Bab 13

3K 156 1
                                    

'OMG gue ketemu Thian. Ini Thian kan?'

Dara segera duduk tegak saat melihat foto yang baru saja dikirimkan oleh Airin.

Memang itu Thian.
Dara memperbesar foto di layar demi melihat lebih lega. Thian tampan sekali bahkan di malam hari. Sepertinya hendak pulang kerja. Dara melihat rambut yang masih tertata rapi dan kemeja putih tanpa dasi.

'It's Thian.'
Dara segera membalas. Jawabannya sengaja meniru username akun Instagram Thian.

'Gila. Dia ternyata tinggi ganteng gitu. Pas dia masuk semua mata yang lagi ngantri ATM ngeliatin. Sumpah.'

Senyuman Dara lepas begitu saja. Memang ganteng banget.

'Gue awalnya nggak notice kalo itu dia. Cuma pas dia masuk, wih gue nggak bisa berhenti liatin. Terus gue inget, kok mukanya kayak orang yang ada di foto target kita yang baru. Pantes lo ngotot tetep handle dia. Pasti lo nggak rela dia di handle dessert rose lain 🤣'

'Embeeeer.' Dara membalas dengan cepat.

Tentu saja Dara tidak rela. Kembali terbayang bagaimana saat ia gagal mencuri ciuman dari bibir Thian. Dara bahkan masih ingat aroma citrus yang tercium dari tubuh Thian. Bulu mata yang panjang tertangkap matanya. Bulu matanya turun, sehingga jauh dari kesan lentik. Rasanya Dara sungguh menyukai segala hal yang melekat pada diri Thian.

Jika lelaki lain langsung menyantapnya dengan situasi seperti itu, Thian justru jinak-jinak merpati. Padahal menurut Dara, sikap Thian menunjukkan kalau lelaki itu sempat tertarik kepadanya meski memilih mengedepankan logika.

Ia gagal elegan di hadapan Thian. Sikapnya saat itu seperti pelacur murahan banting harga. Sama sekali bukan dirinya.

Dara kembali menatap gaun yang tergantung di depan lemari kamarnya. Rasanya ia sudah tidak sabar mengenakan gaun itu dan muncul di hadapan Thian dalam acara ulang tahun perusahaan. Seperti di dalam film-film, Axel sudah mengatur segalanya dan ia akan diselundupkan masuk ke dalam acara bersama tim band yang membawa dancer.

Dara bertekad ia akan muncul dalam penampilan terbaiknya. Iseng ia mengecek kolom chat WhatsApp dengan Thian yang kosong melompong. Tentu saja ia sudah mendapatkan nomor Thian, tetapi ia tidak bisa gegabah menghubungi lelaki itu lebih dulu atau proyek ini akan gagal. Dara tidak bisa mengambil risiko itu.

Ia melihat profil picture Thian yang hanya berupa foto agenda dengan logo perusahaan di atas meja kerja. Benar-benar lelaki tampan yang tidak suka pamer ketampanan. Terlihat status Thian yang sedang online.

Senyuman Dara mengembang perlahan. Ia yakin, akan tiba saatnya ia berbalas pesan dengan Thian. Lelaki itu sepertinya sudah sempat tertarik, ia akan menyelesaikan sisanya dengan hati-hati.

                     _____________________

Pagi itu Thian sengaja bangun lebih awal, meski masih luar biasa mengantuk karena semalam tidur lebih larut demi menyenangkan Nina. Istrinya, sedang ingin bermesraan lebih sering daripada biasanya.

Malam tadi mereka bercinta dengan panas, kemudian ditutup dengan pillow talk karena Nina belum bisa tidur.

"Thian, apa kita mulai program anak kedua aja?" Semalam Nina mulai bertanya tentang pendapatnya.

"Kamu sudah pingin anak lagi?"

"Davka kan sudah delapan tahun. Aku rasa jaraknya udah pas. Gimana kalo aku berhenti KB?" Nina meminta persetujuannya.

Thian menghembuskan napas berat.

"Kenapa? Kamu belum pingin anak lagi ya?" Nina menatap wajahnya.

"Jujur aku belum siap. Memang dari segi finansial kita lebih dari cukup. Cuma dari segi waktu dan perhatian, aku ngerasa kurang banget. Terutama dari sisi aku. Aku sering kecewain Davka. Aku masih pingin kasih banyak perhatian sama Davka dulu. Aku malah kasihan sama anak-anak kita nanti. Mereka bakal fatherless kayak aku sama Lou. Ayah ada tapi nggak pernah bener-bener ada."

Dessert Rose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang