Bab 56

8K 255 197
                                    

Inka melirik jam tangannya sejenak dari tempatnya duduk. Saat ini Thian sedang presentasi di hadapan dewan komisaris yang turut hadir dalam rapat.

Jadwal berikutnya, makan siang bersama lalu dewan komisaris akan kembali ke Surabaya. Sementara Raynor dan para direktur akan berkeliling mengunjungi beberapa cabang Bank Nusantara. Bagi yang tidak ikut rombongan Raynor, dipersilahkan kembali ke hotel dan acara bebas.

Namun Thian tadi sempat mengirim pesan, kemungkinan ia tidak akan sempat makan siang karena turut mendampingi Raynor menemani dewan komisaris mencari oleh-oleh keripik kentang khas Batu.

Di tengah meeting, Inka tentu saja sempat bertukar kabar dengan Nina. Seperti biasa, wanita itu selalu memantau Thian melalui dirinya.

'Pak Thian sekarang lagi presentasi Bu.' Inka memotret Thian yang sedang berada di depan dan mengirimkannya kepada Nina.

Di saat bersamaan, demi membunuh rasa bosan ia asyik bergosip dengan Sherly di kolom chat. Kebetulan, duduk mereka saat itu berjauhan.

Sherly Sekretaris
'Sher, kirimin gue video sama foto-foto selingkuhan Pak Thian yang tadi dong.'
Inka kembali mengingatkan Sherly. Entah untuk apa, ia hanya ingin menyimpannya seperti Sherly.

'Syiaaap. Eh dia mainnya rapi banget nggak sih? Siapa yang nyangka dia selundupin cewek ke hotel. Tapi masa Bu Nina ga curiga ya? Biasanya kan kalo laki punya sugar baby harus kasih duit kan? Kata lo, rekening dia dipantau Bu Nina kan?'

'Dia itu punya rekening rahasia di bank lain. Dia jadi nasabah prioritas di bank itu dan Bu Nina nggak tahu sama sekali tentang rekening itu. Dia juga punya hape satu lagi di kantor. Gue sering denger, dia lagi telponan sama someone. Kayaknya bukan Bu Nina sih.

'Widiiiih. Maling tetep lebih pinter. Eh liat deh, mukanya Pak Thian kayak seger banget. Semalam pasti habis dijatah brutall wkwkwk 🤪 Jadi syegerrrrr.... '

'Wkwkkwkw. Iya. Dia cerah sekali hari ini ya? Ada pacarnya soalnya.'

'Efek semalem tuh... '

Inka melihat notifikasi pesan masuk dari Thian yang baru saja menyelesaikan presentasinya.

Pak Thian Mahadevan
'Inka, tolong tanyain ke Nina keripik kentang khas Batu yang enak itu beli di mana? Yang mertua saya pernah ke Malang terus bawain oleh-oleh keripik kentang. Dewan komisaris habis ini mau cari keripik kentang. Saya mau mepetin beliau-beliau. Mau sekalian saya arahin ke tokonya. Buruan ya. Nina udah saya WA belum dibales. Saya nggak bisa telp sekarang. Habis ini saya repot, takut lupa.'

'Baik Pak. Sebentar.'

Inka melirik Thian yang tampak sedang berbincang dengan Matteo Abayomi dan Aulian Ardashir, dewan komisaris yang hadir hari ini. Tentu Inka tahu apa itu teknik cari muka. Hanya saja, Thian selalu melakukannya dengan cara yang smooth dan dibarengi dengan prestasi kerja. Thian bahkan tadi mendapatkan tepuk tangan keras dari dua bapak komisaris itu begitu menyelesaikan presentasinya.

Produk inovasi digital banking yang digagas Thian ini, digadang-gadang akan meningkatkan traffic transaksi aplikasi digital Bank Nusantara yang tentu saja berimbas pada profit perusahaan.

Direktur seperti Thian tentu harus sering tampil dan cari muka. Sudah bukan rahasia umum, para direktur sering tampil di hadapan dewan komisaris hingga menteri sekalipun demi masa depan karir yang cemerlang.

Inka melihat pesan masuk dari Sherly. Ia bermaksud menangkap layar percakapan dengan Thian, tetapi keliru menangkap layar percakapannya dengan Sherly yang terbuka.

Eh salah. Inka menuju galeri ponselnya, untuk menghapus tangkapan layar barusan.

"Inka." Tisha sekretaris Adnan mendekat. "Bawa pembalut nggak? Duh gue tiba-tiba dapet. Panik gue."

Dessert Rose [END]Where stories live. Discover now