Bab 31⚠️

12.2K 180 16
                                    

Ada kebohongan yang tidak pernah Thian ungkapkan kepada Nina. Thian merasa, jika hal itu bukan sesuatu yang penting karena sudah lama berlalu. Saat itu Thian juga ingin terlihat sebagai pria baik-baik walau memiliki kekurangan.

Keadaan dirinya yang sudah tidak perjaka sebelum menikah dengan Nina, adalah hal yang benar-benar valid. Akan tetapi mengenai dirinya yang mengaku hanya bercinta sebanyak dua kali dengan mantan semasa kuliah, benar-benar sebuah kebohongan.

Saat itu Thian hanya tidak ingin Nina berpikir macam-macam kepada dirinya. Ia hanya ingin menjaga citra dirinya mengingat Nina masih perawan. Sebenarnya tidak ada bedanya. Intinya, ia memang melakukan hubungan seks dengan mantannya sewaktu masih kuliah. Tetapi Nina tidak perlu tahu jika itu terjadi lebih dari dua kali.

Thian memilih menyembunyikan kenyataan ini hanya demi terlihat sedikit lebih baik. Sebenarnya ia dan Aleksandra dulu melakukannya berkali-kali.

Tentu saja mereka kucing-kucingan dengan ibunya dan Lou, yang saat itu masih kecil. Meski mereka berdua berasal dari keluarga berada, pada saat itu tidak mungkin mereka selalu melakukannya di hotel.

Mereka mencuri-curi kesempatan, kadang di mobil Aleksandra. Gila tetapi mendebarkan. Nina tidak pernah tahu seberapa sering dulu Aleksandra melakukan sedikit pemanasan kepada dirinya ketika mereka berada di parkiran yang sepi.

Thian hanya malu mengakui, jika dulu saat masih belum bisa bertanggung jawab atas diri sendiri alias masih bergantung pada orang tua, ia sudah biasa melakukan hal sejauh itu. Thian tahu, ia sama sekali tidak suci.

Dengan Sharlene, keadaannya sudah jauh berbeda. Ia sudah bekerja dan mereka biasa melakukannya di apartemen Sharlene atau di hotel. Hampir setiap bertemu, mereka melakukannya mengingat mereka menjalin hubungan jarak jauh. Tentu saja hal itu dilalui dengan perjuangan mengatur waktu bertemu, kemudian bergantian saling mengunjungi. Mereka bisa bertengkar hebat jika waktu bertemu mendadak batal. Amarah, lebih sering berasal dari dirinya.

Perjalanan cintanya dengan Sharlene terasa begitu melelahkan karena terkendala jarak. Mereka juga sama-sama sibuk. Saat bertemu, percintaan itu sudah bisa dipastikan selalu terjadi dengan panas dan membara.

Setelah menikah dengan Nina, tentu saja aktivitas bercinta menjadi sangat mudah didapatkan. Awal menikah, ia hampir selalu menginginkannya. Ia tidak perlu lagi sembunyi-sembunyi mencuri waktu dan kesempatan seperti saat masih bersama dengan Aleksandra. Ia juga tidak perlu pergi ke lain negara demi bertemu memadu kasih. Setelah menikah ia bisa mendapatkannya kapan saja.

Bukankah seharusnya tidak ada kendala yang berarti?

Namun Thian, terlanjur memiliki imajinasinya sendiri. Saling menggoda, saling bersikap sensual, adalah sesuatu yang masih ia inginkan. Thian rasa wajar. Akan tetapi, sepertinya ia dan Nina berada pada level imajinasi yang berbeda.

Thian tidak ingin seks hanya sekadar pelayanan. Ia ingin hasrat yang menggebu. Sedikit liar dan menggoda.

Sebenarnya Nina sudah berusaha menjadi seperti yang ia mau. Tidak pernah ada masalah sampai Dara muncul.

Sungguh Thian tidak ingin goyah. Namun godaan dari perempuan itu, semakin lama semakin gila saja.

Thian baru saja sampai di rumah saat Nina sudah menunggunya di kamar. Ia hanya menatap datar saat melihat Nina sudah tampak cantik dengan gaun malamnya.

"Mau aku siapin air mandi di bath up?" tanya Nina dengan nada kalem. Dalam hati sedikit merasa bersalah, saat tadi menolak keinginan Thian.

"Aku capek mau langsung tidur," ucap Thian sambil melepas jam tangannya.

Nina tertegun sejenak. Ia menangkap nada kesal dari suara Thian. Sebenarnya ia juga sedang tidak mood untuk bercinta.

"Kalau gitu apa aku pijitin aja?" tanya Nina dengan kedua mata berbinar.

Dessert Rose [END]Where stories live. Discover now