23-DARK

196 23 0
                                    

Present time....

Nanon yang baru saja selesai melakukan autopsi jasad tak dikenal yang ada di hadapannya pun sejenak menghela nafas sambil menghapus keringat yang membasahi pipinya lalu menulis pada map yang ada di atas meja kerjanya. "Rambut, goresan benda tajam dan luka akibat diabetes yang membusuk. Tetapi kenapa bisa terbunuh dan terdeteksi seperti ini." Monolog Nanon kemudian mengambil sampel yang menempel pada tubuh korban yang ia teliti melalui mikroskop yang ada disana lalu tiba-tiba masuk seseorang sambil membawa map kepada Nanon. 

"Apa ini Fourth?" Tanya Nanon sambil membaca dokumen tersebut kemudian pria bernama Fourth itu pun yang kemudian menjawab. "Ini dokumen jadwal kerja Dokter Tanawat." Bisik Fourth yang membuat Nanon menoleh kearahnya terkejut. 

"Kenapa ada pada dirimu? Aku tidak pernah meminta nya kepadamu, Fourth." Bisik Nanon kemudian Fourth menganggukkan kepala sambil berjalan menuju pintu lalu mengunci ruang autopsi sambil berkata. "Aku sempat melihat Dokter Tanawat memarahi para dokter residen dan juga beberapa tenaga kesehatan lain, Dok. Dia--suka bertindak kasar apalagi kalau memarahi teman sesama spesialis bedah nya, waktu itu saya lihat Dokter Phuwin memar bagian wajahnya karena di tampar keras oleh Dokter Tanawat." 

"Dokter Phuwin?" 

"Iya, Dok. Tetapi Dokter Nanon jangan cerita kepada siapapun ya karena aku tak mau di anggap memfitnah Dokter Tanawat. Dokter Phuwin melakukan kesalahan hanya salah memberikan alat untuk operasi kepada Dokter Tanawat." Jelas Fourth membuat Nanon penasaran dengan cerita karyawan bagian pendaftaran itu. 

"Memang apa saja yang Dokter Tanawat lakukan sejak dia bekerja disini?"

"Banyak, Dok. Beliau karena merasa kenal Profesor Atthapan makanya bertingkah begitu."

"Profesor Atthapan?" 

"Yang mengurus prosesi pemakaman suami Profesor Atthapan dan yang menemani Profesor Atthapan saat upacara pemakaman suaminya sampai menginap di rumah Profesor Atthapan adalah Dokter Tanawat, Dok. " Jelas Fourth yang membuat Nanon penasaran sebenarnya ada hubungan apa Dokter Tanawat dan Profesor Atthapan sampai semua orang mengira mereka berdua dekat. "Btw, Fourth ini data untuk korban yang sedang aku autopsi kan? Lebih baik kau kembali ke tempat kerjamu. Bahaya kalau Kepala Unit mu tahu kalau kau sedang bergosip disini denganku."

"Hehe. Baik, Dok. Saya permisi." Seru Fourth kemudian keluar dari ruangan itu sementara Nanon dirinya menaruh jasad tadi di dalam lemari pendingin kemudian berjalan menuju wastafel membuka sarung tangan karet lalu mencuci tangan dengan sabun sambil membuka jas autopsi yang kembali di gantungkan pada gantungan yang ada di dinding. 

Sesaat dirinya menekan tombol pada ponselnya untuk menghubungi seseorang kemudian seseorang di seberang sana menjawab panggilan tersebut. "Halo."

"Halo, Puimek? Bisa bertemu denganku sore ini di Rumah Sakit Internasional Burmunghad? Atau ketemu di Cafe yang nanti aku berikan padamu." Nanon menjelaskan secara terperinci hingga kini dirinya sudah tiba di Cafe yang lokasinya tidak jauh dari Rumah Sakit Internasional Burmunghad duduk di kursi pojok Cafe. 

Tak lama kemudian datang wanita berambut panjang dengan menggunakan snelli pada tubuhnya lalu duduk di hadapan Nanon sambil menaruh tas kerjanya di atas meja lalu berkata. "Btw, ada perlu apa kau meminta bertemu? Apakah ada hal penting yang harus kau katakan padaku?"

Nanon sejenak berdehem kemudian mengambil ponselnya sambil menunjukkan sebuah foto lalu berucap. "Kau kenal tidak dengan mereka?" 

Puimek pun mengambil ponsel Nanon sambil menganggukkan kepala dan menjawab. "Dokter Tanawat Leeratanakorn dan sebelahnya Jenderal Chatchawit Techarukpong dulu Jenderal Chatchawit pernah mengantarkan Dokter Tanawat untuk melakukan pengobatan terapi mental nya yang kebetulan aku dokter penanggung jawabnya. Apakah terjadi sesuatu?" Puimek tiba-tiba bertanya pada Nanon membuat Nanon menghela nafas sambil menganggukkan kepala.

AUTOPSY [FINISHED✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang