"Lebaran ala Nangka Runtuh"

402 68 15
                                    


Gema takbir berkumandang saling bersahutan mengagungkan Sang Pemilik Alam. Ibarat sebuah perlombaan, hari esok adalah finalnya. Final dimana selama satu bulan ini kita berlomba-lomba mengerjakan kebaikan, dan berlomba dalam menahan hawa nafsu.

Baik di kota maupun di desa, semua umat muslim turut memeriahkan malam ini dengan cara yang berbeda. Ada yang menggemakan takbir dari mesjid, ada pula yang keliling sembari memukul bedug, seperti apa yang tengah dilakukan remaja karang taruna kampung nangka runtuh. Dipimpin oleh sang ketua Sobin, bersama dua belas anggota nya mereka takbiran keliling dimulai dari Rt. 01 sampai Rt 03. Sedangkan untuk bapak-bapak lebih memilih di mesjid masing-masing, karena hal itu berlanjut semalaman. Mulai dari setelah isya sampai pagi nanti menjelang shalat Idulfitri.

"Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar laa ilaaha illallahu Allahu akbar, Allahu akbar walillahil hamd... "

Sobin membaca kalimat takbiran satu kali, kemudian diikuti oleh yang lainnya secara serempak diiringi tabuhan bedug dan perkusi seadanya, seperti galon yang saat ini di bawa Tahyun, wajan dan spatula milik Jian, atau panci pink yang ada ditangan Ram. Panci spesial milik Lilis yang diberikan oleh Jejen sebagai kado pernikahan dulu, dan kini panci itu sudah rusak jadi Ram manfaatkan sebagai alat musik. Sedangkan Acep kebagian mendorong bedug gantian dengan yang lain.

Disaat kaum pria sibuk mengumandangkan takbir, berbeda dengan kaum perempuan yang sibuk memasak untuk besok pagi.

"Umi, emang sayurnya gak bakal asem kalo dimasak sekarang?"

"Engga lah Ji, besok pagi kan di angetin jadi gak bakal asem" Jawab Jennie yang tengah membuat opor satu panci besar.

"Oh gitu ya" Gadis itu mengangguk sebelum melangkah mendekati seorang wanita tua yang bahkan tidak terlihat tua.

"Grandma, Minji boleh nyobain gak?" Wanita tua itu, Yuna, terkekeh kecil sebelum menyendok satu irisan daging penuh bumbum rempah yang ada di atas wajan besar. Kebetulan tadi pagi Yuna dan Cahyo datang untuk merayakan lebaran bersama Asep Family.

"Nih, Aaaa....... " Dengan senang hati Minji menerima suapan dari neneknya itu.

"Rendang buatan Grandma emang yang paling the best!" Gadis kecil itu menunjukan dua jempolnya sebagai penilaian.

"Assalamu'alaikum.... "

Jennie, Yuna dan Minji otomatis melirik ke arah seseorang yang mengucap salam. Ternyata itu Asep dengan Adzam yang tertidur di gendongannya.

"Waalaikumsalam..... "

"Eh, Zam udah tidur Abi?" Jennie mematikan kompor kemudian berjalan ke arah suaminya.

"Iya, kecapean kali."

"Sini biar Umi aja yang pindahin Zam ke kamar, Abi harus balik ke mesjid lagi kan?"

Pria dewasa itu hanya mengangguk, sembari menyerahkan sang putra ke pelukan istrinya.

"Tidur yang nyenyak sholeh... " Bisiknya sebelum mengecup kening Zam.

"Kalo gitu Abi balik ke mesjid lagi ya Umi" Izin Asep, namun Jennie tidak menjawab, perempuan itu malah menatap lantai dibawahnya.

"Abi gak mau ngasih ucapan juga gitu ke Umi?" Cicitnya kecil. Asep yang mendengar hal itu malah tertawa.

"Abi kok malah ketawa sih?!" Rajuknya.

"Iya-iya, semangat masaknya istriku sayang, kalo udah cape istirahat aja jangan dipaksain... /Cup/ Abi pergi."

"Asep Family"Où les histoires vivent. Découvrez maintenant