"Keluarga A.J.K"

801 83 13
                                    

Hari pertama puasa, Jennie dibuat kelimpungan karena si bungsu Adzam ngambek gara-gara gak dibangunin sahur. Ibu tiga anak itu sudah berusaha membujuk, namun si bungsu tetap tidak ingin membuka pintu kamarnya.

"Assalamu'alaikum.... "

"Waalaikumsalam.." Jennie melirik ke asal suara dimana sang suami baru saja pulang dari mesjid bersama si sulung.

"Abi... " Asep terkekeh saat si istri mulai merajuk. Melihat hal itu Acep buru-buru masuk kedalam kamarnya karena tidak ingin menjadi nyamuk dari kemesraan abi dan uminya.

"Kenapa sayang?"

Sesering apapun Asep memanggil Jennie dengan sebutan sayang, perempuan itu selalu saja salting. Bagaimana tidak jika sang suami memanggilnya dengan suara yang berat dan lembut, Jennie kan meleleh.

"Zam ngambek, gak mau bukain pintu gara-gara tadi subuh gak dibangunin." Adunya sembari mengerucutkan bibir sedih.

"Yaudah biar Aa yang ngomong sama Zam, Eneng kerjain aja tugas yang belum dikerjain."

"Hmm.. yaudah deh"

Asep memandang kepergian istrinya sembari menggeleng pelan. Ia heran, padahal istrinya itu sudah berusia 37 tahun, sudah memiliki 3 orang anak lagi, tapi kenapa tingkahnya tidak berubah, tetap saja menggemaskan seperti awal pernikahan dulu.

Cklek!

Pintu bercat coklat dengan tempelan super hero itu terbuka, memperlihatkan seorang anak laki-laki yang tengah bersembunyi dalam selimut.

"Umi keluar aja, Zam  belum mau ngomong sama Umi." Ujarnya.

Asep menghela nafas kemudian duduk dipinggir ranjang. Tangannya terangkat untuk menyentuh gundukan selimut bermotif boneka hati warna merah itu.

"Zam... "

Deg!

Tubuh anak itu menegang saat suara berat milik abinya mengalun lembut.

"Buka selimutnya, Abi mau ngomong sama jagoannya Abi."

Meski dalam mode ngambek, Zam tetap menuruti perkataan Abinya. Begitupun dengan Acep dan Minji, semarah apapun mereka tidak berani melawan sang Abi, bukan karena Asep sosok ayah yang galak, melainkan karena auranya si Abi yang tidak bisa di tentang.

"Zam kenapa gak mau ngomong sama Umi hmmm?" Tanyanya lembut sembari mengusak surai si bungsu.

"Zam kesel, Umi gak bangunin Zam. Padahal kan Zam mau belajar puasa.." Anak itu menekuk wajahnya kesal.

"Sini dengerin Abi... " Asep mengangkat putranya ke atas pangkuan dengan posisi saling berhadapan.

"Umi udah minta maaf belum sama Zam?" Zam mengangguk lesu.

"Terus kenapa Zam masih marah? Zam gak kasian sama Umi? Umi juga merasa bersalah loh karena lupa bangunin Zam....." Anak itu diam sembari menunduk, tidak berani menatap mata sang Abi.

"Zam mau masuk surga gak?"

Si bungsu mendongak menatap Asep kemudian mengangguk semangat.

"Zam taukan kalo surga itu ada ditelapak kaki Ibu?"

"Iya... "

"Zam kan mau masuk surga, dan Zam juga tau kalo surga itu ada ditelapak kaki ibu, terus kenapa Zam ngambek dan bikin Umi sedih? Emang Zam gak sayang sama Umi? "

"Zam sayang Umi hiks...hiks... Maapin Zam, Zam salah Abi... " Anak itu memeluk Asep erat, sementara si Abi tersenyum lembut dengan tangan yang setia mengelus punggung jagoannya.

"Asep Family"Where stories live. Discover now