13-SIANIDA

227 22 0
                                    

32 years ago.....

Thanapob dan Tanawat adalah dua anak laki-laki yatim piatu yang besar di sebuah Gereja Tua dan asrama yang tersedia disana. Keduanya hidup di lingkungan yang sangat kuat dari sisi spiritual.

Seorang biarawati mendekati Tanawat yang tengah asyik membaca buku dan sesekali biarawati itu memperhatikan tingkah adik Thanapob itu. "Wat, apa yang kau gambar? Kita makan bersama yuk. Sudah waktunya jam makan siang."

"Aku belum selesai menggambar nanti saja." Jawabnya singkat kemudian biarawati itu pun menganggukkan kepala dan pergi meninggalkan Tanawat yang masih tetap fokus menggambar.

Thanapob yang melihat tingkah adiknya itu pun lalu berjalan mendekati adiknya sambil berkata. "Wat, sudah jam makan siang. Ayo kita makan."

"Aku belum lapar, P'Tor. Gambarku belum selesai." Katanya dengan nada sedikit marah seolah tidak mau di ganggu. Thanapob hanya menghela nafas kemudian pergi meninggalkan adiknya lalu kembali dengan membawakan sekotak makanan yang ia taruh di atas meja.

"Makan ini setelah kau selesai menggambar." Seru Thanapob keluar dari kamar adiknya kemudian seorang biarawati tua menghampiri Thanapob sambil berkata. "Kau harus bersabar menghadapi adikmu, Tor. Dia masih kecil lebih baik kau membantu Pastor Michael saja di Gereja karena malam ini ada acara Misa Natal."

Thanapob pun menganggukkan kepala sambil menjawab. "Baik, Suster Irina. Aku pamit ke Gereja dulu." Biarawati itu pun tersenyum menganggukkan kepala lalu Thanapob pun pergi menuju Gereja untuk membantu persiapkan acara Misa Natal untuk nanti malam.

Malam Misa Natal pun tiba Pastor yang sedang khotbah membuat para pengunjung Gereja ikut khusyuk berdoa. Namun, sejak tadi siang Thanapob sama sekali tidak melihat keberadaan adiknya karena merasa khawatir ia pun mencari keberadaan adiknya dengan keluar diam-diam dari Gereja.

"Wat...Wat..Tanawat...Wat--" Thanapob berhenti memanggil adiknya ketika melihat anjing putih kesayangan Pastor Michael mati di dekat danau dengan isi perut nya yang sudah terkoyak seperti habis di sayat-sayat tiba-tiba terdengar suara kekehan dari balik pohon.

Thanapob mendekat kearah suara yang keluar dari pohon dan ia terkejut dengan keberadaan Tanawat disana yang tampak berlumuran darah juga memegang pisau yang ia pegang. "Tanawat, apa yang kau lakukan? Kau membunuh anjing Pastor Michael? Tanawat! Jawab aku!" Tanya Thanapob sedikit emosi kemudian anak usia 8 tahun itu menjawab dengan santai. "Aku hanya memberi hukuman pada Candy. Dia tak mau diam."

"Kau sudah membunuhnya, Wat! Kalau sampai Pastor Michael tahu kau membunuh Candy, kita tidak tahu bisa tinggal disini lagi atau tidak." Kesal Thanapob kemudian tiba-tiba Tanawat memeluk tubuh Thanapob. "Maaf, P'Tor. Maafkan aku. Aku mohon jangan beri tahu Pastor Michael. Aku mohon." Tanawat tiba-tiba menangis sambil memeluk Thanapob kemudian Thanapob pun menarik tubuh adiknya menuju asrama untuk membersihkan tubuhnya dan mencuci bersih baju adiknya untuk menghilangkan jejak.

"Jangan lakukan apapun setelah ini. Aku akan selalu melindungimu, Wat. Aku mohon jangan melakukan hal yang tidak-tidak lagi setelah ini." Seru Thanapob memakaikan baju untuk adiknya membuat Tanawat diam sambil menganggukkan kepala kemudian anak itu pun memperhatikan bagian leher Thanapob.

Reflek Tanawat mencekik Thanapob membuat Thanapob terkejut dengan tingkah adiknya. "Uhuk--uhuk--Wat--uhuk--" Tanawat melepas cekikan nya kemudian berkata. "Dicekik awal sesak nafas kemudian terjadi kelumpuhan syaraf dan meninggal dunia." Spontan Tanawat yang membuat Thanapob terkejut dengan perkataan adiknya.

"Apa maksudmu Tanawat? Kau tidak ada niat untuk membunuh orang kan? Jangan gila kamu." Thanapob berkata sambil menitikkan airmata kemudian Tanawat menatapnya dengan tatapan kosong sambil berkata. "Membuat seseorang mati itu tampaknya menyenangkan, P'Tor." Senyumnya yang membuat Thanapob menampar keras wajah adiknya itu.

AUTOPSY [FINISHED✔]Where stories live. Discover now