"Ultah Acep"

333 50 20
                                    

Acep memandang bingung beberapa lembar kartu undangan ulang tahun ditangannya. Tadi pagi secara tiba-tiba Abinya datang ke kosan dan memberikan kartu tersebut untuk Acep bagikan ke teman sekolahnya. Tapi ia bingung akan diberikan kepada siapa sisa undangan tersebut, ARBA sudah jelas diundang, sedangkan teman lain? Mungkin Dino, dan..

"Acep!"

Sulung Syarifuddin itu melirik ke arah belakang, disana sudah ada Windi dan dua antek-anteknya.

"Iya Teh-eh, Win?"

Windi memutar matanya malas karena Acep masih saja memanggilnya Teteh. "Gue liat Tahyun megang undangan ultah, dia bilang itu dari lo, kenapa lo gak ngundang gue sama geng gue?"

"Eh? Mmm... Acep cuma takut Tet-Windi gak suka sama acaranya"

"Oh lo pikir gue gak tau apa pesta ulang tahun gitu? Dengerin ya Cep, gue ini ahli pesta, setiap pesta yang gue datengin pasti bakal meriah dan tentunya bikin si pemilik makin populer"

"Mmm... yaudah, ini buat Windi, Teh Karina sama Teh Yuna" Pada akhirnya Acep memberikan 3 undangan kepada kakak kelasnya itu.

"Nah gitu dong, gue pasti gak bakal ngecewain lo kok tenang aja" Acep mengangguk kaku kemudian pamit meninggalkan Windi dkk ditaman sekolah.

"Undangannya tinggal enam, dan tadi Abi pesen supaya undangannya abis biar Umi gak ngamuk. Terus Acep kasih kesiapa lagi?" Langkah kakinya terus berjalan menyusuri koridor dan saat akan berbelok ia berpapasan dengan Kamal dan Han.

"Eh Kamal, bang Han"

"Hallo bang Acep!" Sapa Kamal ceria yang dibalas senyuman oleh Acep.

"Mau kemana Cep?"--Han

"Ini Acep mau bagiin undangan syukuran ulang tahun, kalian mau?"

"Siapa yang ultah?"

"Saya bang ehehe"

"Kapan acaranya?"

"Besok,tanggal 13"

"Elo ultah tanggal 13 September Cep?"

"Iya bang Han"

"Weh beda sehari ama gue njir, gue tanggal 14. Kalo gitu gue minta 5 ya, buat gue, Kamal, Haje, Felix sama Umin."

"Loh bang, bukannya ultah abang minggu kemarin?" Tanya Kamal bingung. Han menggeleng kemudian tertawa. "Engga Mal, ultah gue ntar tanggal 14 eheheh" Kamal menatap datar kakak kelasnya itu. Sedangkan Acep pergi duluan untuk memberikan undangan terakhirnya pada seseorang.

Dari koridor kelas teknik, Acep berjalan ke arah koridor anak perkantoran. Dan disana ia melihat sosok yang tengah dicarinya.
"Teh Rianti!" Acep berlari ke arah Rianti yang baru saja akan masuk kedalam kelasnya.

"Apa?" Tanya gadis berambut pendek itu datar.

"Ini buat Teteh. Kalo teteh ada waktu datang ya.. " Rianti mengambil kartu undangan dari tangan Acep dan membacanya dalam hati. "Gue kira orang kayak lo gak ngerayain ultah" Acep menggaruk tengkuknya "Sebenarnya bukan ngerayain sih teh tapi syukuran aja. Itupun karena Umi lagi ngidam jadi yaudah, diturutin aja eheheh"

"Oh, yaudah thanks ya. Tapi gue gak janji bakal datang"

"Iya teh gapapa kok. Kalo gitu Acep duluan ya teh"

"Hmmm"

......


"Pokoknya nanti disini kita gelar tiker terus jangan lupa hiasan bunga-bunga sama lampu tamannya."

"Kenapa gak kursi aja sih neng?"

"Engga, ini kan tema nya piknik A. Dan buat menu nya udah di handle sama mommy termasuk kue ultahnya Acep." Asep hanya bisa mengangguk mendengarkan celotehan Jennie. Saat ini keduanya tengah berada dihalaman belakang kosan Acep. Ya setelah di diskusikan selama seminggu akhirnya syukuran ulang tahun Acep akan diadakan di halaman belakang kos yang luas. Tentunya hal tersebut sudah disetujui oleh Bu Jessica sebagai pemilik tempat. Dikarenakan tempatnya yang berupa tanah kosong berumput, maka lahirlah ide pesta ultah dengan tema piknik.

"Asep Family"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang