Bab 2

10.8K 337 8
                                    

"Inget gerakannya ya?" Nina bertanya sambil menatap Thian yang tersenyum geli dari jarak satu meter. "Gampang kok!"

"Key." Thian mengangguk.

"Kita mulai ya. Satu, dua, tiga." Nina mulai memberi aba-aba dan dapat melihat senyuman di wajah Thian.

Thian mulai membungkuk, dengan kaki kiri menyilang ke belakang dan tangan kanan terjulur meminta tangannya. Wajah tidak lupa tersenyum.

Nina menyambut uluran tangan Thian, kemudian mereka saling menarik hingga saling mendekat. Selanjutnya saling mengulur hingga menjauh, tetapi tidak melepas jalinan tangan. Mereka kembali saling mendekat, menjauh, mendekat lagi dan ia berputar satu kali di bawah lengan Thian yang terangkat membawa tangannya lebih tinggi. Mereka mengubah posisi tangan dengan cepat dan berakhir saling menggenggam.

Sebelah tangan Thian melingkar di pinggangnya, sementara sebelah tangannya merengkuh bahu Thian, sedikit berasa di belakang leher suaminya. Mereka berdansa ke arah kanan, ke arah kiri, dan sedikit serong.

"Oke good!" Nina menatap puas dan menemukan bibir Thian berkerut mengeluarkan udara. Setelah berlatih lima kali, akhirnya Thian sudah lebih luwes. "Jangan lupa, diinget-inget gerakannya. Habis gerakan yang tadi tinggal dansa santai aja geser-geser gitu."

"Kurang 1 minggu lagi acaranya." Thian sedang mengingatkan dirinya sendiri mengenai puncak acara ulang tahun perusahaan.

Puncak acara yang digelar pada malam hari itu, akan ditutup dengan lomba dansa dengan pasangan masing-masing. Hanya untuk bersenang-senang demi dokumentasi yang sedikit berbeda dari tahun sebelumnya. Sesuai permintaan Raynor, jajaran direksi dan divisi head wajib berpartisipasi.

Sebenarnya ide dansa itu muncul dari Sarayu Pramesti selaku istri Raynor Arthawangsa, yang menjabat sebagai direktur utama di perusahaan ini. Sarayu Pramesti yang merupakan ketua tertinggi Ikatan Istri Pegawai Bank Nusantara, mengusulkan agar pasangan masing-masing ikut berpartisipasi dalam acara ulang tahun perusahaan.

"Pas acara kamu pake tuxedo aja gimana?" Nina menuju lemari kaca tempat penyimpanan gaun dan setelan-setelannya.

"Lebay banget! Nggak ah, jas biasa aja." Thian langsung tidak menyetujui ide Nina.

"Eee mana bisa gitu? Itu malem dansa. Aku mau pamer suami aku yang ganteng." Nina melirik jenaka.

"Mereka tiap hari udah liat aku di kantor. Kamu aja dandan yang cantik. Aku pake jas biasa aja nggak usah tuxedo-tuxedoan!"

"Kamu selalu gitu." Nina berjalan mendekat kemudian gemas menekan ujung hidung Thian dengan telunjuknya.
"Kamu ganteng, harusnya kamu pede pake tuxedo! Kan gagah!"

Thian hanya bisa tersenyum kering. Ia tahu tidak bisa menolak permintaan Nina. "Liat nanti," gumamnya pelan. "Aku malu kalau mencolok sendiri. Kayak niat banget gitu lho! Ntar yang lain pada pake jas biasa."

Nina hanya bisa menahan senyuman geli. Tanpa harus berusaha tampil mencolok pun, suaminya itu pasti sudah menjadi pusat perhatian, terutama di kalangan wanita.

Wanita mana yang tidak menaruh ekspetasi lebih melihat wajah seperti itu? Wajah Thian seperti wajah tipe lelaki yang suka menjerat wanita mana pun. Padahal jangankan menjerat, Thian bahkan dulu sulit mendapat pacar sehingga mengenal dirinya melalui jalur dikenalkan oleh kedua orang tua.

Siapa yang bisa percaya, wajah kelewat tampan dengan penampilan yang sangat menunjang seperti itu, sulit mendapatkan pacar? Wanita mana pun akan mengira Thian sedang melawak jika mengatakan fakta semacam ini.

Jika digambarkan secara singkat, Thian adalah sosok lelaki maskulin berwajah kelewat tampan yang memiliki senyuman menawan.

Senyuman Thian bagai penyeimbang dari wajah tegas lelaki itu. Nina akui, senyuman Thian teramat manis, membuat wajah tegas suaminya dapat terlihat lembut seketika dan membuat hati siapa saja lumer. Nina nyaris tidak menemukan celah pada wajah Thian. Secara penampilan, Thian benar-benar sempurna. Mungkin itu definisi yang paling tepat untuk menggambarkan suaminya. Meski sudah menjelang usia empat puluh, Thian sama sekali tidak tampak seperti lelaki yang sudah melewati asam garam kehidupan.

Dessert Rose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang