CHAPTER 1 ; Is it the tea

137K 10.2K 53
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

.

Apakah dia tidak membenci Edward?

Jika ditanya seperti itu, awalnya Catherine akan kesulitan namun kini ia sudah menemukan jawabannya.

Tidak, ia tidak membenci Edward karena pada dasarnya lelaki itupun tidak menginginkan hal ini. Perasaan seseorang tidak bisa dikendalikan, begitu pula Catherine dan Edward.

Kenyataan bahwa wanita yang dicintai Edward merupakan wanita yang sudah ada dihidup pria itu sejak masa tersulitnya membuat Catherine sadar akan keberadaannya. Ia hanyalah orang asing yang dijadikan jaminan antar 2 kerajaan.

Walaupun itu memang tidak bisa dijadikan alasan untuk mendua, tapi jika Catherine berada diposisi Edward mungkin gadis itu akan melakukan hal yang lebih parah.

Meskipun begitu, bukan pula berarti ia masih mencintai Edward.

Rasa itu masih ada namun bukan dalam bentuk ingin memiliki. Semuanya sudah redup dan Catherine memiliki ambisi lain yaitu untuk bertahan hidup, dan bebas. 

Karena itu, sebelum perpisahan mereka, Catherine ingin memperlakukan Edward sebaik mungkin. Sebagai kenangan terakhir mereka.

"Anda memiliki rambut paling indah yang pernah saya lihat, Tuan Putri"

Catherine menatap Siana yang tengah menyisir rambutnya melalui cermin.

Bukan pertama kali mendapatkan pujian akan rambutnya, Catherine hanya tersenyum. Mungkin karena perbedaan ras, Kerajaan Eudonia sangat jarang melihat rambut dengan warna terang seperti ini karena ras kerajaan ini mayoritas merupakan kulit sawo matang dengan rambut hitam.

"Apa ada lagi yang anda butuhkan Putri?"

Catherine menggeleng pelan.

"Tidak, istirahatlah Siana, terimakasih untuk hari ini"

Siana tersenyum dan berpamitan dengan sopan. Setelah melayani Catherine hampir 1 tahun, dirinya sudah tidak begitu terkejut dengan kesantunan Tuan Putri tersebut. Ia sungguh merasa dihargai walaupun hanya sebagai pelayan.

Tok... Tok... Tok...

Belum sempat Siana membuka pintu, suara ketukan terlebih dahulu terdengar dari arah luar kamar.

"Selamat malam Tuan Putri, Ini saya Simon"

Catherine menoleh dan mengerutkan dahinya. Apa yang dilakukan Simon di waktu istirahat seperti ini?

Simon merupakan orang yang memimpin berjalannya manor ini. Semacam pemimpin butler.

"Apa yang anda butuhkan Tuan?" Tanya Siana tanpa membuka pintunya.

DREAM [END]Where stories live. Discover now