"Ketua OSIS Baru"

217 32 12
                                    


Jennie terlihat mondar-mandir diruang tengah sambil sesekali melirik kearah pintu keluar. Sedangkan tangannya sedari tadi menggenggam ponsel yang tengah menunjukan room chatnya bersama sang suami yang tak kunjung di balas.
"Aa kemana sih? Di chat gak dibaca, ditelpon gak diangkat, padahal bilangnya tadi bakal nyampe magrib, tapi sekarang udah isya belum nyampe-nyampe."

"Umi... "

Jennie melirik sebentar ke arah Minji dan Zam yang sudah duduk rapi di kursi meja makan.

"Iya Zam kenapa?"

"Abi masih lama ya pulangnya?" Tanya si kecil Syarifuddin.

"Kayaknya iya, kenapa Zam udah laper?" Anak berusia 5 tahun itu mengangguk.

"Yaudah kita langsung makan aja ya, gak usah nunggu Abi" Pada akhirnya mereka pun makan bertiga. Padahal Jennie sudah memasak banyak hari ini, karena Asep bilang jika ia akan pulang cepat, setelah 4 hari menetap di Jakarta untuk menyelesaikan pekerjaan. Namun suaminya itu belum menampakkan batang hidungnya sampai malam seperti ini.

Sedangkan seseorang yang ditunggu Jennie tengah makan bersama orang lain. Ya, siapa lagi jika bukan dirumah Sofia.

"TJ, mau tambah lagi?" Tawar Sofia yang sudah akan menaruh makanan buatan ARTnya ke atas piring Asep.

"Tidak terimakasih, saya sudah kenyang. Biar Rianti aja tuh yang nambah, diakan masih masa pertumbuhan"

Gadis muda yang sedari tadi diam itu hanya tersenyum saja. Sebenarnya ia masih bingung dengan kehadiran ayah dari temannya itu. Berbagai macam pertanyaan kini muncul dikepalanya, seperti ada hubungan apa ibunya dengan pria dewasa tersebut? Jika masalah kerja sama bisnis, kenapa sedari tadi mereka tidak membahasa apapun, dan malahan mommynya bertingkah seperti seorang istri yang tengah melayani suaminya.

"Dipikir-pikir kita seperti keluarga lengkap yang harmonis ya?"

Ukhuk!

Rianti tersedak mendengar ucapan mommynya itu. Asep yang kebetulan berada di depan gadis tersebut buru-buru menyodorkan minum.

"Hati-hati makannya Ri"

"I-iya om, makasih" Rianti tertegun melihat senyuman dan kalimat lembut dari Asep. Hatinya merasa hangat, ia jadi berpikir apakah seperti ini rasanya memilik seorang ayah?

Asep melihat jam tangannya yang sudah menunjukan pukul 20.30, ia menghela nafas sembari merutuk dalam hatinya. Harusnya sekarang ia sudah berada dirumahnya, menikmati masakan lezat sang istri diteman celotehan Zam atau candaan Minji. Namun ia malah terjebak di rumah megah milik keluarga Atmaja. Salahkan saja perempuan menyebalkan yang menelponnya tiba-tiba dan menyuruhnya untuk makan malam bersama saat itu juga. Jika menolak, perempuan itu, Sofia, mengancam akan menunjukkan diri di hadapan Jennie.

"Ri, om pamit ya?" Asep yang memang sudah selesai makan buru-buru bangkit. Persetan dikatai tidak sopan karena langsung pulang begitu saja, ia hanya tidak ingin membuat istrinya menunggu lebih lama lagi.

"Iya om" Rianti tersenyum dan mengangguk

"Loh TJ kok buru-buru?"

"Iya maaf ya, soalnya istri sama anak udah nunggu dirumah" Asep sengaja menekan kata istri dan anak supaya Sofia sadar jika ia bukan pria lajang. Namun sepertinya hal itu tidak mempan, buktinya perempuan cantik itu masih berusaha menarik perhatiannya.

"Yaudah kalo gitu, ayok aku antar TJ" Pria kelahiran Desember itu hanya mengangguk saja. Sesampainya di halaman rumah, dimana mobil Asep terparkir, ayah dari Acep itu menatap datar sosok ibu dari Rianti.

"Saya sudah menuruti keinginan kamu, jadi jangan pernah menunjukan diri didepan keluarga saya."

"Santai TJ. Asal kamu tidak lupa dengan janjimu aku pasti diam"

"Asep Family"Where stories live. Discover now