Bab 51

3.6K 197 135
                                    

Sudah jam sepuluh malam dan Thian belum pulang. Nina kembali membaca jadwal Thian yang dikirimkan oleh Inka tadi pagi. Suaminya ada janji temu dengan Bian PT Schafer di jam delapan malam.

Lokasi menyusul. Begitu keterangan yang tercantum pada jadwal Thian. Tadi Thian mengabari pada akhirnya Bian mengajak bertemu di Hotel Sahid Jakarta.

Entah kenapa, Bian PT Schafer selalu menarik rasa penasarannya lebih jauh. Tentu Nina masih ingat keterangan Sigit saat menurunkan Thian di Ritz Carlton di pagi hari sebelum menuju ke kantor, saat suaminya itu hendak bertemu dengan Bian.

Kalau dipikir-pikir, ada urusan apa lagi dengan Bian? Toh Thian sudah menolak tawaran suap dari lelaki itu.

Pertanyaan itu menggantung begitu saja di kepalanya sehingga ia memutuskan mengirim chat singkat kepada Diajeng, demi mengingatkan dirinya sendiri agar tidak terlewat akan hal yang satu ini.

'Diajeng, sori WA malem-malem. Takut lupa. Cuma mau make sure, Dharma masih sering hubungan sama Bian PT Schafer nggak? Bales besok aja, gue cuma takut lupa. Thanks.'

Nina segera mengirim pesan.

Berikutnya ia menelpon Thian.

                   _____________________

Thian sedang menyantap roti ketika ponsel di atas meja berdering. Ia melihat nama My wife di atas layar. Masih bertelanjang dada, baru saja tuntas bercinta dengan Dara.

Aduh. Kenapa tiba-tiba telpon? Thian menatap nanar layar ponselnya. Padahal tadi selama perjalanan menuju apartemen Dara ia sudah mengabari Nina dan bicara sebentar dengan istrinya di panggilan telepon.

"Nyonya kamu telpon. Nggak diangkat?" tanya Dara yang duduk di sebelahnya.

Thian tampak bingung sejenak, kemudian bergegas menuju toilet dan menutup pintu. Dara setia memperhatikan.

Thian mengunci diri di bilik toilet dan segera menerima panggilan dari Nina.

"Ya Sayang?" jawabnya tenang seperti biasanya.

"Sayang, kamu di mana?"

"Aku di hotel Sahid. Tadi udah bilang kan?"

"Masih lama?"

"Bentar lagi aku pulang."

"Kamu di mana ini? Kok suaranya menggema?"

"Di toilet. Aku lagi pup. Perutku tiba-tiba sakit."

"Makan apa di Sahid?"

Bibir Thian tertahan begitu saja. Makan apa ya? Ia berpikir cepat menu-menu yang biasa ia makan di hotel.

"Mm... Chicken Parmigiana," jawabnya kemudian saat mengingat menu makan siangnya saat menemani Raynor.

"Apa itu?"

Aduh. Kenapa nanya terus sih? Thian sengaja menekan flush.

"Itu enak. Ayam ada tepungnya, dikasi saus spaghetti sama keju mozzarella gitu."

"Itu aja?"

"Sama salad. Sayang, aku mules banget. Nanti lanjut lagi ya? Aku habis ini pulang kok."

"Ya udah ati-ati. Aku tidur duluan aku ngantuk."

"Ya Sayang. Good night."

"Good night."

Panggilan diakhiri dan Thian segera membuka pintu toilet.

"Aku harus balik." Ia bergegas menuju kamar Dara dan berpakaian.

Dessert Rose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang