CHAPTER 31 ; Eyes tells everything

75.5K 7.9K 208
                                    

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

.

.

.

Chapter 31 ; Eyes tells everything

Catherine pernah marah pada dirinya sendiri saat gadis itu tak bisa teguh pada pendiriannya.

Gadis itu marah karena hatinya terlalu naif.

Dari awal, Catherine bisa langsung memberi tahu Edward mengenai pembatalan pertunangan, namun gadis itu memilih untuk terus mengulurnya hingga akhirnya Edward mengetahuinya sendiri.

Dan Catherine seharusnya bisa tetap teguh pada keputusannya dan membiarkan Abigail dipenggal, namun lagi-lagi gadis itu bertahan.

Terkadang semua itu membuatnya marah hingga ia mengetahui semua fakta tersebut dari Harvey.

"Apa kau pernah mengalami hal yang sama?" tanya Catherine.

Harvey mengangguk.

"Aku bermimpi mengenai keluarga angkatku.

Didalam mimpi itu, mereka akan mengkhianatiku demi mendapatkan warisan ayah kandungku. Karena mustahil bagi mereka merebut gelar bangsawan, jadi mereka menginginkan harta ayahku untuk pamor mereka.

Ayah kandungku... meskipun rakyat biasa, dia sukses membangun toko roti sukses di Eudonia, karena itu aku mempercayainya begitu saja."

Harvey terdiam sesaat, berusaha menggali kembali memori-memorinya yang telah lama ia simpan.

"Sama sepertimu, ternyata mimpi itu hanyalah pertanda palsu.

Selama 2 tahun aku menjauh dari mereka dan berusaha keras mengembangkan toko roti peninggalan ayahku tanpa campur tangan mereka. Hingga pada akhirnya aku bertemu pemimpi dari kerajaan timur dan memberikan kitab tersebut. Setelah ku telusuri lebih lanjut, ternyata dari awal keluargaku memang tidak tertarik dengan bisnis ayah. Mereka hanya ingin melanjutkan hidup sederhana di perkebunan Selatan."

Harvey meminum teh nya perlahan.

"Ternyata Dewa menginginkanku fokus pada bisnis ayah agar menjadi sukses dan aku bisa bertemu dengan suamiku. Berkat mimpi itu pula, aku mengetahui seberapa sayang keluarga angkatku padaku, dan meskipun sempat renggang, hubungan kami jauh lebih dekat daripada sebelumnya"

"Aku senang mendengarnya" ujar Catherine yang dibalas senyuman.

"Jadi di dunia ini, apa para pemimpi seperti kita berjumlah banyak?"

Harvey menggeleng perlahan.

"Tidak banyak, namun setidaknya di setiap satu generasi memiliki satu pemimpi. Dan sepertinya Eudonia sedang diberkati oleh Dewa sehingga memiliki dua pemimpi"

Catherine menganggukan kepalanya mengerti.

"Setelah bertahun-tahun apa kau masih sering mengalami mimpi?"

"Tidak sesering dulu, jika dilihat dari garis waktu, mimpi ku mulai jarang datang setelah kau mendapatkan berkatmu"

Gadis cantik itu kembali menganggukan kepala. Batinnya bersyukur telah dipertemukan dengan Harvey yang telah begitu banyak membantunya.

Harvey bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat kearah dimana Catherine duduk.

"Karena kau adalah seorang tuan Putri sekaligus calon Duchess Utara, aku tidak dapat memikirkan hadiah apa yang kau butuhkan selain kitab ini" ujarnya sembari menyodorkan kitab bersampul cokelat tersebut.

"Kitab ini akan sangat membantumu"

***

Sudah lebih dari 30 menit dan posisi Edward sama sekali tidak berubah.

Lelaki itu berdiri tegap dengan wajah mengeras dan tatapan lurus menghunus pintu ruang jamuan dimana disana terdapat cahaya putih bening.

Seharusnya saat ini ia sudah menghancurkan pintu itu. Namun para pendeta sialan ini menyegel pintu tersebut.

Sedangkan disisi lain, Saint Paulus yang merasakan energi Catherine dan Harvey mendekat kearah pintu pun dengan segera memberitakan pada pendeta lain agar mereka melepas segel tersebut.

Dan beberapa detik berikutnya pun pintu terbuka, menampilkan 2 wanita dengan usia dan penampilan kontras.

Dengan cepat Edward melangkah menghampiri calon istrinya.

Lelaki itu segera menangkup wajah kecil Catherine dan menatap matanya dengan nafas memburu.

Catherine kebingungan dan membalas tatapan Edward yang entah mengapa terlihat marah dan... takut?

.

Edward fokus menelusuri netra violet favoritnya tersebut dengan seksama.

'Tidak, Catherine tidak membenciku, wanita itu tidak mengambil Catherine....'

Perlahan pria itu menetralkan nafasnya dan segera mengecup dahi gadis tersebut setelah memastikan bahwa mata cantik Catherine tidak menunjukan raut benci apapun.

Menyembunyikan Catherine dibelakang tubuhnya, Edwardpun menatap seluruh insan yang berada disana.

"Bubarlah, cukup untuk hari ini" ucapnya, dingin.

Tanpa menunggu lebih lama, lelaki berpakaian serasi dengan gadisnya itupun menarik lembut tangan Catherine kearah kamar mereka.

***

Selesai membersihkan diri, Catherine mendudukan dirinya dipinggir ranjang dan menatap Edward yang baru saja mengganti pakaian.

"Kau baik-baik saja?" tanya Catherine.

Bukan tanpa alasan. Mungkin banyak yang tidak menyadarinya, namun Catherine tahu bahwa sedari tadi ada yang berbeda dengan pria tersebut.

Meskipun saat ini Edward sudah terlihat lebih baik, namun Catherine tidak dapat menahan perasaannya.

Sedangkan disisi lain, Edward tak menjawab.

Lelaki itu berjalan mendekat kearah Catherine.

Menunduk dan perlahan mengecup dahi Catherine, dalam.

"Selamat ulang tahun, sayang"

Bersamaan dengan itu, jantung Catherine berdebar cepat.

Kedekatan mereka kali ini, terasa berbeda. Apalagi setelah Catherine mengetahui fakta dibalik mimpinya.

Edward menjauhkan wajahnya dengan mata yang terus menatap Catherine.

Perlahan, lelaki itu menuntuk Catherine untuk berdiri dan segera memeluk gadis tersebut.

"Aku mencintaimu Catherine.... Aku sangat mencintaimu" lirih Edward.  

Mendengar kalimat putus asa Edward, Catherine terdiam.

Pertama kalinya Edward mengatakan hal seperti itu. Catherine tidak tahu harus merespon apa.

Gadis yang sudah resmi berusia 17 tahun tersebut hanya bungkam dengan tangan yang terus mengelus rambut legam pria tersebut.

Sedangkan disisi lain, Edward memejamkan matanya dengan erat. Lelaki itu berusaha menahan seluruh gejolak perasaannya yang kini sungguh bercampur aduk.

Lelaki itu sungguh membenci kedatangan Harvey. Fakta bahwa mereka pasti berbincang mengenai mimpi membuat dada Edward kembali sesak.

Sial, Edward harus memusnahkan wanita itu jika dia berniat mengambil Catherine.

Apapun yang terjadi, Catherine akan selalu menjadi miliknya.

***
TBC

Published, 28-07-2023

DREAM [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu