32

432 49 0
                                    

Melihat kewaspadaan Damar meningkat setelah mengatakan untuk mampir sebentar ke rumah. Arga mendekat. Ditepuk pundak remaja lelaki itu seraya berkata, "gak usah takut. Aku akan memastikan kalian selamat sampai rumah."

Sejenak saja, Damar ingin mempercayai lelaki itu meski tangannya masih menggenggam pergelangan tangan adiknya dengan erat. Dia lelah bergulat dengan pikiran buruknya. Karena tak ada praduganya yang menjadi nyata.

Menghargai ketakutan Damar, Arga membiarkan Danu duduk di belakang. Lalu mobil bergerak keluar area menuju ring road barat berbelok menuju jalan Magelang. Sekitar sepuluh menit, mereka memasuki perumahan Mutiara Gading.

Danu berdecak kagum melihat mewahnya rumah yang berjajar rapi, sesekali meminta Damar melihatnya. Tentu sebagai kakak dia menuruti walau bukan menikmati, hanya mengingat  jalan keluar.

Mobil berhenti di belakang sebuah mobil mewah berwarna putih. Arga segera keluar disusul Danu yang justru berlari mendekat. "Ini rumah, Om? Bagusnya."

Di belakang, Damar masih bersiaga jika terjadi sesuatu pada adiknya. Turut mendekat sembari memegang pergelangan tangan.

"Masuklah." Arga membuka gerbang lebih lebar, mempersilahkan Danu juga Damar masuk dan menunggu di dalam.

Saat memasuki rumah Arga, Danu dibuat kagum dengan bangunan dua lantai yang berdiri megah. Bercat abu-abu dengan teras cantik. Baginya itu adalah ciri khas rumah orang kaya. Kursinya bermotif unik dengan cat putih.

"Terserah kalian mau duduk di mana. Di sini boleh, di dalam gak masalah." Setelah mengatakan sesosok lelaki dewasa lainnya keluar.

"Heh, dari mana kamu?" Pandangan lelaki yang memakai kaos juga celana pendek seketika tertuju pada Arga. Tak lama berpindah pada Danu dan Damar.

"Heh, siapa mereka?"  Dengan dahi mengerut dia bertanya pada Arga yang justru menyuruh temannya keluar dengan alasan mengganggu waktu liburnya.

Danu memilih duduk sembari mengagumi kemewahan rumah juga taman yang indah, sedang Damar menguping pembicaraan antara kedua lelaki dewasa yang berjalan menuju gerbang.

"Heh, apa-apaan ini! Aksa memintamu segera menikah, bukan mengurusi anak-anak gak jelas seperti mereka."

"Kupikir Aksa gak mempermasalahkan apa yang kulakukan. Asal aku bahagia, dia pasti mendukungku. Sudah! Katakan apa yang kamu inginkan! Kamu selalu saja mengganggu waktu liburku."

"Aku bosmu, suka-suka aku."

Arga membuka gerbang.

"Apa yang kamu lihat dari mereka?" Pandangan teman Arga tertuju pada Danu dan Damar sebelum melangkah keluar gerbang.

"Tentu saja hal yang gak kupunya."

"Sebagai sahabat, aku benar-benar gak tahu jalan pikiranmu."

Lalu suara kedua lelaki itu perlahan menghilang. Sedang Damar masih saja tegang berjaga-jaga di teras. Saat seorang wanita paruh baya datang membawa sirup yang menyegarkan, dia terlonjak kaget.

"Silahkan, Den. Diminum." Senyum wanita itu merekah sebelum berlalu masuk lagi.

Melihat warna minuman yang menggoda, Danu langsung mengambil dan meneguk. Tentu Damar refleks menepuk tangan adiknya. Baru saja hendak mengatakan jika bisa saja dalam minuman ada racunnya, Arga datang.

"Sebentar makan dulu, ya. Sehabis Magrib baru kuantar pulang. Atau kalian mau ke kolam renang? Ada di dalam." Dengan isyarat mata, Arga membujuk Danu yang memang langsung ingin melihat. Namun, Damar justru mencegah. "Tenang saja, aku gak akan ganggu kalian. Ada beberapa kerjaan yang harus kuselesaikan."

My Beloved Brother (Danu dan Damar)  Spin Off Arga ; Repihan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang