"Jennie ngidam, Han kena bully"

382 51 16
                                    

Jam masih menunjukkan pukul 2.15 pagi, namun Jennie malah terbangun dari tidurnya. Mata cantik itu mengerjap pelan sebelum akhirnya duduk di atas ranjang dan mengelus perutnya. Ia bangun sepagi itu bukan semata-mata terbangun biasa melainkan karena sang calon buah hati menginginkan sesuatu.

Tatapan matanya beralih ke arah samping dimana Asep masih terlelap begitu tenang. Sebenarnya Jennie tidak tega membangunkan pria tersebut, namun mau bagaimana lagi, rasa ngidamnya tidak bisa ditahan. Sehingga ia pun menepuk-nepuk pipi sang suami agar bangun. "A, Aa bangun ih"

"Mmmhhh... kenapa Neng?" Membangunkan Asep memang tidak sulit, hanya dengan gangguan kecilpun pria itu sudah terbangun. Matanya menyipit menatap ke arah Jennie sedangkan tangannya terangkat menutup mulut saat ia menguap karena rasa kantuk yang belum hilang.

"Jennie laper, pengen makan" Sadar jika sang istri tengah mengidam Asep langsung bangun dan mendudukan diri, setelah itu ia tatap sang istri yang kini menekuk wajahnya sebal. Entah kenapa dimata Asep Jennie tetap terlihat cantik meski dengan surai berantakan seperti sarang burung dan jangan lupakan bekas liur mengering di pipinya. Ini kah yang dinamakan cinta itu buta? Atau Asep terlanjur kena virus bucin?

"Mau makan apa sayang jam segini?" Tanyanya dengan hati berdebar, bukan berdebar karena jatuh cinta, melainkan takut-takut jika permintaan Jennie diluar nalar ataupun yang mengharuskannya berusaha keras seperti ngidam pas hamil Zam dulu, dimana istrinya itu meminta Asep memetik mangga di halaman rumah pukul 1.30 pagi. Atau saat hamil oleh Minji dimana ia terpaksa mengganggu  Karman tengah malam, karena Jennie ngidam surabi Bi Imas (Mama Kai) tapi yang membuatnya harus Kai. Tapi setidaknya itu masih bisa diterima daripada Jennie yang ngidam menempel dengan Jimi dan Kai seperti hamil Acep dulu.

"Jennie mau makan mie kuah A"

"Mie instan?"

"Iya"

"Rasa apa?"

"Rasa yang selama ini terpendam" Asep menatap Jennie datar, sedangkan perempuan itu malah cengengesan.

"Ehehehe bercanda A, Jennie mau mie kuah ayam bawang pake toping sayur. Buatin ya!" Asep terkekeh melihat tingkah gemas Jennie kemudian ia mengusap surai panjang itu sekalian merapihkannya. "Iya Aa buatin, sekarang eneng cuci muka, hapus dulu itu ilernya, masa mau makan masih kusut begitu"

"Oke, siap komandan!" Jennie membuat pose hormat kemudian turun dari ranjang diikuti Asep.

.....

Asep memandang enek Jennie yang kini tengah menikmati mie kuah dengan toping kentang dan telor rebus itu. Asep kira sayuran yang Jennie minta sejenis sawi atau wortel ternyata malah kentang. Padahal kentang kan termasuk umbi ya kan? atau masuk kedalam sayur? Entahlah Asep bingung. Hal yang membuat Asep semakin enek adalah, Jennie memakan mie tersebut dengan semangkuk nasi. Bayangkan saja mie (karbo) + kentang (karbo) + nasi (karbo), sungguh Asep tidak sanggup jika di suruh makan mie ala Jennie, belum lagi cabe rawit berjumlah sepuluh buah yang tampak mengambang utuh di kuah mie. Asep mungkin akan langsung menyerah, tidak seperti jennie yang memakan cabe-cabe itu dengan mudah.

"Nih neng minum dulu" Asep menggeser segelas teh manis hangat ke depan Jennie kemudian melirik jam yang menunjukkan pukul 3 pagi.

"Neng, gapapa Aa tinggal?"

"Emang Aa mau kemana?"

"Mau tahajud dulu, mumpung masih ada waktu sebelum subuh."

"Oke" Jennie mengangguk, Asep tersenyum sembari mengusap noda kuah mie di bibir merah Jennie yang bengkak karena pedas, setelah itu ia bangkit dan berjalan ke kamar mandi untuk mengambil wudhu.

"Asep Family"Where stories live. Discover now