Bab 50

5.5K 224 153
                                    

Malam itu Nina melihat Thian sudah tidur pulas di ranjang. Padahal Thian baru selesai mandi dan baru sebentar merebahkan diri di atas pembaringan.

Thian bahkan tidak makan malam. Suaminya itu langsung membersihkan diri kemudian tidur. Biasanya mereka menyempatkan waktu untuk mengobrol santai. Tetapi seperti kemarin, Thian hanya ingin cepat tidur.

Nina mengerti, jika Thian sekarang lebih cepat lelah. Apalagi ada perempuan lain yang tentu saja menguras energi Thian lebih banyak lagi.

Dengan wajah datar Nina kembali mengecek ponsel Thian dan seperti biasa, ia tidak menemukan apa pun. Iseng, ia mengecek aplikasi e-commerce Thian. Hanya ingin tahu, apa yang ada di keranjang suaminya saat ini meski ia mengenali Thian bukanlah orang yang suka belanja online.

Ia melihat kolom chat paling atas dari lovebirds123. Kolom chat Thian bahkan hanya sedikit sekali tidak sampai lima kolom. Biasanya Thian hanya membeli elektronik seperti charger, earphone atau speaker, semacam itu.

Nina membuka kolom chat dan mendapati riwayat chat yang membuatnya memicingkan kedua mata.

@lovebirds123
'Muah'

'Udah dibilangin jangan chat kalo nggak penting.'

'Kangen kamu itu penting.'

'Jangan chat kalo nggak urgent.'

'Jadi apa yang urgent buat kamu? Seks kilat di jam makan siang?'

'PR banget aku harus hapusin kolom chat kamu. Aku takut lupa.'

'Hahahaha..  Thiaaan Thiaaan. Jadi kamu pake ini aplikasi cuma buat kabarin kalo udah deket apartemen aku doang?'

'Udah ya. Jangan chat.'

'Kenapa? Takut ketahuan istri kamu?'

Dada Nina sesak seketika. Chat ini baru masuk hari ini di sore hari. Sepertinya Thian lupa menghapus kolom chat-nya.

Jadi, diam-diam seks kilat di jam makan siang? Kemudian mereka saling mengabari lewat aplikasi ini? Tentu saja selama ini ia tidak terpikirkan untuk mengecek aplikasi e-commerce Thian.

Dada Nina bergemuruh. Amarah merambat naik hingga membuat tangannya gemetaran. Sepertinya tadi siang Thian menghilang demi mengejar seks kilat di jam makan siang.

Tentu saja. Kenapa tidak? Kini semua terasa masuk akal kenapa tadi siang Thian tidak ada di manapun dan juga tidak merespon panggilan telepon juga deretan chat dari dirinya.

Jadi rupanya, Thian sedang asyik bercinta dengan perempuan lain.

Nina memiringkan wajahnya sambil menatap getir wajah polos Thian yang sedang terlelap. Wajah itu saat ini begitu tampak tanpa dosa.

Dengan tenang Nina melakukan screenshot dan mengirimkan tangkapan layar itu pada nomornya sendiri. Selanjutnya ia tidak lupa menghapus jejak tangkapan layar juga jejak chat dari ponsel Thian.

Kini ia mendapatkan bukti baru. Ia akan menunggu bukti-bukti lainnya terkuak sambil tetap mencari tahu. Nina akan mencoba bersabar lebih lama lagi, demi mengumpulkan semua bukti perselingkuhan Thian.

             _____________________________

"Pak, ini jadwal buat hari ini."

Seperti biasa, pagi itu Inka menyerahkan jadwal Thian. Sudah tiga hari pasca kejadian Thian yang tiba-tiba menghilang di jam makan siang. Selama rentang tiga hari itu juga, Inka selalu melihat ponsel lain Thian di atas meja.

Terkadang saat ia masuk, Thian sedang berbicara di panggilan telepon dengan buds menempel di telinga. Dan begitu ia masuk, gerak bibir Thian seperti tertahan begitu saja. Lelaki itu seperti menunggunya keluar untuk melanjutkan obrolan di panggilan telepon. Yang lebih aneh, pipi Thian seringnya sedikit merah.

Dessert Rose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang