Bab 8

4.7K 220 3
                                    

Anak baik.

Mungkin pujian itu teramat biasa bagi orang lain, tetapi tidak dengan Thian.

Ada perasaan luar biasa bangga jika ia dinilai sebagai anak baik, terutama di mata ibu dan keluarganya.

Thian bukan lelaki alim. Ia tidak berani menilai dirinya seperti itu karena diam-diam masih doyan menikmati video porno. Thian rasa hal yang wajar bagi lelaki sepertinya, tetapi berseberangan dengan kata alim. Ia juga tidak menjaga keperjakaan sampai menikah. Jadi dia bukan lelaki alim. Tatapi, Thian merasa ia anak baik kebanggaan keluarga.

Sedari kecil, namanya yang digaungkan dalam setiap pertemuan dan arisan keluarga. Namanya juga dibanggakan jika ibunya sedang berkumpul dengan teman-temannya.

"Saya bersyukur. Thian itu baik nggak macem-macem."

"Thian selalu dapat ranking tiga besar."

"Thian kesayangan guru-gurunya."

"Thian cum laude."

"Thian keterima di Bank BUMN. Dia langsung jadi asisten manajer."

"Thian sudah bisa beli mobil sendiri."

"Thian ikut kursus sertifikasi insurance and finance apa gitu di Singapura. Katanya itu bergengsi programnya Amrican College."

"Thian dapet beasiswa S2 dari perusahaan. Dia bakal lanjutin S2 di University of Technology Sydney."

"Thian promosi jabatan jadi kepala divisi."

"Gajinya sekarang sudah tiga digit."

"Thian udah jadi direktur sekarang."

Semua orang, menilainya sebagai anak baik kebanggaan keluarga. Ibunya bersyukur memilikinya dan Thian akan mendorong dirinya lebih keras lagi agar tetap menjadi anak baik di hadapan ibunya.

"Thian, untung ada kamu. Mama nggak tahu gimana jadinya kita kalau nggak ada kamu."

"Thian, makasih Nak. Semoga rejeki kamu mengalir lancar, kamu semakin sukses. Sungguh kamu bener-bener loyal ke keluarga. Kamu kayak papa kamu."

"Mama sama Lou cuma punya kamu. Kamu tahu kan Lou itu sebenernya rapuh? Anak itu nggak tahan sama penolakan. Dia sangat kagum sekali sama kamu."

"Kamu andalan Mama sama Lou."

Jika lelaki lain menyukai pujian perempuan demi memanjakan ego mereka, tidak demikian dengan Thian. Ia lebih menyukai pujian ibunya. Pujian dan pengakuan ibunya sudah pasti tulus. Thian merasa luar biasa berguna dan berfungsi sebagai manusia, jika membuat orang-orang yang disayanginya bahagia.

Ia akan melakukan apa saja demi membuat keluarganya bahagia. Selama ini ia bekerja keras membangun karir juga kehidupannya, demi membahagiakan keluarganya.

Ada ibunya, ada Lou, Nina, juga Davka. Mereka semua sangat penting baginya.

Thian bukannya tidak menyadari kecemburuan Lou terhadap Nina. Sampai sekarang, Lou seperti masih memendam cemburu pada Nina. Thian rasa, kelak Lou akan bisa mengerti posisinya jika sudah berkeluarga sendiri.
Meski sampai saat ini sepertinya hal itu sangat jauh dari tujuan hidup Lou yang tumbuh menjadi seorang fuck boy sejati.

Remaja polos itu telah menjelma menjadi pemuda yang luar biasa memusingkan saat ini. Bukan masalah wanita, lebih seringnya masalah uang.

Thian mulai merasa, semakin lama tuntutan Lou menjadi semakin banyak. Ia bukannya tidak pernah membicarakan masalah ini. Ia sudah pernah membahas tentang ini berdua dengan Lou dan adiknya itu berakhir merajuk.

Dessert Rose [END]Where stories live. Discover now