CHAPTER 21 ; The Monster knows everything

73.6K 7.8K 258
                                    

🎵Now playing :
Don't blame me - by Taylor swift

🎵Now playing : Don't blame me - by Taylor swift

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

.

CHAPTER 21 ; The monster knows everything

"Tuan Putri? Kemana anda akan pergi?" tanya Siana penuh kebingungan.

Pasalnya, saat ini Putri Catherine sudah lengkap dengan gaun tidurnya. Namun bukannya segera berbaring dan menikmati waktu istirahatnya, Catherine justru keluar dari kamarnya dengan dalih 'ingin mencari udara segar'.

Tempat yang dipikirkan Siana saat Putri Catherine mengatakan hal tersebut tentunya adalah taman. Namun bukannya mengambil langkah kearah sana, sang majikan justru kearah yang berlawanan.

"Yang mulia, ini sudah jam malam anda, anda harus segera beristirahat. Tubuh anda belum pulih sepenuhnya"

"Tenanglah Siana, aku akan baik-baik saja"

Siana tak bisa melakukan apapun selain mengikuti keinginan sang putri.

Langkah demi langkah mereka lalui hingga akhirnya berhenti di satu tempat.

Dan untuk sesaat Siana mengerjapkan matanya. Untuk apa mereka ada disini?

"Putri, apa yang kita lakukan disini?" tanya Siana, heran. Pasalnya sudah cukup lama sejak Catherine menginjakan kakinya disini.

"Untuk apa lagi? Tentu saja untuk istirahat" jawab Catherine, santai.

Gadis dengan gaun tidur satin berwarna biru langit itu membuka pintu kamarnya dengan perasaan rindu.

Sudah 1 bulan lebih dia tidak menempati kamarnya, dan sudah saatnya kembali kemari.

"Putri... tapi anda belum izin pada Grand Duke..." cicit Siana takut. Bahkan hanya membayangkan wajah sang monster utara, pelayan muda itu tak berani.

"Tenang saja, Siana. Aku sudah memperkirakan semuanya. Kau kembalilah, aku akan menghabiskan malam disini" ucap Catherine, tak ingin dibantah.

Seperti biasa, Siana pun tak bisa mencegah dan akhirnya mengangguk.

Sebelum pergi, tak lupa Siana menyalakan aroma terapi dan memastikan suhu ruangan tidak terlalu dingin maupun tidak terlalu panas.

"Kalau begitu, selamat beristirahat, Yang Mulia"

***

"Jika tidak ada, maka istana tak akan menyiapkan apapun"

Edward mengeraskan rahangnya setiap kalimat itu seakan tak ingin hilang dari kepalanya.

Kini tepat pukul 12 malam, dan seperti 1 minggu terakhir, ia kembali ke kamarnya setelah lewat tengah malam.

Harum khas Catherine langsung menubruk indra pemciumannya sesaat setelah Edward membuka pintu kamarnya.

Setelah 2 minggu tidur diruangan yang sama, harum ini melekat dikamarnya.

Edward tidak protes. Harum menenangkan ini justru memiliki dampak positif untuknya.

Dengan perlahan kakinya melangkah, tidak menimbulkan suara sedikitpun agar gadis yang memiliki status sebagai tunangannya tersebut tak terbangun dari tidurnya.

Setelah melangkah lebih banyak, Edward menyadari sesuatu.

Kehampaan yang kini terasa asing menyelimuti kamarnya.

Ranjangnya kosong.

Dengan cepat, Edward memutar langkahnya kembali kearah pintu keluar.

"Dimana Putri Catherine?" tanya Edward penuh dengan aura gelap.

Dang penjaga yang ditanya seperti itu meneguk ludahnya, namun tetap menjawab.

"Pelayan berkata bahwa Putri Catherine kembali tidur di kamarnya, Duke."

***

Catherine menoleh saat pintu kamarnya terbuka.

Disana, tubuh besar seorang lelaki lengkap dengan pakaian tidurnya berdiri.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Edward dengan suara beratnya.

Catherine yang duduk disofa yang tersedia di sisi jendela hanya mengedikan bahunya.

"Aku melakukan apa yang kau lakukan 1 minggu ini"

Edward menghembuskan nafasnya pelan lalu melangkahkan kakinya mendekat kearah sang gadis.

Tak berkata apapun, tanpa kesulitan Edward mengangkat tubuh kecil Catherine keatas ranjang.

"Tidurlah Cath-"

"Aku menunggumu hingga tengah malam bukan untuk tidur, Duke Emeric" potong Catherine serius.

"We need to talk" pungkas Catherine.

Gadis itu menatap wajah Edward yang berdiri di sisi ranjangnya.

"Bicarakan esok pagi, kau butuh tidur"

"Dan membiarkanmu menghindariku lagi? Tidak terimakasih"

"Catherine, menurutlah dan jadi gadis baik"

Seakan tak ingin mendengarkan Catherine lebih jauh, pria itupun menyampirkan selimut ke tubuh Catherine yang bahkan tidak dalam posisi tidur.

Sesaat sebelum Edward  bergerak menjauh, Catherine menahan tangannya.

"Duke... aku bukan gadis baikmu, dan berhenti menghindariku" kini Catherine tidak ingin menyembunyikan kekesalannya.

"Catherine" geram Edward.

Lelaki itu benar-benar tidak ingin berdebat dengan gadis dihadapannya. Namun gadis itu seakan ingin memancing kekesalannya.

"Duke, aku hanya ingin mengatakan-"

"Aku tidak ingin mendengar apapun Catherine, berhenti disana dan tidur" ucap Edward penuh penekanan dan tak ingin dibantah.

Catherine menatap Edward tak percaya.

"Kenapa? Sebenarnya ada apa denganmu, Duke?"

Menyadari aura gelap Edward yang semakin pekat, Catherine semakin menatap Edward tak mengerti.

Disisi lain, Edward mengetatkan rahangnya, berusaha menahan amarah yang akhi-akhir ini sulit ia kendalikan.

"Kau ingin tahu mengapa?" tanya Edward penuh penekanan.

Pria itu mendekatkan wajahnya hingga tepat dihadapan Catherine.

"Karena aku tahu apa yang ingin kau katakan"

***
TBC

Published, 08-07-2023

Iya ini emang pendek bgt💔
Mau double up kah?

Tp sebelum itu aku mau tau dong adakah saran atau kritik untuk cerita ini?

Kalau ga ada, boleh ga aku tau apa hal yg bikin kalian baca cerita ini sampe chapter sekarang?

DREAM [END]Where stories live. Discover now