"Raja dan Pangeran"

233 32 14
                                    

"Umi, kayaknya Abi gak sanggup deh kalo harus jadi presiden yang mencintai semua rakyatnya"

"Kenapa?" Jawab Jennie sok cuek.

"Karena Abi hanya sanggup mencintai Umi seorang... "

"Basi Abi basi!" Timpal Acep yang duduk di sebelah kiri Jennie.

"Berisik kamu Cep, Abi lagi usaha ini" Asep melempar cangkang kacang tanah ke arah Acep. Si sulung tidak menjawab, ia hanya melindungi wajahnya dengan tangan, kemudian menatap Umi nya.

"Umi, jangan bilang ke Acep ada yang nyakitin Umi"

"Kenapa?"--Jennie

"Karena orang itu bakal hilang... "

"Kalo yang nyakitin Umi itu Abi?" Tanya Jennie jahil.

"Ya Acep bakal bikin Abi ilang"

"Sembarangan!"

Pletak!

"Aduh!" Si sulung Syarifuddin itu mengelus kepalanya yang dijitak Asep.

"Udahlah, kalian berdua itu sama. Gak cocok ngegombal" Ucap Jennie kemudian melenggang pergi meninggalkan sepasang anak dan ayah tersebut.

"Yahhh kamu sih Cep, kita jadi gagal kan bujuk Umi"

"Lah kok nyalahin Acep? Abinya aja yang payah gak bisa gombal"

"Ngaca kamu Cep"

"Udah, Abi sama Aa emang gak bisa gombal. Kalian harus cari cara lain buat bujuk Umi" Usul Minji yang sedari tadi menyimak. Ya, bukan tanpa alasan Asep dan Acep membujuk Jennie, jika ibu hamil kembar itu tidak sedang ngambek gara-gara besok Acep sudah harus pulang ke Jakarta berbarengan dengan Asep yang harus melakukan perjalanan bisnis ke Bali selama seminggu.

Dikarenakan sedang dalam masa ngambek, jadi Jennie tidak keluar kamar dari sehabis magrib. Bahkan ia juga mogok masak, untung saja si sulung bisa diandalkan dalam hal memasak jadi keluarga Syarifuddin tidak terlalu kelimpungan.

Cklek!

Pintu kamar itu Jennie buka dari dalam. Mengurung diri beberapa jam berhasil membuat perutnya lapar dan anak kembarnya tentu butuh asupan makanan.

Setelah memastikan keadaan rumah sepi, diam-diam Jennie melangkah ke arah dapur. Namun ia seketika terdiam saat melihat meja makan sudah disulap sedemikian rupa menjadi indah.

Terlihat ada sebuket bunga beserta lilin di atas meja tersebut. Dengan perlahan, Jennie yang mengenakan daster ala emak-emak dengan hijab hitam segi empat nya duduk disana. Dan tak lama kemudian munculah dua orang pria tampan dengan tuxedo mereka.

Satu pria yang lebih muda nampak membawa sebuah piring berisi makanan yang nampak menggiurkan.

"Menu spesial dari chef Acep untuk yang mulia ratu Umi" Ujarnya ala-ala seorang pelayan kerajaan. Sedangkan pria yang lebih dewasa tersenyum kotak sembari memainkan gitarnya asal.

"Izinkan saya mempersembahkan sebuah lagu untuk yang mulia ratu"

"Emang Abi bisa main gitar?" Tanya Acep penasaran, sedangkan Asep malah cengengesan sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Engga sih, ini gaya aja" Acep menepuk keningnya.

Bukannya kecewa Jennie malah terkikik dengan tingkah suami dan anak sulung nya itu. Ia terharu karena kedua pria kesayangannya itu begitu niat membujuknya agar tidak ngambek lagi.

"Kalian ini ada-ada aja sih kkkkkkkkk"

Asep dan Acep saling lirik kemudian mereka duduk masing-masing di samping kanan dan kiri Jennie. "Umi udah gak ngambek lagi?" Tanya Acep.

"Asep Family"Where stories live. Discover now