HSH - 50. Sketsa Busana Cloudy

13.6K 1.9K 54
                                    

Cloudy menghembuskan nafas kesal saat mendapat nomor urut 18 untuk pengumpulan tugas sketsa busananya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cloudy menghembuskan nafas kesal saat mendapat nomor urut 18 untuk pengumpulan tugas sketsa busananya. Itu artinya dia akan pulang lumayan akhir.

Padahal dia berharap mendapat nomor urut awal agar bisa langsung pulang setelah mendapat ACC dari Miss Shera untuk sketsa busananya.

Di pertemuan kali ini, agenda kelas tata busana hanya pengumpulan sketsa busana saja. Setelah itu, mereka bebas langsung pulang dan memikirkan tahap selanjutnya dalam pengerjaan busana yang akan mereka pamerkan di fashion show.

Tentu itu setelah mendapat ACC dari Miss Shera. Untuk yang sketsanya belum mendapat ACC, dia harus stuck di tahap itu untuk memperbaiki sketsanya atau bahkan membuat ulang. Semua kebijakan tergantung Miss Shera.

Cloudy cukup yakin sketsanya akan langsung di-ACC karena dia tidak merasa telah melakukan sesuatu yang membuat sketsanya kemungkinan tidak diterima, seperti plagiat desain orang lain atau membuat sketsa di luar tema yang ditentukan.

Maju sesuai nomor urut yang didapat--alih-alih nomor absen--sudah diberlakukan Miss Shera sejak lama. Alasannya agar lebih adil untuk seluruh rakyat Tata Busana.

Sialnya, Cloudy lebih sering mendapat nomor urut belakang daripada depan. Dan, sekarang baru sampai nomor urut 4 yang sudah maju. Dia harus menunggu 14 orang lagi sebelum gilirannya untuk maju.

Cloudy duduk di bangkunya dengan bosan. Suara gaduh terdengar dari ruang sebelah, tempat anak-anak Tata Busana yang tidak tergabung dalam fashion show project berkumpul.

Mereka masih bisa santai sekarang. Jadi, tidak heran jika sejak tadi terdengar suara celotehan dan tawa dari ruangan itu. Belum saja mereka mendapat tugas khusus dari Miss Shera, walau Cloudy yakin tugasnya tidak lebih berat dari fashion show project.

Untuk anak modeling, di pertemuan kali ini mereka ada photoshoot di perpustakaan untuk majalah sekolah bulan depan yang bertemakan “Pentingnya Literasi Untuk Generasi Milenial”.

Pose yang diambil pasti tidak jauh dari pura-pura membaca buku, berdiskusi, atau merapikan buku. Pose klise yang selalu digunakan setiap pemotretan di perpustakaan.

Tidak hanya oleh anak modeling saja pose klise itu digunakan saat di perpustakaan, tapi juga oleh murid-murid biasa, termasuk Cloudy. Dia sering berfoto dengan membawa novel—yang dia pinjam dari perpustakaan--yang sedang trend saat itu, contohnya seperti novel Dilan.

Tidak ada maksud lain. Dia hanya memanfaatkan properti di sekitarnya dengan sebaik-baiknya untuk kebutuhan foto yang akan dia post di Instagram. Dan, pose dengan membawa novel terlihat lebih bagus daripada membawa buku UTBK yang setebal kitab Sung Go Kong itu.

“Bantuin gue ya, Tik. Please... Gue harus pulang cepat. Kakek gue sakit.”

Suara itu membuat Cloudy menoleh. Jarak satu bangku darinya, Sesha—teman sekelasnya sekaligus anak Tata Busana—tampak mengobrol dengan Tika, teman dekatnya. Entah karena apa, yang pasti Sesha terlihat memohon pada Tika.

Home Shit Home (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang