lumayan banyak, aku beranjak dari bangku yang berada di tepi lapangan basket, sepertinya akan sangat seru melihat Ares memakan bekal buatanku. Apalagi, hari ini aku memasak tumis sawi putih kesukaannya.

Suasana koridor ketika aku hendak pergi ke kelas Ares ramai sekali, terlihat banyak cewek yang memilih untuk duduk di dalam kelas karena cuaca sedang terik-teriknya.

Aku terus melangkah, sesekali bertukar senyum dengan orang yang kukenal.

"Mau kemana nih Bi?" tanya Leo, salah satu teman Ares yang belakangan ini memang sering kutemui.

"Biasa, Le. Mau ketemu Ares," jawabku diakhiri kekehan.

Leo bersiul menggoda, cowok itu sempat menepuk pelan bahuku seraya berucap "Good luck Bi!" sebelum akhirnya pergi dari depan kelas Ares.

Aku menggeleng pelan, ada kebahagiaan tersendiri ketika teman-teman Ares mendukungku seperti ini. Seperti mendapatkan semangat agar aku tetap berjuang hahaha.

Masih dengan senyuman, aku menangkap sosok cowok tinggi yang kini keluar dari kelasnya dan berdiri di dekat tong sampah. Aku hafal betul dengan postur tubuhnya, apalagi dengan benda berbentuk persegi panjang yang kini sedang ia pegang.

Belum sempat keterkejutan ku menghilang, di ujung koridor kelas XII MIA 1, Ares berdiri dengan santainya sambil menumpahkan isi bekal makanan dari kotak bekalku.

"J-jadi, selama ini dia nerima itu untuk dibuang?" ucapku dengan suara nyaris tak terdengar.

Dengan langkah seribu, aku memutar tubuhku untuk kemudian berjalan kembali ke kelas. Kuabaikan tatapan penasaran penghuni koridor ketika melihatku yang berlarian dengan wajah penuh airmata.

"Bi, lo kenapa?" tanya Amanda, begitu menyambut pelukan tiba-tiba serta tangisanku.

Aku masih menangis, mengabaikan ketiga sahabatku yang sibuk bertanya sedari tadi.

Hampir lima belas menit lamanya aku menumpahkan kesedihanku dalam dekapan Amanda, dengan gerakan cepat, kuhapus sisa airmata pada pelupuk mataku. Mencoba memperbaiki kekacauan di wajahku usai menangis.

"Gue berhenti Man, gue ga akan nentang lo lagi buat dapetin dia. Gue juga ga akan mohon-mohon ke Ndan sama Bimo lagi buat deketin gue sama dia. Kali ini gue serius, beneran ga bakal luluh lagi. Maafin gue yah Man, dari awal harusnya gue berhenti karena lo udah punya firasat ga bagus. Gue Bianca, ga bakal lagi dibegoin sama cinta," ucapku, semakin membuat ketiganya bingung.

"Bi, kasih tau gue apa yang Es lakuin ke lo!" titah Bimo yang terlihat sudah mulai mengerti arah bicaraku.

Aku menggeleng kuat, tidak ingin membuat konflik diantara kedua sahabat itu. "Ares ga ngapa-ngapain, Bim. Gue emang mau berhenti," jelasku sambil sesekali mengelus tangan Bimo yang sudah terkepal.

"Tiba-tiba aja gitu?" timpah Jordan, menatap curiga ke arahku.

Aku mengangguk mantap, tidak mungkin menceritakan apa yang kulihat tadi pada mereka. Biar bagaimanapun, urusanku dengan Ares tidak boleh melibatkan siapapun, termasuk mereka yang notabene adalah sahabat-sahabatku yang juga dekat dengan Ares. Cukup aku saka yang menjauh dari cowok itu, mereka jangan sampai.

"Apapun keputusan lo, kita bertiga siap mendukung. Tapi, kalau ada yang nyakitin lo, gue sama Bimo ga segan-segan buat maju paling depan dan ngabisin orang itu," final Jordan, sebelum menarik aku untuk ia peluk.

***

Yuhuu

Author up dipagi ini sebelum mengsibuk. Padahal mah ga ada progres sama sekali sempronya

Pusiinggg

Jan lupa vote sama komen yaa

CU

LOVERWhere stories live. Discover now