7-CLINK

283 26 2
                                    

Nanon tiba-tiba terbangun ketika melihat jam sudah pukul 19.00 malam kemudian ia menoleh kearah pria yang ada di bawahnya menopang tubuhnya itu tampak tertidur pulas. Nanon tersenyum kemudian bangun dari posisi itu untuk segera mandi lalu bergegas berangkat untuk shift malam.

Beberapa jam kemudian Ohm terbangun dari posisi tidurnya di sofa menoleh sana sini tidak melihat ada Nanon disana lalu dirinya teringat dengan kejadian tadi siang ketika keduanya melakukan ciuman di tempat yang ia dudukki itu. 

Sial. Jantungku kenapa berdebar sekali.

Saat Ohm baru saja selesai memakan makanan yang Nanon masak untuknya tiba-tiba pandangannya terfokus kearah sebuah kotak coklat yang ada di meja Ruang Tamu kemudian dirinya pun membuka kotak tersebut dan betapa terkejutnya disana kalau kotak itu berisi potongan jari dengan tulisan JANGAN PERNAH BERANI MENANTANGKU menggunakan darah.

"Brengsek! Siapa yang memberikan kotak ini pada Dokter Nanon." Seru Ohm kemudian ia pun memotret kotak tersebut dan mengirimkan gambarnya kepada Nanon membuat Nanon yang sedang melakukan autopsi pun terhenti. "Siapa yang mengirim itu?"

"Sebelumnya aku meminta maaf padamu, Dokter Nanon. Aku membuka kotak coklat yang kau taruh diatas meja  dan itu isinya." Seru Ohm membuat Nanon terkejut lalu berkata. "Aku dapatkan itu dari Mix, rekan kerjaku. Dia yang memberiku kotak coklat itu tetapi aku belum sempat membukanya."

"Apa kau punya musuh sebelumnya?" Tanya Ohm kini yang dijawab agak lama oleh Nanon kemudian berucap. "Mungkinkah ini ancaman dari Jaksa Jirayu?"

"Terlalu transparan kalau dia melakukannya atau mungkin ada orang yang membencimu, entah siapa itu tetapi untuk seorang Jaksa Jirayu sangat tidak mungkin ia melakukannya jika tanpa anak buah nya." Jelas Ohm yang membuat Nanon setuju dengan perkataan Kepala Tim nya itu sambil menambahkan. "Aku tidak tahu siapa orang itu tetapi kalau dia sudah mengirim potongan jari dan juga tulisan dari darah sudah bisa di pastikan itu sebuah ancaman serius kepadaku. Jangan kau buang kotak itu karena aku ingin mengecek DNA potongan jari itu." Seru Nanon yang membuat Ohm menaruh kotak berisi jari itu ke dalam lemari buffet yang ada di Ruang Tamu apartemen Nanon lalu mematikan sambungan teleponnya untuk segera pulang ke apartemennya. 

Ohm kini sudah menunggu di depan rumah Dew kemudian pria tinggi itu pun keluar dengan memakai jaket kulit tebal juga membawa buku saku dan juga pistol pada pinggangnya. Pria tinggi itu pun masuk ke dalam mobil Ohm hingga Ohm segera pergi dari sana selama Ohm menyetir, pria tampan itu mengajak Dew berbicara. "Dew, bagaimana kabar ayahnya Tu?"

"Dia baik-baik saja, untuk seterusnya ia ingin tinggal di rumah kakek dan neneknya Tu. Dia tidak mau tinggal bersamaku mungkin masih terguncang dengan kematian Tu seminggu lalu." Jelas Dew membuat Ohm menganggukkan kepala tanda mengerti.

"Maafkan aku ya karena diriku kekasihmu tidak bisa diselamatkan." Seru Ohm yang dijawab menggelengkan oleh Dew sambil berucap. "Sudah takdirnya Tu harus meninggal dunia, aku tidak bisa menyalahkanmu ataupun Tuhan. Lagipula ayah Tu sangat berterimakasih kepadamu karena sudah berusaha menolong Tu walaupun pada akhirnya ia harus meninggal juga."

Ohm menganggukkan kepala tanda mengerti kemudian Dew kembali berkata. "Mengenai Divisi yang akan kau dapatkan pasca skorsing, kau benar akan berada di Biro Narkoba sama sepertiku juga?" 

Ohm menganggukkan kepala sambil menghela nafas dan berucap. "Mungkin beda kantor bukan di Phuket, agak di asingkan mungkin. Aku tidak tahu tergantung keputusan Komite Kedisplinan saja." Santai Ohm mengucapkannya membuat Dew merasa tak enak mengatakan perkataan tadi kepada Ohm.

"Kau akan selalu menjadi Kepala Tim bagi diriku dan Dokter Nanon. Kita akan menyelesaikan kasus ini bersama-sama, Kepala Tim."

"Kepala Tim kasus itu sekarang adalah Drake." Jawab Ohm yang membuat Dew terkejut dengan perkataan Ohm padanya sambil bertanya. "Drake? Yang benar saja."

AUTOPSY [FINISHED✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang