CHAPTER 27 ; Just Us

79.8K 8.3K 387
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

.

CHAPTER 27 ; Just us

Siana menunduk dengan perasaan penuh rasa bersalah.

Ada sebagian dari hatinya yang mengatakan bahwa ia telah malekukan kesalahan namun sebagian lainnya berkata bahwa ini demi kebahagiaan sang nona.

Lagipula, melihat siapa dihadapannya, Siana tak mungkin menolak perintahnya.

"T-tidak seharusnya saya menceritakan hal tersebut, Tuan..." ujar Siana yang masih belum berani menatap mata Tuannya.

Sedangkan Edward hanya diam membeku.

Sudah ia duga, Siana mengetahui semuanya.

Selama ini, satu-satunya teman yang dimiliki Catherine adalah Siana, dan gadis itu pula yang selalu berada disamping Catherine sedari awal Catherine tinggal di Eudonia.

"Keluar" ujar dingin Edward.

Tak ingin mendapatkan lebih banyak ancaman, Siana mau tak mau menurut.

Edward menatap tangannya yang bergetar.

Lelaki itu merasakan rasa sesak hebat di dadanya.

Membayangkan bagaimana ia menyakiti Catherine-nya didalam mimpi gadis itu membuat Edward tak mampu menahan seluruh perasaan yang menghinggapi hatinya.

Pikiran lelaki itu terus berputar pada dirinya sendiri yang berada didalam mimpi Catherine.

Abigail adalah teman kecilnya namun tidak ada setitik pun perasaan untuk gadis tersebut.

Jangankan menjalin hubungan. Saat ini saja Edward memperlakukan Abigail hanya sebatas prajurit, tak ada keistimewaan sedikitpun.

Bagaimana bisa dia mengkhianati Catherine?

Bagaimana bisa dia sekejam itu?

Membayangkan ia bisa menghamili wanita lain selain Catherine membuatnya mual. Sungguh lelaki itu harus memusnahkan Abigail.

Merasa pening dan rasa sesaknya tak membaik, pria itu pun mengambil belati di laci mejanya dan segera menyayat tangannya.

Pria itu bernafas lega sesaat darah bercucuran keluar dari lengannya.

Meskipun tidak hilang sepenuhnya namun menyayat tangannya mampu membuat dada Edward terasa lebih ringan.

'Kau pantas mendapatkannya, brengsek' batin Edward kepada dirinya sendiri sembari kembali menyayat tangannya.

***

Setelah pembicaraannya dengan Raja sore tadi, Catherine yang menghabiskan waktunya menangis berjam-jam pun kini kembali menunjukan batang hidungnya.

DREAM [END]Where stories live. Discover now