ekstra.new home

834 58 10
                                    

Damar dan Danu cekikikan melihat film yang tengah diputar di televisi. Mereka duduk di ruang santai dekat kamar Arga dan bersebelahan dengan halaman belakang.

Di meja ada setoples makanan ringan yang belum tersentuh karena terlalu asyik dengan acara. Apalagi tak ada iklan yang mengganggu jalannya cerita.

Pintu kamar Arga terbuka dan pandangan langsung tertuju pada kedua anak asuhnya yang begitu menikmati kebersamaan. Disandarkan tubuh pada daun pintu seraya bersedekap dengan senyum tersungging di bibir. Sedetik kemudian dia berjalan mendekat, berpegang pada sofa.

"Ayo jalan-jalan keluar."

Pandangan Damar beralih pada Arga, begitu pula Danu yang sedari tadi tidur di paha kakaknya, bangkit dan bertanya, "Ke mana, Om?"

"Ke Malioboro yuk, naik delman."

Danu terlonjak kegirangan. "Mas nanti foto aku dekat kudanya, ya." Dia memohon seraya mengguncang lengan Damar. Walau tak ada jawaban, dia cukup yakin kakaknya akan melakukan.

Arga tersenyum mendengar ide Danu. Sesekali tingkah random anak asuhnya selalu mengingatkan dengan Aksa.

"Bersiaplah." Arga memberi perintah.

Danu dan Damar bangkit, kembali ke kamar untuk bersiap. Sedang Arga menunggu di mobil seraya melihat kenangan kebersamaannya dengan Aksa. Tak lama kedua anak asuhnya keluar, dia pun mematikan layar ponsel. Menyimpan di saku celana.

Mereka berjalan beriringan dengan binar bahagia. Begitu masuk senyum merekah di bibir Danu yang duduk di samping kursi kemudi.

"Om kok suka sekali ajak jalan-jalan sih?" tanya Danu penasaran seraya memakai sabuk pengaman.

"Kenapa, ya?" Arga berpura-pura tak tahu jawabannya hingga Danu memberikan atensi penuh saking penasaran. "Karena Om ingin punya banyak kenangan dengan kalian." Dia mengelus rambut Danu sebelum tangannya berpindah ke kemudi.

Damar paham mengapa. Tentu karena Mak Ris pernah menceritakan pada mereka, perihal Arga yang harus nenerima kepergian adiknya setelah setahun kepulangannya di Indonesia. Walau tak pernah ada cerita yang keluar dari mulut lelaki itu, setiap ucapan seakan mengandung penyesalan dan tak ingin menyia-nyiakan apa yang ada sekarang. Ya, kehilangan selalu menyadarkan manusia dari kesalahan.

Mobil melaju, membelah keramaian Jogja. Apalagi hari Minggu lumayan macet ketika memasuki Jalan Malioboro. Kendaraan padat merayap. Arga pun mencari tempat parkir yang memudahkan mereka kala menikmati salah satu icon kota Gudeg itu.

Setelah beberapa saat, Arga menemukan tempat parkir yang cocok dan mereka keluar. Danu dan Damar berjalan di depan, sedang Arga di belakang layaknya seorang ayah yang menjaga.

Danu begitu heboh ketika melewati toko demi toko. Padahal ini bukan kali pertama. Sudah tak terhitung, mengingat setiap akhir pekan Arga selalu mengajak keluar. Entah ke taman, obyek wisata, pantai atau mal. Sekedar menikmati waktu bersama. Namun, Danu tetap selalu antusias melihat keramaian juga hiruk pikuk manusia.

"Mampir ke mal yuk?" ajak Arga ketika mereka sudah mendekati Mal Malioboro.

"Om kepanasan, ya? Pasti mau ngadem." Danu menebak seraya menuding dengan jari telunjuknya.

Ya, walau memang itu salah satu alasannya, tetapi bukan itu. "Beli makan. Om lapar." Arga mengusap perutnya yang rata disertai kekehan kecil.

Tentu saja ajakan Arga diterima. Mereka berjalan dengan penuh kegembiraan menuju mal yang berada di Jalan Malioboro itu.

"Kalian duduklah dulu, biar Om yang pesan." Arga memberi perintah ketiga sudah berada di salah satu kedai franchise yang berada di lantai tiga.

Damar dan Danu tentu menurut. Beberapa saat mereka justru berdebat. Danu menginginkan di luar agar bisa melihat keriuhan suasana mal, berbeda dengan Damar yang menginginkan ketenangan di dalam ruangan. Mau tak mau dia mengalah dan memilih di dekat pagar pembatas.

My Beloved Brother (Danu dan Damar)  Spin Off Arga ; Repihan RasaWhere stories live. Discover now